"MAHASURA!!!"
Teriakan kencang dari kakeknya, Ki Seno lagi-lagi membuatnya meninggalkan mimpi anehnya ini.
"Kakek kenapa sih, teriak-teriak terus?" tanya Mahasura.
"Kamu itu, dari tadi tidur terus ... kakek sudah selesai menjajakan dagangan sayur, kamu masih saja tidur di tempat yang sama!" gerutu Ki Seno.
"Aku sedang cari inspirasi Kek! Biar bisa jadi pemuda yang berguna seperti keinginan kakek!" kata Mahasura membela diri.
'Tapi bukan dengan cara tidur terus kan?" tanya Ki Seno yang mulai sewot dengan cucunya ini.
"Aku sedang bermimpi yang aneh Kek ... aku lanjutin dahulu ya, nanti aku pulang Kek!" kata Mahasura yang kembali tertidur dengan cepatnya.
Ki Seno hanya mengusap dada saja melihat kemalasan dari cucunya ini.
"Kamu beda sekali dengan ayahmu yang seorang pendekar sakti, serta ibumu yang seorang Dewi kultivator," gumam Ki Seno sambil meninggalkan Mahasura.
Siapa sebenarnya pendekar yang dimaksud oleh Ki Seno?
Pemuda pemalas yang ditinggalkan Ki Seno, tertidur dengan cepat untuk menyambung mimpinya yang terputus ini.
*****
Kapal nelayan sudah berada di tengah Samudra Naga yang ganas dengan ombak besarnya.
Mahasura merasakan energi tarik yang makin besar yang berusaha menariknya ke dasar samudra.
"Kamu kenapa anak muda? Kenapa badanmu selalu ingin melompat ke dasar Samudra Naga yang tidak berdasar ini?" tanya paman nelayan heran. "Kamu hendak bunuh diri?"
"Bukan aku paman yang hendak melompat, tapi energi besar sedang menarikku untuk turun ke dasar samudra!" seru Mahasura.
"Energi seperti apa? Kok aku tidak merasakannya?" tanya nelayan ini.
"Aku juga tidak tahu paman ... kenapa hanya aku yang hendak ditarik oleh energi besar ini?' ujar Mahasura yang mulai ketakutan sekaraang.
Debur ombak Samudra Naga makin menambah kengerian Mahasura kalau sampai dia terjatuh ke dasar samudra Naga ini.
"Jangan dekat-dekat tepian kapal kalau tidak ingin celaka! Ombak ini sangat besar yang bisa menggulungmu hanya dalam sekejab saja!" seru paman nelayan yang mulai khawatir dengan Mahasura yang sedang melawan sesuatu yang tidak tampak.
"Bukan aku yang mau ke tepian paman, tapi aku ditarik!" ujar Mahasura dengan panik.
Paman nelayan ini kemudian berusaha menarik Mahasura menjauh dari tepian kapal, tapi dia tidak mampu menarik Mahasura seakan Mahasura sangat berat sekali seperti batu.
"Tolong aku paman ... aku belum mau mati!" teriak Mahasura.
"Paman tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi, tapi paman tidak mampu menarikmu untuk menjauh dari tepian kapal! maafkan paman, Nak!" kata nelayan ini yang juga bingung dengan apa yang sedang terjadi dengan Mahasura.
"Aku sedang bermimpi atau nyata ini? Kok seperti nyata sih!" gumam Mahasura.
"Bangun Arya ... bangun!" teriaknya pada dirinya sendiri.
Tapi Mahasura tetap berada di atas kapal nelayan. Kali ini dia kesulitan untuk bangun dari tidurnya.
"Aku janji tidak akan bermalas-malasan lagi! Ayo bangun Arya! Kek, kakek ada di mana? Bangunin Arya Kek! Arya janji akan menuruti kakek dan tidak akan bermalas-malasan lagi!" ujarnya.
Energi dari dasar samudra makin kuat menarik Mahasura, membuat paman nelayan sepertinya sudah hendak menyerah untuk menahan Mahasura lebih lama lagi berada di atas kapal nelayannya.
"Jangan menyerah paman! Aku juga lagi berusaha melepaskan diri dari energi besar ini!" teriak Mahasura.
"Paman tidak kuat lagi Nak ... maafin paman," ujar paman nelayan ini yang tidak hendak ikut terseret bersama Mahasura yang mulai mendekati tepian kapal.
Nlayan ini kemudian melepaskan Mahasura untuk berjuang sendiri melawan energi yang berusaha menariknya ke dasar laut terdalam.
Byuurrr ...!
Bagaimana ya nasib Mahasura Arya selanjutnya?
Benarkah kejadian yang dialaminya ini bukan hanya sekedar mimpi saja?
"MAHASURA!!!" Teriakan yang sangat didambakannya akhirnya membuat Mahasura terbangun dari tidur dan mimpi buruknya. Suara kakeknya yang biasa membangunkannya kalau dia tertidur, tapi masih belum jelas baginya. Tapi anehnya dia tidak berada di Kios pasar tempat dia tidur sebelumnya, yang membuat pemuda pemalas ini bingung dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. "Aku ada di mana ya?" gumamnya. "Seingatku terakhir aku terjatuh ke dalam laut, kenapa sekarang aku berada di sini?" Mahasura berada di sebuah pulau yang indah dengan pantai yang terbentang di hadapannya, tapi pulau ini hanya satu-satunya pulau yang ada. Sepanjang mata memandang, hanya terlihat lautan dan batas lautan yag terbentang luas. "Apa aku masih bermimpi?" gumamnya. "Kenapa aku bisa berada di pulau yang indah ini? Siapa yang tadi memanggilku? Seperti suara kakek ..." "MAHASURA!!!: Lagi-lagi Mahasura mendengar namanya dipanggil dengan kencang. Suara teriakan ini mirip suara kakeknya tapi dia tidak melihat wujud
Huuuaah .... Huaaaah ... Huuuaah! Mahasura mulai merasakan dirinya sulit bernafas di pulau yang indah ini. Mendadak pulau ini tidak ada udara sama sekali yang membuat dirinya terengah-engah berusaha menghirup udara untuk bernafas. "Aneh! Kenapa udara di sini rasanya sedikit sekali!" ujar Mahasura. "Kenapa aku sulit sekali bernafas di pulau ini?" Bleeep .... Bleeep .... Bleep Seluruh mulut dan hidungnya seperti kemasukan air yang membuatnya tidak bisa bernafas. "Aneh sekali! Aku sedang berada di daratan, kenapa rasanya sedang tenggelam di dalam air?" pikir Mahasura yang seperti bernafas di dalam air. "Anak muda! Bangun, anak muda!" Terdengar olehnya suara paman pemilik kapal yang ditumpanginya. Mahasura memuntahkan air laut yang tertelan olehnya saat tenggelam ke dalam laut. Matanya perlahan terbuka dan melihat paman nelayan sedang berusaha menyadarkannya dan mengeluarkan air laut yang tertelan olehnya. "Aku masih berada di atas kapal nelayan?" gumamnya tidak percaya. "Apa y
Mahasura Arya, pemuda pemalas yang kerjanya tidur-tiduran terus, kali ini kena batunya dengan mengalami mimpi terus menerus yang membawanya ke tempat yang sama terus menerus, yang mulai membuatnya ketakutan. Mahasura seakan tidak bisa terbangun dari mimpinya yang sangat lama sepanjang hidupnya. Bahkan dia mengalami mimpi di dalam mimpi yang membuatnya sulit untuk kembali ke dunia nyata tempatnya bermalas-malasan dan tidur seharian. Anehnya, pemuda pemalas ini terus kembali lagi ke pulau misterius yang disinggahinya dalam mimpi saat dirinya tercebur ke dalam laut dari atas kapal nelayan. "Apa saat ini aku tertidur di dalam kapal nelayan, atau aku tertidur di dalam kios pasar?" gumam Mahasura mencoba memikirkan kejadian yang menimpanya. Mahasura Arya sudah beberapa kali mencoba agar bisa terbangun dari mimpi buruk ini, tapi dia selalu terbangun di alam mimpi sebelumnya yang kemudian membuatnya bermimpi kembali. Seluruh kejadian mengarahkannya ke Pulau Misterius ini. ARYA ... Su
MAHASURA! Terdengar olehnya suara kakeknya yang sangat dinantikannya sedari tadi. Mahasura Arya terrbangun di atas kios pasar saat dipanggil kakeknya untuk pulang karena hari sudah malam. "Kakek! Senang sekali mendengar suara Kakek!" seru Mahasura yang terbangun dan berada di alam nyata yang dikenalnya. "Tidak biasanya kamu senang melihat kakek!" ujar Ki Seno. "Kamu pasti mimpi buruk ya, makanya senang melihat kakek karena sudah dibangunin!" "Apa kata kakek saja! Yuk Kek, kita pulang!" kata Mahasura sambil mendorong gerobak sayur kakeknya. Tapi Mahasura terkejut, begitu dia meninggalkan area pasar tempat kakeknya berdagang sayur dan buah, tampak di depannya hutan yang gelap lagi. "Ternyata aku belum terbangun sama sekali! Atau ini kejadian yang nyata, sedangkan tadi bertemu kakek adalah mimpiku?" Mahasura mulai bimbang terhadap mimpi yang dijalaninya ini nyata atau tidak. Kakeknya sudah tidak ada di sampingnya. Bahkan gerobak sayur yang tadi didorongnya juga lenyap dari hada
Penduduk Kota Naga Langit hanya mengenal kakek penjual sayur ini sebagai Ki Seno.Tidak banyak yang tahu nama asli dari Ki Seno, bahkan mungkin tidak ada satupun penduduk Kota Naga Langit yang mengetahui nama aslinya.Senopati Aryawiguna adalah nama asli dari Ki Seno, yang tidak pernah digunakannya lagi.Nama ini sempat menguncangkan dunia persilatan Benua Selatan yang lebih dikenal dengan Pendekar Penguasa Api.Bahkan Ki Seno memiliki Fire Devil, sebutan Iblis Api yang bersatu dengan tubuhnya.Pertarungan terakhir Ki Seno adalah melawan Pendekar Pedang Dewa Naga di atas pegunungan Awan Surga, yang terjadi sebelum menghilangnya Pendekar Pedang Dewa Naga ini.Banyak yang tidak tahu tentang pertarungan antara dua pendekar besar ini.Dunia Persilatan hanya mencatat pertarungan terakhir Pendekar Pedang Dewa Naga dengan Pendekar Lembah Iblis.Ki Seno memiliki ilmu kehidupan abadi seperti Immortal di dunia kultivator, sehingga kakek sakti ini masih hidup sampai sekarang."Ravindra! Kamu mem
"Kamu sedang mengandung?" tanya Senopati yang sedang dilanda kebingungan."Istriku sedang mengandung, Senopati! aku harap kamu bisa menunda keinginanmu menghabisi Adhisti sampai bayi kami lahir!" seru Ravindra."Kalian ini suami istri?" tanya Senopati lagi."Memangnya kenapa kalau kami ini suami istri?" tanya Ravindra.Senopati tampak terkejut melihat kejadian yang sangat tidak diduganya.Pendekar Pedang Dewa Naga dan Pendekar Lembah Iblis ternyata sekarang adalah pasangan suami istri. Pantas saja Pendekar Pedang Dewa Naga tidak pernah muncul lagi setelah pertarungan dengan Pendekar Lembah Iblis."Kapan kejadiannya?" tanya Senopati."Setelah aku tahu kalau Adhisti tidak sejahat yang dikabarkan pendekar persilatan! Semua itu hanya rumor belaka yang ingin menjatuhkan nama Pendekar lembah Iblis!" sahut Ravindra."Terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku!" kata Senopati sambil memberi salam kepada Adhisti."Aku tahu Pendekar Penguasa Api adalah pendekar hebat, yang mengutamakan kebenaran,
"Mahasura!"Panggilan lembut dari suara kakeknya membangunkan Mahasura Arya yang ternyata masih tidur di kios pasar Kota Naga Langit."Kakek? Sejak kapan kakek berada di sini?" tanya Mahasura yang masih mengucek-ngucek matanya yang belum sepenuhnya bisa melihat jelas."Kamu dapat pedang di sampingmu ini darimana?" tanya Ki Seno."Aku juga tidak tahu, Kek! Aku hanya bermimpi ditarik kekuatan dari dasar Samudra Naga ke dasar samudra yang dalam, tapi kemudian ditolong oleh nelayan. Aku sudah memegang pedang ini dalam mimpi, tapi kok bisa muncul di dunia nyata ya, Kek? Apa mimpiku itu nyata?" tanya Mahasura."Kamu tahu pedang ini sebenarnya pedang apa?" tanya Ki Seno lagi."Pedang Dewa Naga, Kek! Itu kata nelayan yang menolongku dalam mimpi, apa nyata ya? Aku tidak tahu , Kek!' ujar Mahasura kebingungan."Benar sekali! Pedang ini merupakan milik leluhurmu yang terkenal sebagai Pendekar Pedang Dewa Naga," jelas Ki Seno."Tapi Kek, kenapa pedang ini bisa muncul dari alam mimpi ya?" tanyaa M
"MAHASURA!"Terdengar suara perempuan yang sama yang pernah memanggilnya sebelum dia terbangun di kapal nelayan untuk kemudian dibangunkan Ki Seno.Mahasura Arya tampak terbaring di tepi pantai dengan hutan menyeramkan yang semula dihindarinya."Kenapa kakek menyuruhku kembali lagi ke Pulau Mimpi ini? Bisa-bisa sekarang aku tidak bisa kembali lagi ke dunia nyata!" ujar Mahasura dalam hati.Pemuda malas ini langsung bangun dan berjalan ke arah hutan gelap dan menyeramkan ini.MAHASURA ....Suara panggilan namanya membuat bulu kuduk Mahasura merinding dibuatnya."Serem sekali tempat ini. Apa mungkin di dalam hutan ini ada Kitab Dewa Naga seperti yang dikatakan kakek?" gumam Mahasura.Mahasura memberanikan diri untuk masuk ke dalam hutan yang sangat menyeranmkan baginya ini tanpa menghiraukan suara perempuan yang terus memanggil namanya."Aku tidak perlu takut sekarang! Kakek pasti membangunkanku kalau terjadi apa-apa denganku di alam mimpi ini!" ujar Mahasura dalam hati.*****Hutan yan