“Sebelum menceritakan bantuan apa yang kami inginkan lebih jauh, perkenalkan namaku Danu dan ini adalah temanku, Permata namanya!” Danu memperkenalkan diri setelah menyatakan ia memerlukan bantuan.
Permata tersenyum hormat kepada Kosala.
Kosala berkata, “Tidak usah memperkenalkan diri lagi, orang bodoh, aku masih ingat siapa namamu. Bukankah belasan tahun yang lalu kau pernah berkunjung ke tempat ini?”
Danu hampir saja tersedak mendengar penuturan itu, lalu dia tersenyum bangga. “Aku kagum dengan ingatanmu, Kosala! Bahkan aku yang lebih muda darimu hampir saja lupa dengan rumahmu.”
“Muda bukan berarti lebih tajam ingatannya dari pada yang tua,” sahut Kosala geram, merasa Danu merendahkannya. Tapi semua itu hanya candaan, Kosala tidak benar-benar marah.
“Maaf, aku tidak bermaksud untuk menghinamu!” kata Danu beberapa saat setelah terdiam. “Tujuan kami kemari adalah meminta bantuan!&rd
Sampai matahari menyingsing Danu tetap memandangi dua naga itu, berharap bisa mengartikan dan menerjemahkan apa yang dikatakan oleh dua naga itu. Namun ternyata semua sia-sia, Danu sama sekali tidak bisa mengartikannya. Akhirnya sampai ayam-ayam kampung berkejaran mencari mangsa, ketika burung-burung pagi bernyanyi ria, tiada makna yang Danu temukan dalam pandangan naga.“Danu, sejak kapan kamu berada di situ?” tanya Permata yang mengetahui Danu berdiri di teras rumah, tidak jauh dari patung dua naga berada.“Sejak fajar belum menyingsing!” sahut Danu sembari memalingkan pandangan kepada Permata. Wajah Permata tampak basah, ia baru saja selesai membasuh wajah setelah bangun tidur.“Baiklah, Danu, aku akan membantu istri orang itu menyiapkan sarapan pagi!” kata Permata, ia berjalan meninggalkan Danu yang kembali memandangi dua naga.“Ah, bagaimana lagi aku harus mengartikan kata yang terucap lewat mata naga itu?&rd
“Permata, aku harus segera menemukan bagaimana cara menangkap perkataan dua naga itu!” kata Danu kepada Permata ketika siang hari, matanya memandang Permata lekat-lekat.“Apakah itu adalah bantuan yang akan diberikan oleh Kosala?” Permata menebak-nebak, dan tebakannya benar.“Benar sekali Permata. Jika aku bisa menerjemahkan apa yang dikatakan dua naga itu, maka kita akan mendapatkan bantuan yang sangat besar!” kata Danu sungguh bersemangat.Permata diam sejenak, diam antara senang sebab mendapatkan bantuan, bingung sebab belum mengetahui bagaimana cara berbicara dengan dua naga. “Berarti apa sekarang yang bisa aku lakukan untukmu, Danu?” tanya Permata dengan senyum mengembang di kedua pipinya, alis terangkat.“Aku juga belum mengerti apa yang harus aku lakukan, Permata. Intinya beberapa hari ini kita akan di sini terlebih dahulu sampai akhirnya aku bisa berbicara dengan dua naga itu!” kata Danu
“Manusia mempunyai kepekaan sendiri-sendiri, kalian tidak perlu memaksakan diri untuk sama dengan orang lain,” kata Kosala pada malam ketiga. “Yang perlu kalian lakukan adalah berusaha dan berusaha, urusan hasil adalah Tuhan yang melaksanakan!”Bahkan dalam hidupnya sama sekali Danu dan Permata melibatkan Tuhan, dalam artian mengikut sertakan Tuhan dalam setiap tindakan yang mereka lakukan. Mereka melakukan setiap tindakan dengan sendirinya, dengan keinginan dan rasa sendiri dalam hidupnya, dan kali ini Kosala memerintahkan kepada mereka berdua untuk mengakui keberadaan Tuhan.“Dengan demikian, manusia mempunyai dirinya masing-masing, mempunyai jati diri masing-masing, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang. Kelebihan adalah sebuah hal yang bisa didapatkan dan diijinkan oleh Tuhan. Yang tidak ada dalam kehidupan itu adalah kekurangan, sejatinya Tuhan tidak menciptakan kekurangan untuk manusia, sebab semua bisa dan mampu untuk diusa
Malam ke empat, Danu dan Permata masih berusaha sebisa mungkin untuk memahami apa yang dimaksud dengan bahasa hati, mendengarkan dan mengucapkan dengan hati.Dini hari mereka berdua duduk di atas tanah, di atas halaman rumah yang luas itu. Di samping kanan halaman ada sebuah pohon mangga besar yang selalu bergerak-gerak ketika angin menyapanya. Pohon mangga itu pula yang ketika pagi dan menjelang petang menjadi tempat bermainnya burung-burung bersama kawanannya. Kini pohon itu tengah berbunga, mungkin dua bulan lagi akan menjadi buah, dan beberapa minggu kemudian akan menjadi buah yang matang.Sayup-sayup angin bertiup dari selatan, menggerak-gerakkan pepohonan, mematikan lampu minyak tanah yang sebelumnya masih menyala. Sekarang keadaan benar-benar gelap, tidak ada penerangan kecuali sinar rembulan yang sebentar lagi akan menghilang, juga beberapa bintang yang sinarnya melebih sinar bintang lain.Beberapa saat kemudian angin bertiup lumayan kencang, hingga bebe
“Kamu tega, Danu!” kata Permata lirih kepada daun pintu yang menemaninya. Matanya memandang Danu yang tengah berbincang asyik dengan Rumana di halaman rumah luas, memandang kemerlip bintang.Air matanya dibiarkannya mengalir begitu saja, tangannya tidak mampu lagi menghapus luka yang begitu dalam. Permata tidak sanggup lagi melihat itu semua. Lebih baik sekarang aku kembali tidur saja, batin Permata. Dia berbalik arah, tapi tanpa disadarinya tiba-tiba kakinya menendang sebuah pot dari tanah liat.Brak...Suara kegaduhan terdengar. Danu dan Rumana memalingkan kepala, melihat sebuah pot telah pecah menjadi beberapa bagian. Selanjutnya Permata mematikan lampu minyak tanah dengan kekuatannya, suasana menjadi gelap sempurna. Saat itulah dia gunakan waktu untuk segera kembali ke dalam kamar agar tidak ada yang mengetahui bahwa dirinya telah menangis. Samar-samar dia menggunakan kedua tangannya sebagai penunjuk arah.“Mungkin itu kucing!”
Hai, Teman-teman! Semoga hari-hari kalian bisa dan menjadi lebih berwarna dengan kehadiran novelku ini, ya! Eh, kenapa, yah... teman-teman kok jarang sekali yang komen? Padahal, satu komen kalian tentulah sangat berarti untuk penulis. Komen dong, hihi... Jangan lupa juga untuk memberikan bintang full pada setiap komennya. Atau, jika ada kesalahan langsung bisa saja teman-temannya mengkritiknya dengan cara komen. Intinya, penulis senang sekali jika teman-teman sekalian berkenan untuk komen dan memberikan masukan-masukan. Terima kasih untuk kalian semua yang bersedia menunggu bab demi bab yang aku tulis, semoga alurnya memuaskan dan menghibur. Di luar itu semua, semoga tetap membawa pelajaran yang berarti dalam kehidupan kita. Oke, selamat membaca menikmati alurnya.
Malam kelima, dan sepertinya itu adalah malam terakhir untuk Danu juga Permata untuk mengasah kemampuan berbicara kepada alam, mendengar dengan hati, dan berucap dengan bibir hati, bersama Kosala. Malam itu akan menjadi malam terakhir bagi mereka berdua untuk selanjutnya meneruskan perjalanan. Ini memang sebuah hal yang sangat luar biasa, mereka akan melanjutkan petualangan yang lebih menegangkan lagi. Kosala telah memberikan kode kepada mereka berdua untuk segera meneruskan perjalanan. Mungkin menurut Kosala kemampuan membaca alam mereta sudah lebih dari cukup sebagai kata pemula.“Aku rasa kalian sudah memahami dasar-dasar tentang bagaimana cara berbicara dan mendengarkan dengan hati,” ujar Kosala, malam ini suasana mendung, mungkin sebentar lagi hujan akan datang, angin sayup-sayup basah menggerakkan dedaunan.“Maka tidak ada kepentingan lagi dalam diri kalian untuk terus hidup di rumahku. Dengan sopan besok aku mempersilakan kalian untuk meninggal
“Apakah kau lupa dengan janjimu, Kosala?” salah seorang di antara mereka bertanya dengan nada berteriak.Mereka tidak kurang dari lima belas orang. Datang tanpa diundang, mereka langsung marah-marah kepada Kosala tanpa pembukaan. Lingkaran itu sekarang itu berupa lingkaran lagi, terkalahkan oleh jejak manusia yang mengepung Kosala, Danu, juga Permata.“Janji apa yang kau maksud?” Kosala bertanya dengan nada datar.“Aku rasa kau belum terlalu begitu tua, Kosala! Aku harap kau juga tidak hilang ingatan sehingga dengan sengaja melupakan janji-janji yang kau ucapkan. Apakah kau benar-benar lupa? Baiklah, anak buahku akan memberikan kenangan-kenangan yang akan mengingatkanmu!”Satu orang maju lebih dekat kepada Kosala, menginjak garis yang dibuatnya sehingga sepertinya antara Kosala dan orang itu tidak ada jarak.“Dahulu, kau pernah berkata kepada kami bahwa kau akan memberikan perlindungan kepada kami dan membe