"Putraku..." ucap Pendeta Barata saat melihat Raja Baka. Kemunculan Raja Baka di dalam medan ilusi Bima adalah karena keinginan Bima. Dia ingin tahu apa yang terjadi jika Raja Baka datang di depan gurunya. "Putra? aku bukan anakmu! Aku adalah Raja Baka, Raja Iblis Tanduk Api saat ini! Siapa kau!?" tanya Raja Baka membuat Pendeta Barat terpana. Dia tak menyangka Raja Baka akan berkata seperti itu padanya. Dia sangat rindu pada anak semata wayangnya. "Maafkan aku anakku... Ayah pergi lama tak kembali ayah berjanji akan kembali..." kata Pendeta Barata terlihat menyedihkan. "Dimana ibuku!?" tanya Raja Baka yang sepenuhnya adalah kendali Bimasena. Semua yang Raja Baka tanyakan adalah pertanyaan yang Bima lontarkan. "Ibumu..." Pendeta Barata jatuh terduduk. Pedangnya tergeletak di atas jembatan. Raja Baka menatap tajam. Meski Bima tak tega membuat gurunya tersiksa, namun saat itu gurunya jelas hanyalah ilusi, dan a
Bima dan Arimbi melangkah masuk ke sebuah halaman rumah yang cukup luas. Suasana yang gelap dan tanpa ada suara apa pun membuat tempat itu terlihat seram. Bima menoleh ke arah Dara yang tadi di belakangnya. Namun dia tak melihat wanita itu. "Dia bisa menghilang dan datang kapan pun, benar-benar siluman..." batin Bima. Arimbi terlihat semakin lemah. Wajahnya mulai menghitam. Dengan segera Bima menggendeong tubuh gadis itu lalu masuk ke dalam rumah penginapan. "Selamat datang..." sambut suara seorang wanita di balik pintu. Bima terkejut melihat Dara yang sudah berdiri di sana. "Kamar pendekar ada di kamar nomer tiga, semua sudah kami persiapkan," kata Dara dengan anggun. Bima tak peduli dengan ucapan wanita itu. Dia segera membawa Arimbi ke dalam kamar yang di sebutkan. Dara tersenyum kesal karena tidak di perhatikan. Setelah masuk ke dalam kamar, Bima segera mengunci pintu kayu tersebut. Kemudian dengan terburu-buru Bima merebahkan tubuh Arimbi di atas ranjang dengan kasur empu
Keesokan harinya Bima membuka mata. Dia masih memeluk Arimbi. Saat Bima menatap ke arah wajah gadis itu, ternyata Arimbi sudah membuka mata. Semua racun panas yang ada di tubuh gadis itu telah hilang. Mereka berdua saling bertatap mata. Bima bisa merasakan dengan jelas, dada gadis itu yang menempel lembut di tubuhnya. "Terimakasih kakang..." bisik Arimbi lalu mengecup pipi Bima dengan lembut. Bima menelan ludahnya sendiri saat dia merasakan tubuh gadis itu menekan tubuhnya. "Kamu sudah menyelamatkan hidupku berulang kali... Aku tak tahu harus membayar hutang ini padamu dengan cara apa kakang," kata Arimbi. Bima tersenyum. Dia belai pipi gadis itu dengan penuh perasaan. "Melihatmu baik-baik saja aku sudah sangat senang, Arimbi..." sahut Bima. Arimbi tersenyum manis lalu menyandarkan kepalanya di dada pemuda itu. Dia memeluk Bima dengan erat sehingga Bima bisa merasakan semua tubuh Arimbi yang menekan tubuhnya. "Aku sangat bahagia kakang..." bisik Arimbi. Bima tersenyum dan menc
Dara menyambut datangnya sesosok Iblis yang tak lain adalah Raja Baka. "Selamat datang Raja..." ucap Dara sambil tersenyum. Namun karena wajah tengkorak nya membuat Raja Baka muak dengan senyum itu. "Siapa kau!? Apakah kau yang berjuluk Gadis Tengkorak!?" tanya Raja Baka dengan tatapan tajam."Benar Raja, akulah siluman Gadis Tengkorak, hikhikhik! Ternyata aku terkenal juga...""Lepaskan...! Lepaskan kaumku dari kutukan menjijikkan itu! Kau perbudakan mereka semua! Apa urusanmu berasa di wilayah Klan kami!?" bentak Raja Baka marah. "Luar biasa... Gertakkan seorang Raja membuat jantungku berdetak kencang... hikhikhik!""Makhluk sialan! Cepat katakan!" teriak Raja Baka. "Sebelumnya ada orang datang dengan niat yang bagus, dia pun berhasil mengalahkan Raja sebelum kamu, apakah kamu siap mengalahkan orang ini?" tanya Dara sambil tertawa cekikikan. Raja Baka terdiam. "Apakah itu saudara Bima?" batin Raja Baka. "Selesaikan ujian ilusi ini maka kau akan bertemu dengannya, hikhikhik...
Bima akhirnya selesai makan. Dia merasa sangat kenyang meski dia tak merasa enak sama sekali terhadap makanan itu. "Kemana Arimbi?" batin Bima. Dia merasa khawatir mengingat gadis itu adalah manusia murni di dunia Iblis tersebut. Bima segera keluar dari kamarnya kemudian berjalan menuju kolam kecil yang ada di sebelah rumah tersebut. Di dekat kolam, Bima melihat Arimbi tengah duduk sambil meminum teh. "Aku kira kau kemana, ternyata di tempat ini," ucap Bima sambil duduk di sebelah Arimbi. Arimbi menuang teh kedalam cangkir dan menyodorkan nya kepada Bima. "Kakang tidak mual makan daging binatang menjijikan itu?" tanya Arimbi. Bima mengambil cangkir lalu meminum teh itu sekali tenggak. "Jika mau jujur, aku juga tidak suka," jawab Bima. Arimbi mendekatkan wajahnya membuat wajah mereka berdua menjadi sangat dekat. Bima terkejut dengan Arimbi yang tiba-tiba mendekat. Namun hatinya berdebar juga melihat wajah cantik itu dalam jarak yang sangat dekat. "Ada apa?" tanya Bima. Mata
Pedang Darah di tangan Bima menusuk leher Gadis Tengkorak. Namun saat pedang itu menembus lehernya, wujud makhluk menyeramkan itu berubah menjadi asap hitam. Asap hitam itu melayang keluar dari rumah penginapan. Dengan cepat Bima segera mengikutinya. Namun sesampainya di luar, Bima kehilangan jejak. Dia segera kembali masuk ke dalam dan mencari Arimbi. Setiap kamar dia dobrak. Namun tak ada satu pintu pun yang jebol. Padahal itu hanyalah pintu kayu. "Kenapa pintu ini sangat kuat!?" batin Bima. "Pintu ini mengandung aura milikku, sepertinya aku pernah masuk ke dalam sini, coba kau pakai kekuatan milikku anak muda," usul Iblis Bayangan. Bima segera mengerahkan kekuatan Iblis Bayangan. Ternyata hanya dengan mendorong perlahan saja pintu itu telah terbuka. Benar saja apa yang di katakan Iblis Bayangan. Namun di dalam kamar itu kosong tak ada apa pun. Ketika Bima akan memutar tubuhnya, Iblis Bayangan menahannya. "Tunggu sebentar Bima! Coba kau masuk ke dalam dan cari tahu, aku meras
Bima mendobrak dua pintu lainnya. Namun tak berhasil. Dua pintu itu adalah pintu kamar Iblis Neraka dan Iblis Tanduk Api. Jelas Bima tak mungkin bisa membukanya karena dia tak mempunyai kekuatan dua Iblis tersebut. "Sial... Kemana aku harus mencarinya...?" batin Bima. "Aku merasakan ada hawa siluman, waspada!" kata Iblis Bayangan mengingatkan. Bima menghunus pedangnya. Dia pun mempertajam penglihatan dan pendengarannya. Siluman Gadis Tengkorak itu bergerak nyaris tanpa suara. Namun ada satu yang tidak hilang dari siluman itu, yaitu aura siluman nya. Meski sangat tipis, namun Bima bisa merasakannya. "Benar... dia mengintai kita," batin Bima. "Tak masalah, siluman adalah makanan pedang Darah milikmu, senjata Rantai Tulang Iblis juga bisa berguna saat pertarungan, jadi manfaatkan dua senjata itu untuk menjadi pembunuh yang hebat!" kata Iblis Bayangan. "Hei, Iblis Bayangan..." panggil Bima. "Apa?" tanya Iblis Bayangan. "Kau lebih cerewet dari Iblis Es, hahahaha!" ujar Jaka lalu t
"Lelaki semuanya sama, silau dengan kemolekan tubuh wanita. Bagai kerbau di cocok hidungnya, mereka akan menurut kalau sudah terpesona," kata Suari sambil melempar senyuman manis ke arah Bima. Dari cara dia berjalan sudah membuat mata pria mana pun akan terpaku, di tambah dengan pakaian tipis yang hanya satu helai membuatnya nyaris seperti tidak menggunakan pakaian. Siapa yang tidak kelojotoan dengan pemandangan tersebut. Tiba-tiba terdengar ledakan dari dalam rumah penginapan. Lalu melesat satu sosok berpakaian putih ke arah Suari. Gerakannya sangat ringan. Dengan satu serangan cepat dia telah berada di depan wanita Iblis tersebut. "Berani menggoda kekasih orang! Apakah kau sudah tidak ingin hidup!?" teriak sosok berpakaian putih yang tak lain adalah Arimbi. Suari terkejut dengan serangan mendadak tersebut. Namun dia telat, karena telapak tangan kanan Arimbi telah menghantam dadanya dengan telak hingga tubuhnya terpental jauh. Siluman Gadis Tengkorak terkejut melihat Arimbi yan
Tangan Darah mencoba bangkit berdiri. Meski dengan gontai dia berhasil berdiri kembali. Sekujur tubuhnya melepuh terkena serangan Petir Semesta milik Ki Romo.Sedangkan Ki Romo tak lebih baik dari Tangan Darah, setelah terpental keras tubuhnya malah justru melesat ke arah perisai emas milik Ratu Azalea.Saat tubuhnya menghantam perisai emas milik Ratu Azalea, Ki Romo merasa tubuhnya remuk dan terbakar.Beberapa saat lamanya dia tak bisa bangkit berdiri kerena tubuhnya tak bisa dia gerakan.Tangan Darah berjalan kearah Ki Romo dengan langkah perlahan. Wujudnya yang terlihat hancur menambah keangkeran sosok pengikut Bima tersebut."Harus dibunuh...harus dibunuh..." gumam Tangan darah.Ki Romo mencoba mengangkat tubuhnya. Namun tidak bisa. Kakinya telah patah setelah menghantam perisai emas milik Ratu Azalea."Bagaimana bisa disini terpasang sebuah perisai yang sangat kuat...?bahkan lukaku justru aku dapat karena menghantam perisai aneh ini...!" batin Ki Romo masih mencoba untuk bangkit
Tangan Darah terpental setelah menangkis serangan beruntun dari Ki Romo,salah satu dari Tiga Setan Emas.Ki Romo yang dibantu oleh enam pengikutnya berhasil sedikit mendesak Tangan Darah."Siapa makhluk menyeramkan ini? kalau melihat serangan yang dia lancarkan aku tidak merasa asing. Pukulan itu seperti milik seorang pemburu Harta Karun yang pernah ramai dibicarakan oleh Yang Mulia. Dia adalah Datuk Manggala! Orang yang pernah mengalahkan Ketua Pemburu Senyap, Panglima Kerajaan!" batin Ki Romo dengan wajah berubah sedikit pucat.Kejadian Datuk Manggala mengalahkan panglima Kerajaan adalah sebuah cerita lama. Sebelum para pendekar kerajaan berkembang pesat seperti sekarang.Datuk Manggala pernah di ajak oleh kerajaan untuk bekerjasama dalam mencari sebuah harta karun yang konon bisa membawa mereka keluar dari pulau kutukan tersebut.Namun seperti yang di duga,Datuk Manggala tidak mau bergabung dan memilih untuk mencarinya sendiri.Panglima kerajaan mengancam akan mengurung Datuk Mangg
Wujud Bima saat ini telah berubah menjadi wujud Balaraja. Sosok iblis dengan tanduk berwarna emas.Ki Sutan yang melihat perubahan wujud Bima terkejut. Dia tak pernah menduga jika lawannya dari tadi adalah manusia setengah iblis.''Jadi kau manusia setengah iblis? Tak disangka sama sekali ada manusia selain tuan Anggoro yang juga mempunyai kekuatan ibis,huh! tapi kau berbeda dengannya. Aku tak takut sama sekali pada iblis sepertimu!" umpat Ki Sutan.Bima tersenyum sinis. Matanya menatap tajam ke arah Ki Sutan."Aku tak peduli dengan ocehan mu itu! ayo kita lanjutkan lagi pertarungan kita!" teriak Bima lalu menancapkan Pedang Darah ke tanah. 'Jurus Bayangan Ganda!" seru Bima dalam hati.Pedang Darah miliknya bersinar emas.Dari dalam pedang itu muncul dua sosok yang menyerupai Bima. Keduanya langsung menyerang dengan cepat ke arah Ki Sutan. Terkejut dengan serangan dua bayangan yang menyerupai Bima tak membuat Ki Sutan lengah. Dengan jurus Tinju Semesta, Ki Sutan menyongsong serangan
Bima bangkit berdiri. Dia merasakan dadanya sesak setelah terpental jauh karena ledakan Tinju Semesta milik Ki Sutan. "Kekuatan yang sangat dahsyat, apakah ini kekuatan khusus miliknya?" batin Bima sambil menatap ke depan. Ki Sutan berjalan dengan seringai di bibirnya. Tubuhnya terlihat lebih besar dari saat pertama Bima melihatnya. "Bisa bertahan dari serangan Tinju Semesta milikku, aku akui, kau satu-satunya pendekar kelas atas yang bisa melakukannya," kata Ki Sutan memuji. Bima tak menyahut. Dia berusaha mengembalikan jalan napasnya yang sempat sesak. "Tapi, kau hanya beruntung karena tinju ku ini tidak mengenai wajahmu secara langsung... Jika tinjuku berhasil mengenai wajahmu, mungkin kepalamu sudah hilang..." Ucap Ki Sutan lagi. Bima menyeringai. "Jangan banyak membual, coba saja kau buktikan, apakah benar tinju mu itu sesakit yang kau katakan?" tantang Bima. Ki Sutan menggeram marah. Dia melebarkan kedua kakinya lalu mengeluarkan kekuatan sejati miliknya hingga tanah ber
Dengan Pedang Hantu Biru Bima melesat ke langit lalu terbang mengitari desa. Matanya menyapu sekeliling desa dan dia menemukan tiga kelompok yang terpisah seperti yang Kalabunta katakan. Dengan perlahan Bima terbang rendah mengintai kelompok Ki Sutan dari belakang. "Satu Ranah Puncak Tulang Dewa, lima ranah Tulang Dewa tahap tengah. Tidak buruk," batin Bima. Diambilnya beberapa jarum senjata rahasia. Lalu dengan menggunakan Kekuatan Ruang dan Waktu, Bima menghentikan waktu sesaat. Tubuhnya melesat cepat dan melempar tiga jarum ke arah mereka. Saat jarum itu tepar berada di dekat tubuh mereka, Bima kembali menghilang lalu melepas Waktu kembali. Clep! Clep! Clep! Tanpa suara tiga pemburu Senyap tewas setelah leher mereka di tembus jarum milik Bima. Ki Sutan yang mendengar suara benda menancap di leher anak buahnya segera menoleh. Dia sangat terkejut melihat tiga anak buahnya mati tanpa tahu siapa yang membunuh. "Gawat! Ada yang mengintai kita!" ucap Ki Sutan perlahan. Dia menata
Matahari mulai tenggelam. Cahaya emas yang bersinar dari ufuk barat perlahan mulai menghilang digantikan kegelapan malam. Suara lolongan anjing hutan pun mulai terdengar. Dari balik pohon besar yang ada di pinggir desa, berdiri beberapa sosok berpakaian hitam. Wajah mereka mengenakan topeng. "Kau yakin mereka adalah orang yang berhasil mengalahkan dua tim yang seharusnya menjemput ketua Anjani?" tanya satu sosok dengan topeng bergaris biru. Melihat yang lain semuanya memakai topeng bergaris merah, agaknya orang dengan topeng bergaris biru itu adalah ketua kelompok tersebut. "Benar tak salah lagi, pemuda dengan kekuatan es itu ada di rombongan tersebut. Hanya saja ciri-cirinya tidak begitu jelas," kata sosok lain. "Apakah kau yakin dia bukan murid Perguruan Harimau Perak?" tanya sosok bertopeng garis biru. "Pasti salah satu tetua mereka yang melakukan serangan kepada tim Nyai Anjani. Hanya saja tidak ada berita mengenai ciri-ciri khusus dari pendekar tersebut. Hanya dikatakan pe
Bima memejamkan matanya. Dia pun mulai merasa tidak nyaman setelah mendengar cerita dari Ratu Azalea. "Jadi, selama ini kamu sudah tahu jika kita akan bersama... Kamu juga tahu kita akan menyerang kerajaan, kenapa dari awal kamu tidak melarang ku untuk pergi ke kerajaan?" tanya Bima. "Itu jelas tidak mungkin, kau sudah tahu, hukuman yang akan ku Terima jika aku melawan takdir. Seratus tahun. Aku tak mau dihukum seperti itu lagi. Aku hanya ingin bisa di samping dirimu selama mungkin, baik dalam keadaan senang maupun duka, aku tak akan peduli..." kata Ratu Azalea. Bima mengecup kening istrinya dengan lembut. "Apa yang akan terjadi di masa depan jika kamu ikut membantuku menghancurkan mereka?" tanya Bima. "Kakang akan kehilangan diriku, hanya itu yang aku tahu, kita akan berpisah...dan aku tidak tahu karena apa," jawab Ratu singkat namun membuat Bima seperti dihantam palu raksasa. "Bagaimana bisa aku akan kehilangan dirimu? Apakah tidak ada petunjuk apa yang membuat kita berpisah?"
Bima terdiam setelah Ratu Azalea menjawab pertanyaan nya. "Untuk apa kamu melakukan itu Ratu?" tanya Bima. Ratu Azalea tersenyum. Dia membelai pipi suaminya dengan lembut. "Untuk menjagamu, Sinar Pengikat Jiwa ini juga aku pasangkan pada Tangan Darah. Sebelumnya mereka berdua adalah musuh, ketika kamu menjadikan mereka pengikut, mereka akan mengikuti mu karena kamu lebih kuat. Namun, tak ada yang namanya kesetiaan abadi. Kakang, ingat pemberontakan Lesmana kepadaku?" tanya Ratu Azalea. Bima mengangguk. "Dia adalah orang yang paling ku percaya dalam banyak hal setelah Pamannya. Tapi dengan mudah dia membuang kepercayaan itu, dan menusuk dari belakang setelah aku dalam keadaan lemah. Jika bukan karena pertolongan mu, mungkin aku sedang di permainkan olehnya," kata Ratu Azalea. Kini Bima paham apa tujuan istrinya menaruh Sinar Pengikat Jiwa kepada dua pengikut nya itu. Namun sebenarnya, tanpa Sinar Pengikat Jiwa sekalipun, Tangan Darah tak akan mampu berkhianat. Karena sekali Bima
"Kenapa... Kenapa kamu memilih aku sebagai pengikut mu?" tanya Subali. Bima melangkah mendekati Subali yang tengah di obati oleh Wulan. "Musuhku adalah kerajaan besar. Mereka mempunyai banyak Pendekar kelas atas, dan tidak sedikit dari mereka rata-rata adalah petarung ranah Tulang Dewa. Aku butuh kekuatan untuk menghancurkan mereka," jawab Bima. "Apakah ada dendam yang membuat mu ingin menghancurkan mereka?" tanya Subali. Bima mengangguk. "Dosa mereka sangat banyak, Dewa menutup mata. Itu artinya Iblis lah yang harus menjadi hakimnya, bukan begitu?" jawab Bima. Subali tidak tahu dendam apa yang Bima emban hingga menginginkan kehancuran pada kerajaan Angin. Tapi dia paham, dendam itu pasti sangat dalam dan menyakitkan. "Apakah hanya beberapa Pendekar ini cukup untuk melawan mereka? Aku mendengar kabar mereka mempunyai kekuatan yang dahsyat. Ada beberapa tetua kerajaan yang pernah melewati tempat ini, dan mereka berada di Ranah Cakrawala tahap Tengah." kata Subali. "Ranah Cakraw