Share

1491. Part 9

last update Last Updated: 2025-12-30 01:01:24

"Pertimbangkan mana yang lebih penting menurutmu. Yang jelas, aku ingin pergi ke Bukit Kayangan untuk temui gurumu, sekadar silaturahmi. Sudah sangat lama aku tidak jumpa gurumu!"

"Guru dalam keadaan baik-baik saja, Ki. Kurasa beliau bisa kau temui di Bukit Kayangan!"

Pendekar Kera Sakti berpisah dengan Ki Wuyung Rabi. Ia bergegas menuju ke arah timur, mencari Bukit Kelabang. Tetapi perjalanan itu rupanya ada yang mengikuti dari belakang. Seseorang mengikuti Baraka secara diam-diam dengan sesekali menyelinap di balik pohon. Setiap Baraka menengok ke belakang, orang itu lebih dulu lenyap di balik persembunyiannya.

Gerakannya cepat sekali, sehingga Pendekar Kera Sakti tak bisa memergoki keberadaan orang tersebut.

"Ilmunya lumayan tinggi," gumam Baraka dalam hati. "Entah apa maksudnya, tapi sejauh ini kulihat ia hanya mengikutiku saja. Mungkin ia akan menjebakku di suatu tempat. Tapi mungkin saja ia sekadar ingin tahu perjumpaanku dengan Nyai Kucir Setan. Ya

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1491. Part 9

    "Pertimbangkan mana yang lebih penting menurutmu. Yang jelas, aku ingin pergi ke Bukit Kayangan untuk temui gurumu, sekadar silaturahmi. Sudah sangat lama aku tidak jumpa gurumu!""Guru dalam keadaan baik-baik saja, Ki. Kurasa beliau bisa kau temui di Bukit Kayangan!"Pendekar Kera Sakti berpisah dengan Ki Wuyung Rabi. Ia bergegas menuju ke arah timur, mencari Bukit Kelabang. Tetapi perjalanan itu rupanya ada yang mengikuti dari belakang. Seseorang mengikuti Baraka secara diam-diam dengan sesekali menyelinap di balik pohon. Setiap Baraka menengok ke belakang, orang itu lebih dulu lenyap di balik persembunyiannya.Gerakannya cepat sekali, sehingga Pendekar Kera Sakti tak bisa memergoki keberadaan orang tersebut."Ilmunya lumayan tinggi," gumam Baraka dalam hati. "Entah apa maksudnya, tapi sejauh ini kulihat ia hanya mengikutiku saja. Mungkin ia akan menjebakku di suatu tempat. Tapi mungkin saja ia sekadar ingin tahu perjumpaanku dengan Nyai Kucir Setan. Ya

  • Pendekar Kera Sakti   1490. Part 8

    Pendekar Kera Sakti tersentak mundur dua tindak ketika tangannya menangkis tendangan telapak kaki Karto Dupak yang menjejak. Rupanya jejakan kaki itu punya tenaga dalam besar, sehingga tangan Baraka yang menangkisnya terasa ngilu sekali. Seakan tulang-tulangnya dicekam hawa dingin melebihi dinginnya es balok. Para pengagumnya sempat cemas melihat Baraka tersentak mundur."Lumayan juga tenaga dalamnya! Kalau aku bertahan untuk tetap di tempat, bisa patah tulang tanganku ini!" pikir Baraka dengan menarik napas untuk menghilangkan rasa ngilu di tulang tangannya itu.Sementara itu, Karto Dupak bagaikan mendapat semangat untuk menyerang lebih gesit lagi, sehingga kapaknya pun segera dicabut dari pinggang.Wuuut...!"Sudah bukan saatnya untuk main-main, Bangsat!" geramnya penuh nafsu untuk membunuh."Heaaat...!"Satu lompatan menerjang Baraka. Kapak besar berujung pisau ditebaskan ke arah Pendekar Kera Sakti, membelah kepala sang pendekar.

  • Pendekar Kera Sakti   1489. Part 7

    Karto Dupak tampak tak sabar. Matanya memandang tajam dan bengis ketika Baraka tiba di depannya. Orang-orang berkerumun mengelilingi mereka membentuk satu arena. Ki Wuyung Rabi juga ada di antara orang-orang itu. Matanya memandang tajam kepada Karto Dupak, memancarkan kebencian yang terpendam. Sedangkan Baraka masih tetap tenang, bersikap tak tegang sedikit pun.Orang-orang berseru, "Ayo mulai!" lalu mereka tepuk tangan bersama. Baraka jadi semakin tak enak hati. Karto Dupak sudah mulai bicara dengan nada geram."Kalau kau bisa unggul melawanku, aku akan mundur dari pinanganku. Tapi kalau aku unggul melawanmu, aku akan tetap melamar Muria Wardani. Kau mati atau cacat, tak boleh menghalangi lamaranku lagi!""Muria Wardani itu siapa? Jelaskan dulu, Karto Dupak!""Banyak omong kau! Tentukan saja siapa yang mati. Beres!""Tidak. Aku tidak mau awali pertarungan ini jika kau tidak mau jelaskan siapa Muria Wardani itu, sebab aku memang tidak kenal dengann

  • Pendekar Kera Sakti   1488. Part 6

    "Apa maunya sebenarnya? Hanya menguji ilmu, atau memang punya unsur dendam pribadi padaku? Tapi aku tak pernah jumpa dengannya dan tak pernah kenal nama Muria Wardani! Jangan-jangan ini sebuah kesalahpahaman?"Karto Dupak memilih tempat di luar batas desa. Di sana ada sebuah bukit yang pantas dikatakan sebagai gundukan tanah tinggi. Karena ketinggiannya dapat dicapai dengan sekitar tiga puluh langkah. Kelihatannya Karto Dupak bersungguhsungguh menghendaki pertarungan tersebut.Repotnya bagi Baraka, ia benar-benar tak bisa menghindari tantangan itu. Sebab Panurata dan beberapa orang lainnya berteriak-teriak mengumumkan pertarungan tersebut. Para penduduk desa keluar dari rumah mereka karena tertarik ingin saksikan pertarungan antara Karto Dupak dengan pendekar terkenal; Baraka"Hoi, hoi... mau nonton pertarungan apa tidak! Pendekar Kera Sakti mau bertarung melawan Karto Dupak!" seru Panurata. Yang lain ikut-ikutan berlari sambil berseru, "Saksikanlah! Banjirilah!

  • Pendekar Kera Sakti   1487. Part 5

    "Bukan.. Itu pemberian guruku yang lain. Dan itu jarang kupakai kalau aku tidak dicobai orang lebih dulu," jawab Baraka dengan tenang sambil memperhatikan perubahan air muka kedua kenalan barunya itu.Kadasiman tampak lebih tenang dari Panurata. Ia ajukan tanya lagi pada Baraka, "Kalau misalnya...!" tapi pertanyaan itu tidak jadi diteruskan. Mata Kadasiman melebar manakala ia melihat ada cairan merah mengalir lamban dari telinga Panurata."Panurata, kenapa telingamu berdarah...!"Panurata berlagak kaget. Memeriksa telinganya, dan ternyata memang berdarah. Panurata bingung menjawab, hanya senyum-senyum kikuk salah tingkah. Tapi ia segera berkata pula dengan wajah terperanjat, "Kadasiman, telingamu juga berdarah!"Kadasiman ikut salah tingkah dan beralasan, "Mungkin aku menderita panas dalam!"Baraka tersenyum lebar, langsung berkata pada pokok masalah sebenarnya."Kurasa kalian tak perlu mencobai diriku. Akibatnya akan buruk bagi kalian sendi

  • Pendekar Kera Sakti   1486. Part 4

    "Memangnya kepalaku ini tungku, kok mau dikepret! Aku cuma mau kenalan sama dia. Soalnya aku sering mendengar cerita kependekarannya dan aku sangat mengagumi tokoh muda itu!"Sebenarnya Baraka mendengar kasak-kusuk orang berbaju kuning itu, tapi Baraka diam saja dan berlagak tidak mendengarnya, ia memesan makanan kesukaannya, ayam geprek sambel setan."O, baiklah kalau begitu. Hmmm... apa Kisanak mau menikmati arak paling enak disini?""Kalau ada... boleh!" jawab Baraka bersemangat.Orang berbaju kuning tadi akhirnya benar-benar mendekati Baraka dan menyapa dengan keramahan dan kesopanan seorang pengagum."Maaf, apakah kau yang bernama Baraka, Pendekar Kera Sakti itu?""Benar," jawab Baraka dengan senyum tipis. "Kau siapa?""Aku pengagummu. Namaku; Panurata."Baraka menyambut uluran tangan si Panurata, mereka bersalaman. Panurata tampak senang sekali menerima sikap ramah Baraka, karena semula ia menyangka Baraka orang yang somb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status