Home / Fantasi / Pendekar Cahaya / Penguasa Jurus Kitab Bumi

Share

Penguasa Jurus Kitab Bumi

Author: Omesh
last update Huling Na-update: 2022-07-22 17:22:34

Tetapi Permadi sekarang bukan Permadi dulu, ditangkapnya tangan tuan Margono dan dipuntirnya ke belakang.

Tuan Margono berteriak kesakitan, “Argh ... aduh ... duh, hei pengawal goblok! Cepat bunuh dia!” Kedua penjaga gerbang tadi berlarian ke arah Permadi, belum sampai, Permadi sudah mendahului mereka dengan tendangan yang sangat keras. Tepat mengenai dada penjaga yang berlari di depan, sehingga penjaga itu terpental dan membentur temannya di belakang, dan mereka terguling-guling 2 depa jauhnya.

Tuan Margono terperanjat dengan kehebatan Permadi sekarang. Tangannya masih terpuntir ke belakang, sakitnya bukan main. Tapi sekarang dia sudah tidak berani membentak lagi. “Baiklah aku akan membayar upahmu, lepaskan tanganku” wajah Tuan Margono sudah berkeringat dan meringis menahan sakit.

“Tunjukkan tempat penyimpanan uangmu” Permadi malah semakin mendorong tuan Margono ke dalam rumahnya. Istri Tuan Margono yang keluar untuk melihat apa yang terjadi di depan, terkejut dan berteriak melihat suaminya diancam oleh Permadi bekas pembantunya. Permadi secepat kilat memukul tengkuk istri Tuan Margono hingga pingsan. Tuan Margono membawa Permadi ke dalam ruangan dengan lemari besi di dalamnya. “Buka lemari itu!” perintah Permadi. Dengan tangan kiri yang gemetar Tuan Margono mengambil anak kunci di sakunya, memasukkannya ke lubang kunci di lemari dan memutarnya. Terbukalah lemari besi itu menampakkan isinya. Astaga, Permadi hampir saja meneteskan air liur, emas permata sebanyak ini tidak pernah dilihatnya seumur hidup. Nafsunya untuk memiliki semua harta itu membuatnya gelap mata. Maka dikeluarkanlah ular kuning kecil kesayangannya yang gigitannya sangat beracun, dari saku bajunya yang lebar. Dilemparnya ke arah Tuan Margono sambil menyeringai seram, “Ini pembalasanku setelah selama bertahun-tahun kau siksa.” Tidak butuh waktu lama tubuh Tuan Margono langsung kelojotan dan diam untuk selamanya setelah digigit ular tersebut.

Permadi mengambil kain seprei tempat tidur untuk membungkus semua harta Tuan Margono, lalu keluar dari ruangan itu. Sekali lagi dilemparkannya ular kecil itu ke arah istri Tuan Margono, sambil bergumam, “Mulutmu bertahun-tahun hanya mencaci dan memaki diriku, sekarang rasakanlah mulut ular kesayanganku ini.”

Permadi keluar dari rumah itu dengan hati puas, terbalaslah sudah kebencian yang menumpuk selama ini.

Sejak saat itulah di dunia persilatan muncul seorang tokoh yang terkenal kejam dan ganas, orang-orang memberinya julukan ‘Iblis seribu racun’.

**

Bayu tertarik pada kekuatan Ramos yang diceritakan John, maka dia bertanya, “Apakah Ramos juga mempelajari Kitab Langit?”

“Tidak, Ramos justru sekarang tertarik dengan teknologi, dia banyak bertanya padaku tentang alat-alat kesehatan.”

Bayu mengerutkan keningnya, bila kegemaran seseorang tiba-tiba berubah pasti ada alasan kuat yang melatarinya.

“John bisakah kau membawaku kepadanya, aku ingin minta petunjuknya dalam hal jurus-jurus Kitab Bumi.”

“Bisa saja, akhir-akhir ini hampir setiap hari dia datang ke ruang kerjaku.” John berdiri, mengambil telepon genggamnya dan menelepon Ramos, “Halo Ramos, bisakah besok kau datang ke ruang kerjaku?”

“ ... “

“Ya, aku akan mengenalkan seseorang kepadamu.”

“ ... “

“Baik, sampai bertemu besok.”

Bayu takjub memandang John, “Kau bicara pada Ramos melalui benda itu? Apa itu?”

“Ini disebut telepon genggam, tanyalah pada Myra tentang cara kerjanya,” jawab John.

Keesokan harinya di ruang kerja John, Bayu memperkenalkan diri pada Ramos yang ternyata adalah ayah dari Kirani. Perawakan Ramos sedang-sedang saja tidak sekekar Bayu, tingginya hanya seleher Bayu, wajahnya cenderung bulat dengan rambut tersisir rapi ke belakang. Yang menarik dari Ramos adalah matanya yang bersinar tajam, lebih tajam dari mata Nayaka.

“Namaku Bayu. Aku berasal dari Antakara negeri di permukaan bumi yang didirikan oleh Tuan Martin. Aku tahu Pak Ramos, anda adalah sahabat John dan sekaligus sahabat Tuan Martin yang sebetulnya adalah leluhurku.”

“Halo, apa kabar Bayu?” Ramos dengan hangat menjabat tangan Bayu, “John juga sering bercerita tentang dirimu, luar biasa, badanmu kekar sekali.”

“Berkat John pak Ramos, aku berhutang budi padanya, dan kali ini tampaknya aku akan merepotkan dirimu juga Pak.”

“Ha..ha..ha.. katakanlah! Kau adalah keturunan Martin sahabatku, tidak perlu sungkan, apa yang bisa kubantu.”

Bayu membungkukkan badan sambil memohon kepada Ramos, “Bantulah aku untuk menguasai ilmu dalam Kitab Bumi.”

“Sudah sampai mana engkau menguasainya Bayu?” Ramos bertanya.

“Aku sudah menguasai gerakan jurus dari setiap unsur dalam Kitab Bumi, hanya saja cakraku tersegel, aku tidak memiliki tenaga dalam. Aku berlatih jurus-jurus Kitab Bumi hanya dengan kekuatan fisikku saja.

Ramos menarik nafas panjang dan menghembuskannya, “Hhhhh ... jurus Kitab Bumi tanpa tenaga dalam. Baiklah Bayu besok kita bertemu di tanah lapang dekat mata air di pinggir hutan, akan kutunjukkan perbedaannya.”

Pagi, embun masih menetes dari ujung-ujung daun. Di tanah lapang pinggir hutan rerumputan masih basah menyebabkan cipratan air kecil ketika langkah kaki diseret di atasnya. Mata air sebagai sumber bagi aliran parit kecil mengalir menuju ke sungai yang lebih besar, membuat lingkungan itu menjadi makin basah.

Bayu berdiri tegak dengan hutan di sebelah kirinya. Di hadapannya Ramos baru saja berhenti melangkahkan kakinya, sekarang kedua orang yang tidak seimbang dari postur tubuh ini sudah berhadapan dengan jarak 3 langkah.

“Bagaimana Bayu? Kita mulai saja.” Ramos mempersilahkan. “Seranglah aku! Jangan sungkan.”

Bayu tidak ragu lagi, kaki kanan ditarik ke belakang sementara kaki kiri sedikit ditekuk, kedua tangan dengan posisi seolah akan mendorong, kuda-kuda khas unsur tanah, ketika tangan didorong ke depan mengincar dada Ramos, terbentuk garis percikan air di rerumputan.

Swssshhh!

Suara udara terbelah dorongan tangan Bayu.

Reaksi Ramos sangat santai, dengan sedikit memiringkan tubuhnya serangan Bayu mengenai tempat kosong. Serangan susulan Bayu yang memutar tangannya dengan maksud menggencet dada Ramos, dihindarinya dengan mundur selangkah ke belakang. Lalu Ramos juga membentuk kuda-kuda persis seperti Bayu tadi, sambil mendorongkan tangannya ke bawah, Ramos mengucapkan jurusnya, “Inilah mengguncang bumi dari unsur tanah.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ariyus Ay
bagus dan sangat memuaskan
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pendekar Cahaya   Epilog

    Di sebuah gua dekat air terjun, terlihat seorang yang mengenakan pakaian serba hitam hingga hanya matanya yang terlihat. Orang itu menggerakkan tangannya membentuk lingkaran. Dari lingkaran itu muncul cahaya dan kemudian bagaikan tabir yang terbuka, di dalam lingkaran itu menunjukkan sebuah ruangan lain yang bukan bagian dari gua itu.Orang itu melangkah melalui lingkaran yang bercahaya itu, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu penuh peti yang tergeletak di lantai dan beberapa senjata yang tergantung di dindingnya. Orang berpakaian hitam itu mendekati sebuah pedang yang tergantung di dinding, menghunus pedang itu, tapi digantungnya kembali. Ia hanya mengambil sarung pedangnya. Lalu orang itu kembali melewati lingkaran bercahaya itu, yang langsung menghilang setelah orang itu melewatinya. Sedangkan di sebuah tempat yang dikenal orang sebagai bukit Tengkorak. Pada masa ratusan tahun setelah kejadian seseorang mengambil sarung pedang tadi. Di kamar sang Ratu penguasa bu

  • Pendekar Cahaya   Tewasnya Sang Pengkhianat

    Semua orang mengalihkan pandangannya ke luar ruangan, bahkan Nayaka yang posisinya terdekat dengan pintu langsung meloncat keluar. Tapi tak ada apa pun di luar istana, suasananya tenang-tenang saja. Nayaka sadar ini pasti tipuan licik Bagaskoro lagi. Ketika ia hendak memasuki ruangan kembali dilihatnya Bagaskoro sudah menyandera Raja Bhanu dengan mencengkeram lehernya.Nayaka membatalkan niatnya untuk masuk ke ruangan, ia berputar menuju pintu belakang istana. Sementara Bagaskoro mengancam semua orang akan membunuh Raja Bhanu.Sang Raja berkata pada Bayu, “Adi, aku dan ayahku sudah melakukan kesalahan padamu. Bunuhlah pengkhianat ini, jangan pedulikan aku, engkau yang berhak atas takhta ini.”Bayu ragu, ia mencoba memberikan penawaran pada Bagaskoro, “Bagaskoro lepaskan Kanda Bhanu, maka aku akan membebaskan Prastowo.”Bagaskoro tertawa, “Hahaha setelah itu kau akan menyerang dan membunuhku, kau kira aku tidak tahu niat busukmu.”Bayu menjawab, “Jangan kau anggap semua orang seperti

  • Pendekar Cahaya   Pertarungan Akhir

    Bagaskoro sangat geram, giginya gemeretuk menahan emosinya, “Aku tidak peduli, akan kubunuh semua orang yang ada di ruangan ini.” Mata Bagaskoro memerah, ia sudah kehilangan nalarnya, dihunusnya pedang pengisap bintang.Bayu segera mengeluarkan sarung pedang pengisap bintang dari selongsong timah hitamnya.Bagaskoro tidak terkejut, ia sudah menduga sarung pedang itu berada di tangan musuh-musuhnya. Tapi ia tidak khawatir, karena yang terpenting adalah tenaga dalam khusus saat pedang pengisap bintang digunakan. Bagaskoro menyerahkan pedang pengisap bintang pada Ki Lurah Gondomayit, dan disuruhnya untuk menjauh. Ki Lurah mengerti maksud Bagaskoro. Ia segera menjauh agar pengaruh pedang pengisap bintang tak terasa lagi. Bagaskoro berharap Bayu akan melemparkan sarung pedangnya agar tak terkena pengaruhnya. Tapi kali ini dugaannya salah. Bayu hanya memasukkan sarung pedang itu kembali ke dalam selongsong timah hitamnya. Bagaskoro tertawa, “Hahaha, ayo kita mulai.” Ia bersiap-siap denga

  • Pendekar Cahaya   Impian Yang Kandas

    Bagaskoro mengangkat tangannya, lalu berkata dengan suara lantang, “Terima kasih saudara-saudara. Aku hanya seorang diri tidak ada artinya tanpa dukungan kalian semua. Maka mulai sekarang marilah kita bersama-sama menciptakan suasana aman dan tenteram di dunia persilatan serta dengan setia menjadi penopang negeri yang kita cintai ini, Antakara.”Para penonton kembali bertepuk tangan dan berseru, “Setuju!!! Kami siap menerima perintah Ketua!”Bagaskoro sekali lagi mengangkat tangannya, “Untuk lebih menjalin keakraban di antara kita, aku mohon saudara-saudara jangan membubarkan diri dulu. Aku telah menyiapkan sebuah perjamuan untuk kita. Silakan dinikmati.”Di mana pun sebuah perjamuan selalu dinantikan dalam sebuah acara. Para penonton bersorak gembira, mereka merasa tidak salah mendukung Tuan Bagaskoro, yang ternyata sangat royal pada mereka.Di tengah keriuhan orang mengambil makanan, ada seorang prajurit yang baru turun dari kudanya dan berseru, “Di mana Tuan Penasihat! Cepat! Aku m

  • Pendekar Cahaya   Pemimpin Dunia Persilatan

    Keadaan menjadi gelap, lalu ‘Jboooooooom’ kilatan cahaya dari ledakan tenaga dalamnya menyilaukan mata semua orang, ketika mata mereka tertutup, tubuh mereka terpental disambar kekuatan angin panas dan bara api dari batu dan kerikil yang berhamburan menghajar mereka. Tak seorang pun yang masih bisa berdiri, Bhirowo yang terdepan merasakan pengaruh ledakan panas itu paling hebat. Ketika keadaan menjadi gelap Bhirowo tersentak, jelas ini bukan jurus sembarangan, tapi sudah terlambat, tubuhnya bagaikan masuk ke neraka, jeritannya menyayat hati, hilang sudah keangkuhannya, tubuhnya telentang melepuh dan mata terbelalak. Mulutnya masih sempat bergumam, “Jurus apa itu ...” sebelum nyawanya melayang meninggalkan raganya.***Di arena pertandingan, hari ke-tiga, dan ke-empat, Baroto berhasil menaklukkan lawan-lawannya. Setelah mengalahkan Tuan Dewangga dan Bayu di hari ke-dua, berturut-turut Baroto menundukkan Tuan Paskalis, Tuan Bimantoro dan Tuan Mahesa Ludira. Sekarang tinggal tersisa Tuan

  • Pendekar Cahaya   Kamera

    Raja Darpa terkejut, ada prajuritnya yang berani memukul Prastowo. “Hei, siapa kau?”Prajurit itu dengan tenang berjalan mendekati Raja Darpa. “Maaf Yang Mulia, nama hamba Bayu Narendra. Hamba adalah Pangeran Antakara. Yang Mulia sudah menyerang negeri hamba karena terpengaruh hasutan dari Bagaskoro dan putranya Prastowo. Tunggulah sebentar, teman hamba akan segera datang membawa buktinya.”Tak seberapa lama muncullah di tengah ruangan seorang gadis cantik bermata kelabu. Ia mendekati Raja Darpa. Sang Raja terkejut. Ia mengenali gadis itu. “Bukankah kau penyusup yang mencoba meracuni aku.”Kirani membungkuk hormat, “Nama hamba Kirani Yang Mulia. Saat itu hamba hanya berkunjung ke Buntala untuk mencari Prastowo, sama sekali tidak bermaksud meracuni Paduka.”“Lalu siapa yang menaruh racun dalam minumanku?” tanya sang Raja.“Dia!” Kirani menunjuk Prastowo.“Tidak mungkin, Prastowo menantuku, untuk apa dia mencoba meracuniku?” Raja Darpa tidak percaya pada keterangan Kirani.“Sabar Yang M

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status