"O, jadi selama lima tahun kau menghilang karena kau belajar lagi perdalam ilmu silatmu! Hmm...! Kau tak tahu kalau aku pun perdalam ilmu silatku, sehingga tak mudah merobohkan orang lain!"
Baraka geleng-geleng kepala. "Dirobohkan orang lain, diganti merobohkan orang lain. Padahal artinya jauh berbeda!" pikirnya sambil santai setelah menggaruk-garuk kepala.
Baraka ada di atas pohon, duduk di sebuah dahan kekar dalam satu sisi sungai yang sama dengan mereka, ia sengaja tidak ikut campur, karena ingin melihat seberapa tinggi ilmu perempuan yang tadi dipanggil Dungu Dipo dengan nama julukan Hantu Tari itu.
Perempuan itu perdengarkan suaranya, "Sekalipun tubuhku sudah kembali mulus berkat ramuan dari guruku, tapi dendamku masih belum mulus dan tetap menuntut pembalasan padamu. Tak peduli kau sekarang menjadi orang penting di negeri Muara Singa, persoalan kita tetap persoalan pribadi!"
"Kulayani apa maumu. Tapi jangan salahkan diriku jika nyawamu tercabut oleh
"Jangan ke mana-mana. Tetaplah di sini. Aku akan segera kembali setelah menghajar Sumbaruni!" katanya kepada Baraka yang terkapar tanpa daya sedikit pun itu.Namun karena Baraka masih bisa bicara lamban, ia pun berkata, "Jangan lakukan!""Tidak bisa! Sumbaruni yang menyerangmu saat kuintip dari balik semak! Aku melihat sendiri sinar kuningnya kenai pundakmu!""Angin Betina....""Aku hanya sebentar. Jangan ke mana-mana!""Mau ke mana lagi, Tolol! Keadaanku seperti ini jelas tak mungkin ke mana-mana!" ucap Baraka dengan nada kesal namun tak bisa dilampiaskan dengan tekanan semestinya.Angin Betina bangkit. Pedang yang diselipkan di pinggang dicabut bersama sarungnya. Digenggam dengan tangan kiri untuk dicabut sewaktu-waktu, ia bergegas pergi setelah berkata, "Perempuan itu memang layak mendapat pelajaran terberat dariku!""Angin Betina, tunggu dulu!" cegah Baraka."Jangan lakukan pertarungan dengan Sumbaruni!''Kau pikir a
Sumbaruni sendiri mulai tegang setelah ingat bahwa Baraka mempunyai jurus yang amat berbahaya, yaitu Ilmu ‘Mata Malaikat’. Sumbaruni mengendurkan ketegangannya, bahkan memasukkan pedangnya kembali. Sebab ia tahu bahwa saat itu Baraka benar-benar diliputi kemarahan karena Bongkok Sepuh menggunakan Cincin Manik Bidari. Sumbaruni tak tahu bagaimana awalnya hingga Cincin Manik Bidari ada di tangan Bongkok Sepuh, yang jelas ia tahu kekuatan dahsyat pada cincin pusaka tersebut."Serahkan cincin itu atau kita adu kesaktian!" geram Baraka yang terpancing kemarahannya karena melihat Sumbaruni nyaris mati dengan cincin itu."Tapi kau janji tetap akan menghadapi Dara Cupanggeni!""Aku janji!" kata Baraka dengan tegas.Bongkok Sepuh tak punya pilihan lain. Cincin Manik Bidari dilepas dan diserahkan kepada Baraka. Cincin itu dikenakan di jari manis Baraka sebelah kanan. Cara memakainya juga terbalik, sehingga sewaktu-waktu getaran amarahnya meluap, Cincin
Bumi terasa berguncang akibat dentuman dahsyat itu. Asap hijau menyebar kian tebal, seakan langit ingin dilapisi dengan kabut hijau seluruhnya. Cahaya matahari tak bisa menerobos kabut tersebut, membuat alam menjadi remang-remang. Angin yang berhembus hadirkan hawa dingin yang makin lama semakin menggigilkan tubuh. Rupanya Bongkok Sepuh telah lepaskan jurus anehnya yang mempunyai kekuatan inti salju, dapat membekukan semua darah yang dinaungi awan hijaunya itu.Baraka yang mulai segar karena telah di obati oleh Sumbaruni itu hanya memandangi awan hijau dengan tubuh sedikit menggigil. Ia tahu datangnya hawa dingin melebihi salju.Sedangkan Sumbaruni segera lakukan gerakan-gerakan cepat dengan pergunakan kibasan kedua tangannya ke sana-sini untuk atasi hawa dingin itu. Lalu tiba-tiba kedua tangannya menyentak ke atas dengan satu kaki berlutut.Ciaaap...! Sinar merah terang dan lebar terlepas dari kedua tangan itu dan melesat ke atas menembus kabut hijau.Bl
Dalam keadaan terluka berbahaya seperti itu, seandainya Dara Cupanggeni alias Perawan Tanpa Tanding itu lepaskan jurus 'Bias Dewa'-nya, pasti Baraka tak akan dapat menangkisnya lagi. Sinar merah itu akan menghantam leher Pendekar Kera Sakti, dan nasib si tampan akan berakhir sampai di situ saja. Itulah pertimbangan seorang tokoh yang menyambar Baraka.Sampai di suatu tempat, Baraka dibaringkan di bawah pohon. Ternyata keadaannya sudah semakin parah. Kulitnya mulai keluarkan bintik-bintik merah menyerupai ujung darah. Pandangan matanya kian buram, sehingga tak bisa melihat jelas siapa orang yang telah menyambarnya sampai ke situ. Kemudian Baraka dapat merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti dirinya.Rupanya kepergian tokoh yang menyambar Baraka itu segera diikuti oleh si Bongkok Sepuh. Sampai di tempat itu, Bongkok Sepuh pandangi tokoh penolong Baraka yang mengenakan pakaian ketat ungu muda model angkin sebatas dada berhias benang emas di tepiannya. Tokoh itu adalah s
"Alasanku adalah demi perdamaian di antara sesama dan demi keselamatan jiwamu juga. Dewi Pedang dan Setan Bodong adalah dua tokoh yang tak bisa ditumbangkan dengan sekali-dua kali gebrak saja.""Kau salah duga," kata gadis itu sambil tertawa kecil."Justru aku akan memperlihatkan kepada mata para tokoh persilatan bahwa Dewi Pedang akan menjadi belatung dalam dua kejap netra saja oleh Perawan Tanpa Tanding!"Senyum Baraka mulai sinis karena menahan kejengkelan. "Sesumbarmu sangat berbahaya, Dara Cupanggeni. Dewi Pedang jangan disamakan dengan tokoh sakti lainnya. Sekalipun kau mempunyai ilmu 'Darah Gaib' dan 'Bias Dewa' tapi kau akan hancur lebih dulu sebelum bertemu dengan Dewi Pedang."Gadis itu mulai curiga. Mulutnya diam terkatup, matanya tajam memandang. Akhirnya terlontar pula pertanyaan dari kecurigaannya itu,"Kau tahu tentang dua jurus andalanku itu? Kau bersikap menghalangi niatku untuk melawan Dewi Pedang? Siapa kau sebenarnya?""A
BARAKA melesat turun tebing gunakan Gerak Kilat Dewa Kayangannya. Dalam waktu sekejap ia sudah berdiri di depan Dara Cupanggeni. Kemunculannya membuat gadis itu terhenyak dan berhenti melangkah dalam seketika. Matanya memandang lembut dan tak berkedip. Baraka sengaja sunggingkan senyum menawan agar gadis itu tak lekas-lekas lakukan penyerangan berbahayanya.Di tempat persembunyian, di antara pohon dan semak, mata si Bongkok Sepuh memperhatikan pertemuan dua tokoh muda itu dengan hati berdebar-debar. Bahkan tokoh tua itu sempat membatin; "Moga-moga murid Setan Bodong mampu kalahkan kekuatan Dara Cupanggeni dengan caranya yang tak bisa kubayangkan. Jika pemuda itu gagal, maka keganasan Dara Cupanggeni akan melebar ke mana-mana dan menguasai dunia persilatan. Dia bisa menjadi tokoh lalim yang tak kenal belas kasihan kepada siapa pun."Bongkok Sepuh sering mendengar kehebatan ilmu murid si Setan Bodong, tapi hatinya masih saja berdebar-debar mengetahui siapa lawan