Banaswarih tidak langsung menjawab pertanyaan Bandem. Diam-diam Banaswarih memikirkan Lunjak dan Bandem yang selama ini sangat setia pada dirinya selaku anak raja. Lunjak dan Bandem juga selalu bersemangat untuk menjaga Kerajaan Karangtirta dari gangguan apa pun.
Ketika ada sosok Ganggayuda yang secara terang-terangan ingin merebut tahta dari tangan Raja Tiyasa, Lojitengara dan Bandem sangat kesal, sangat gemas, dan paling gusar. Mereka maunya saat Ganggayuda menyatakan keinginannya untuk merebut tahta Kerajaan Karangtirta, ditangkap. Kalau perlu dibunuh!
Walau saat itu aku bisa membunuh Ganggayuda dengan menggunakan senjata saktiku, tapi itu tak mungkin kulakukan. Kata hati Banaswarih. Aku ini kesatria, bukan pengecut dan bukan manusia licik. Ganggayuda berani menyatakan diri untuk memberontak, maka dia harus siap mati kalau pemberontakannya gagal.
”Manusia yang mengagungkan keakuannya, sering terjebak pola pikir bahwa dia adalah segala-
”Para Pengawal!” panggil Raja Tiyasa dengan suara keras.“Daulat, Paduka Raja!” jawab para prajurit berbadan tegap dengan suara tegas.“Para pemberontak sudah mata gelap. Mereka semua sudah seperti binatang yang haus darah. Mereka bersemangat untuk menumpahkan darah sesama saudaranya. Maka dari itu, kalian jangan ragu-ragu dalam bertindak!”“Apa yang harus hamba lakukan sekarang?”“Mengawalku dan permaisuri dengan segenap hati dan jiwa.”“Itu sudah kewajiban kami selaku pengawal raja. Kami siap mengorbankan jiwa kami demi raja dan Karangtirta.”“Bagus!” puji Raja Tiyasa penuh rasa bangga. Dirinya merasa percaya diri bahwa apa pun yang sedang terjadi, Kerajaan Karangtirta akan selamat karena dirinya mempunyai prajurit-prajurit hebat. Bukan sekadar hebat dalam oleh kanuragan dan menggunakan berbagai macam senjata. Namun juga hebat dalam kesetiaannya memegang su
Banaswarih bersiap-siap menyerang lawan. Dia ingin secepatnya membekukan tubuh lawan. Kalau tubuh lawan beku, maka sudah tidak bisa bergerak lagi. Bahkan kalau lawan terkena senjata saktinya yang berbentuk pisau, maka jantungnya juga bisa beku, sehingga berhenti berdetak. Manusia sehebat apa pun kalau jantungnya tidak berdetak, maka dirinya telah mati.Dalam perhitungan Banaswarih, Olengpati bisa dia dikalahkan. Selama ini Banaswarih dikenal sebagai pendekar muda yang mempunyai ilmu silat tingkat tinggi dan senjata sakti yang bisa membekukan tubuh lawan. Sedangkan Olengpati hanya dikenal sebagai gerombolan perampok yang selama ini suka membuat keonaran di berbagai tempat.Akhir-akhir ini Olengpati yang bekerja sama dengan Ganggayuda membuat berbagai huru-hara di seluruh wilayah Karangtirta. Masyarakat mengenal Olengpati sebagai gerombolan pengacau. Gerombolan yang suka membuat kekacauan. Olengpati dan gerombolannya melakukan perampokan di berbagai wilayah Karangtirta u
“Tunggu!” kata Bandem dengan nada tenang. Dia menghentiakan serangan Menik Sarasti. “Jangan lanjutkan seranganmu, Menik Sarasti! Kamu berada di pihak pemberontak. Itu artinya, kamu mengikuti orang yang salah. Kalau kamu mati, kamu membela orang yang salah, yang suka menebarkan keajahatan di muka bumi. Lebih bai kamu hentikan dukunganmu pada Ganggayuda! Ikutlah kata-kataku, nanti kuusahakan kamu menjadi prajurit Kerajaan Karangtirta.”“Hei, Bandem! Kamu ini siapa?” tanya Menik Sarasti dengan nada mengejek. “Kamu kan hanya gedibal. Kamu hanya anak buah Banaswarih. Mana bisa kamu membuat keputusan agar aku menjadi prajurit di Karangtirta? Lagi pula, aku tidak berminat menjadi prajurit Karangtirta. Aku lebih senang menjadi anak buah Ganggayuda.”“Asalkan kamu mau dan berminat menjadi prajurit Karangtirta, Pangeran Banaswarih pasti akan menerimamu. Kerajaan Karangtirta membutuhkan orang-orang hebat s
Suara teriakan untuk mundur dari Banaswarih diimbangi para prajurit lainnya. Sahut-menyahut suara ‘Mundur’ memenuhi angkasa. Suara-suara mereka keras membahana. Raja Tiyasa terpaksa mengambil keputusan untuk mundur setelah melihat kenyataan pahit yang ada di depan mata.Sebenarnya bukan watak Raja Tiyasa untuk menghindari bahaya. Namun dirinya berpikir jauh ke depan. Kalau menuruti kata hati, ingin rasanya dia bertarung sampai mati melawan Ganggayuda dan gerombolannya.Raja Tiyasa berpikir bahwa untuk memperoleh kemenangan, kadangkala harus berani mengalah. Atau paling tidak, mundur untuk sementara untuk menyusun cara baru. Raja yang bijaksana itu yakin bahwa pasukan Kerajaan Karangtirta bisa mengalahkan para pemberontak dengan menggunakan cara baru dalam bertempur.Sisa-sisa prajurit yang berjumlah empat puluhan orang itu telah masuk benteng dalam. Benteng dalam merupakan benteng lapis kedua yang sangat kokoh. Tiyasa, Pandansekar, Banaswarih, dan seluruh pengawal, juga telah berada d
Kata-kata Ganggayuda menggelegar memenuhi angkasa. Kata-kata yang diteriakkan kepada anak buahnya itu membuat musuh merasa ngeri. Ganggayuda tidak hanya menginginkan musuh-musuhnya mati, tetapi lebih dari itu.Selama ini Ganggayuda telah memendam keinginan untuk menjadi raja di Kerajaan Karangtirta. Dia menganggap dirinya lebih layak menjadi raja di Karangtirta dibandingkan Tiyasa.Selama bertahun-tahun Ganggayuda memendam kekesalan atas kebijakan Raja Tiyasa. Dalam pemikiran Ganggayuda, Raja Tiyasa kurang pintar mengambil keputusan untuk kemajuan Kerajaan Karangtirta. Makanya Ganggayuda selama puluhan tahun menyusun kekuatan secara tersembunyi. Pada saat ini, dia melakukan pemberontakan karena yakin sudah punya kekuatan untuk menumbangkan kekuasaan Raja Tiyasa.“Kalian jangan takut oleh kata-kata yang diteriakkan Ganggayuda!” kata Raja Tiyasa lirih kepada Banaswarih dan anak buahnya yang sangat setia kepada raja. “Itu hanya gertakan sambal. Gertakan oleh orang yang sebenarnya takut t
Suro Joyo merasa tugasnya untuk membantu Banaswarih dan Raja Tiyasa menumpas pemberontak, belum selesai. Tadi dia lihat Ganggayuda dan anak buahnya melarikan diri meninggalkan istana. Mereka hampir saja berhasil menumpas Raja Tiyasa, Banaswarih, dan seluruh orang setia pada kerajaan. Namun ada gempuran tak terduga dari para prajurit Karangtirta yang dikendalikan Suro Joyo dan Tunggulsaka.Lagi pula Suro Joyo tidak ingin menghilangkan peran Tunggulsaka dalam upayanya menumpas pemebrontak. Berkat Tunggulsaka, para prajurit yang berada di luar istana bisa disatukan. Para prajurit bisa dikumpulkan Tunggulsaka karena mereka masih percaya pada ketulusan bekas senapati itu pada Kerajaan Karangtirta. Dengan menyatunya para prajurit yang tersebar di seluruh wilayah Karangtirta, maka Suro Joyo dan Tunggulsaka bisa menggempur para pemberontak.”Yang dikatakan Kisanak Suro Joyo itu memang benar, Pangeran,” kata Tunggulsaka. “Tugas kita bersama belum selesai. Para pemberontak yang hampir saja meng
Kata-kata Ganggayuda sebenarnya menyinggung perasaan Nilawangi. Nilawangi merasa harga dirinya sangat direndahkan. Ganggayuda berada dalam puncak kemarahannya. Dia lepas kendali dalam mengeluarkan kata-kata. Dia tak menyadari bahwa kata-kata yang diucapkan bisa menyinggung perasaan orang lain.Meskipun Nilawangi anak buah setia, tapi dia punya hati juga. Nilawangi punya perasaan. Hati dan perasaan Nilawangi menjerit dan meronta. Hati dan perasaan Nilawangi tidak terima dikata-katai seperti itu.Ganggayuda mengatakan seolah-olah Nilawangi hanya pantas menjadi istri simpanan daripada sebagai pendekar wanita tangguh. Sungguh sombong sekali Ganggayuda itu. Dia memandang Nilawangi seolah-olah hanya pantas menjadi istri simpanan, bukan pendekar wanita yang hebat. Padahal banyak anak buah Ganggayuda yang tahu bahwa Nilawangi memiliki ilmu silat yang sudah sampai tataran tinggi.Sungguh keterlaluan Gusti Patih Ganggayuda. Begitu kata hati Olengpati. Semua teman-teman tahu bahwa Nilawangi buka
Suro Joyo dalam hatinya mengakui bahwa Ganggayuda memang memiliki ilmu silat yang mumpuni. Maka tidak heran kalau dulu Raja Tiyasa mengangkat Ganggayuda sebagai patih di Kerajaan Karangtirta. Ketika tadi Suro Joyo mengatai Ganggayuda dengan kata-kata yang merendahan, itu sebenarnya hanya untuk membuat mental lawannya turun. Benar-benar Ganggayuda memiliki banyak jurus tangan kosong yang sulit ditandingi. Kata Suro Joyo dalam hati. Ganggayuda ternyata juga mempunyai jurus-jurus simpanan yang tidak bisa dianggap enteng. Tidak heran kalau banyak lawan Ganggayuda yang tewas di tangannya karena bekas patih ini memiliki pola serangan yang sulit ditebak. Sekarang Suro Joyo menang posisi karena mempunyai pasukan lebih banyak dibandingkan anak buah Ganggayuda yang semakin berkurang. Namun pendekar yang terkenal sebagai pengembara itu tidak mau menyepelekan lawan. Selama ini Suro Joyo memang tidak pernah menyepelekan lawannya. “Wooo…, ternyata kamu hebat juga!” kata Suro Joyo sambil menghenti