Share

Kalah

last update Last Updated: 2024-05-17 16:32:10

“Maaf tuan-tuan, apa buktinya bahwa saya bersekongkol dengan pemberontak?” tanya Pendeta To “Tidak usah berpura-pura, selama ini kamu menyembunyikan peta harta karun kerajaan Hua. Kami tahu, sisa-sisa pasukan Kerajaan Hua sedang menyusun kekuatan untuk menggulingkan kekaisaran Kerajaan Beng!” bentak Mo Ong, matanya yang bundar menatap tajam ke arah Pendeta To.

“Tapi apa hubungannya dengan pinto?” Pendeta To tetap terlihat tenang, padahal batin orang tua bijaksana itu sedang tidak karuan. Ia mengkhawatirkan keselamatan murid-muridnya. Jika ia dituduh pemberontak, maka semua muridnya terancam bahaya.

“Kalau kamu memang tidak bersekongkol dengan pemberontak, cepat serahkan peta harta karun itu!” kata Mo Ong lagi. “Rupanya gara-gara fitnah dan kabar burung, kini para pendekar bersedia bergabung dengan para datuk hitam!” ucapan Pendeta To terdnegar lembut namun menusuk perasaan orang-orang di sekitar tempat itu.

Para pendekar identik dengan pahlawan yang senantiasa membela kebenaran, sebaliknya golongan hitam adalah para bandit, tukang rampok, begal dan segala pelaku kejahatan lainnya. “Jangan salah faham sobat, kami mendatangi tempat ini hanya untuk memastikan agar peta harta karun itu tidak jatuh ke tangan yang salah!” kilah Dewa Pedang sambil melirik ke arah Mo Ong.

“Hanya untuk memastikan!” Pendeta To tertawa, suaranya sangat kencang dan menggetarkan tempat itu karena dilapisi oleh tenaga dalam yang sangat tinggi. “Siapa orang yang lancang memfitnah pinto menyembunyian peta harta karun itu?” kata Pendeta To setelah tawanya reda.

“Kamu tidak perlu tahu, cepat katakan saja benar atau tidak bahwa peta harta karun itu padamu!” teriak Mo Ong, memang sudah menjadi kebiasaan bagi golongan hitam tidak suka berbasa-basi. “Baiklah, kalau begitu kalian pastikan saja sendiri!” jawab Pendeta to singkat.

“Long Wan, pinto akan berusaha mengalihkan perhatian. Kamu ajak yang lainnya untuk segera meninggalkan tempat ini!” bisik Pendeta To sambil melangkahkan kakinya mendekati Mo Ong. “Tapi, suhu .. ” Long Wan memegang tangan gurunya “Jangan membantah, laksanakan saja!” Long Wan terkesima, baru kali ini ia dibentak oleh gurunya. Dan yang lebih mengejutkan terlihat jelas bahwa Pendeta To sedang ketakutan.

“Dasar pendeta munafik, menyembukian peta harta karun yang bukan miliknya!” “Namanya juga pemberontak!” Terdengar ejekan dari semua orang yang mengepung tempat itu, tidak terkecuali dengan Dewa Pedang dan muridnya.

Melihat itu Lin Lin terlihat marah, apalagi ia sudah dijodohkan dengan murid si Dewa Pedang yang bernama Tianba. “Jangan sumoi!” Long Wan menarik tangan Lin Lin yang hendak maju dan mendamprat Dewa Pedang.

“Baiklah, jika itu keputusanmu mari kita bertarung untuk membuktikan kebenarakan kabar akan peta harta karun itu!” kata Mo Ong, sedetik kemudian ia segera berkelebat ke arah Pendeta To, maka pertempuran sengit tidak bisa dielakan lagi. Mereka berdua saling serang dengan jurus dahsyat andalan masing-masing.

“Long Wan, cepat pergi!” teriak Pendeta To di sela-sela pertarungannya. “Suheng, apa yang harus kami lakukan?” Ke delapan murid Kuil Rajawali terlihat gugup dan ketakutan. Long Wan menarik napas panjang, ia tidak menyalahkan rekan-rekannya yang ketakutan. Selain ia dan Lin Lin, semuanya baru setahun tinggal di kuil ini, dan baru belajar dasar-dasar ilmu silat saja.

“Sumoi, tolong ajak semuanya cepat meninggalkan tempat ini!” bisik Long Wan. Lin Lin menoleh “Suheng, saya kamu anggap murid macam apa meninggalkan suhu di saat seperti ini!” Lin Lin mendelikan matanya. “Bukan begitu sumoi, tapi ini demi keselamatan mereka!” Long Wan menunjuk ke delapan murid Kuil Rajawali yang ketakutan. Sejenak Lin Lin termenung, ada pertempuran sengit di dalam batinnya.

“Wut, desh!” Baik Mo Ong ataupun Pendeta To sama-sama terpental ke belakang. Pendeta To mengerutkan keningnya saat melirik ke arah murid-muridnya yang masih tetap berdiri di depan kuil. Sementara pasukan pemerintah sudah semakin mengepung tempat itu.

“Sumoi, cepat!” kata Long Wan “Tapi ..” Lin Lin semakin gugup. Baru saja ia menoleh ke arah rekan-rekannya, tiba-tiba tempat itu dihujani oleh panah api oleh pasukan pemerintah. Long Wan dan Lin Lin berhasil menghindar, akan tetapi rekan-rekannya yang lain tidak bisa berbuat apa-apa. Akibatnya mereka tewas meregang nyawa karena sekujur tubuhnya menjadi mangsa panah api.

“Suheng, argh!” teriak mereka. Muka Long Wan bersemu merah “Jahanam, kalian lebih kezam daripada iblis!” murid utama Kuil Rajawali itu segera melompat dan menerjang barisan pasukan pemerintah yang tadi menyerang dengan panah api.

“Tidak!” Pendeta To tercengang, wajahnya terlihat sangat pucat saat menyaksikan murid-muridnya tewas bersimpah darah. Ada rasa sesal dalam batinnya, mengapa ia tidak mengajarkan ilmu silat tingkat tinggi kepada mereka. Di saat Pendeta To sedang berduka, tiba-tiba Mo Ong melancarkan pukulan jarak jauh yang sangat dahsyat. Itulah pukulan selaksa racun yang ditakuti oleh dunia persilatan.

Walaupun sedang berduka, akan tetapi kewaspadaan Pendeta To tidak hilang. Menyadari ada serangan dahsyat ia segera mendorongkan kedua tangannya ke arah Mo Ong. Dari telapak tangan Pendeta To keluar hembusan angin yang sangat dahsyat.

“Dugh!” Benturan dua tenaga dalam yang sangat dahsyat terjadi, akibatnya tempat itu bergetar seperti diguncang oleh gempa berkekuatan tinggi.“Bug!” Pendeta to dan Mo Ong sama-sama terpental ke belakang dan ambruk di atas tanah.

“Suhu!” teriak Lin Lin, gadis itu melompat dan segera memapah gurunya. “Cepat pergi!” lirih Pendeta To. “Tidak, suhu!” Lin Lin terisak, kesedihannya semakin menjadi-jadi. Tadi ia menyaksikan rekan-rekannya tewas, dan sekarang gurunya terluka parah.

“Suhu!” Long Wan berlari ke arah gurunya, ia tidak memperdulikan barisan pasukan pemerintah yang berhasil ia lukai. “Cepat pergi, cepat!” Dengan lemah Pendeta To menggerakan tangannya. Akan tetapi Long Wan menggelengkan kepalanya. Mana mungkin ia meninggalkan gurunya dalam kondisi seperti ini!.

“Ternyata pendeta busuk itu masih handal!” guman Mo Ong sambil mengusap mulutnya yang mengeluarkan darah. Datuk hitam itu sadar, seandainya tadi Pendeta To tidak lengah, mana mungkin ia bisa mendesaknya.

“Lihat, Pendeta To sedang terluka! Ini kesempatan kita untuk merebut peta harta karun itu!” seperti dikomando, para pendekar dan golongan hitam segera mendekati Pendeta To. “Selangkah lagi kalian maju, maka leher kalianlah yang menjadi taruhannya!” Suara Long Wan terdengar mengguntur. “Jangan Long Wan, mereka bukan tandinganmu!” Pendeta To berusaha berdiri.

“Anak ingusan, memangnya apa yang dapat kamu lakukan?” Mendengar ejekan dari para pengepung, hati Long Wan kian terasa membara. “Tidak usah banyak omong, kita buktikan siapa yang harus mati!” bentak Long Wan

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayy
wow ini sangat keren, sudah saya duga
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pendekar Pusaka Gurun Gobi   Siapa Dia?

    “Kau?”Long Wan berusaha bangkit, namun pandangan matanya masih samar-samar akibat efek racun dalam tubuhnya. Wanita bercadar yang sejak semalam tadir tidur memeluknya terlihat terkejut, buru-buru melompat bangkit sambil membetulkan kain yang menutupi wajah bagian bawahnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu mendorong batu besar yang menutupi goa.“Byar!”Cahaya matahari pagi menerangi dalam goa dan membuat Long Wan memicingkan matanya yang terasa silau.“Nona, siapa kamu sebenarnya dan apa yang telah kita lakukan di tempat ini?”Long Wan berteriak, namun seruannya diacuhkan oleh gadis tadi.“Tunggu!”Long Wan merangkak bangkit, dengan sempoyongan ia berusaha mengejar wanita bercadar hijau itu namun sesampainya di luar suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain.“Ah apa aku bermimpi?”Long Wan memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat pening, namun ketika meraba dadanya yang terasa sakit dan perih ia terperanjat karena mendapati dadanya

  • Pendekar Pusaka Gurun Gobi   Gadis Penolong

    Daya tahan Long Wan memang luar biasa, walaupun dia terombang ambing di lautan lepas dan terkena tusukan pedang beracun para penghuni pulau hantu ia masih hidup, akan tetapi kondisinya sangat memprihatinkan.Tubuh Long Wan panas dingin terserang demam, berkali-kali ia merintih dan pingsan lagi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah. Kalau tidak segera ditolong kemungkinan ia akan tewas. Saat itu suasana di Pulau Hantu mulai gelap karena matahari sudah terbenam di ufuk barat.“Li Mei, Lin Lin”Berkali-kali ia mengigau dan memanggil-manggil orang-orang terdekatnya.“Wur!”Gelombang ombak kembali mengamuk dan membasahi tubuhnya yang sedang terdampar di pesisir pulau. Tentu saja hal itu semakin menyiksa tubuhnya. Di saat yang kritis antara hidup dan mati, ada perahu kecil yang berlabuh di dekatnya. Tidak lama kemudian sesosok bayangan hitam segera menghampirinya.Bayangan hitam tadi rupanya seorang wanita, tubuhnya terlihat sangat ramping dan wajahnya ditutupi kain berwarna hijau. Untuk

  • Pendekar Pusaka Gurun Gobi   Terdampar

    “Byur!”Perahu yang ditumpangi Long Wan bergoyang dan hampir terbalik karena dihantam gulungan ombak yang sangat besar. Pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi laju perahu yang sedang diombang-ambing air laut.“Gawat, kalau seperti ini terus aku bisa tenggelam!”Walaupun ia seorang pendekar hebat, namun ketika melihat gelombang air laut yang sangat dahsat bulu kuduknya merinding juga.Sudah setengah hari lamanya ia berlayar, dan daratan dibelakangnya tidak tampak lagi. Kini Long Wan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Yang ada hanya kehampaan dan ketakutan yang sangat mencekam.Seumur hidup baru kali ini ia berlayar seorang diri cukup jauh ke tengah-tengah lautan. Sejak kecil Long Wan hidup di wilayah Selatan dan tidak mengenal laut, kemudian setelah Dewasa mengembara di dataran Gurun Gobi yang tandus dan gersang.Lautan menyimpan banyak misteri, dan entah mengapa semakin lama ia berlayar perasaannya diliputi oleh rasa takut yang sangat mencekam apalagi saat itu ia han

  • Pendekar Pusaka Gurun Gobi   Ada Yang Aneh!

    “Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg

  • Pendekar Pusaka Gurun Gobi   Di Pesisir ( Bagian 2)

    “Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja

  • Pendekar Pusaka Gurun Gobi   Sampai di Pesisir

    “Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status