“Kalian semua mundur, dia milikku!” Tiba-tiba sesosok tubuh ramping melompat dan berdiri di tengah-tengah area pertarungan. Semua mata terbelalak saat menyaksikan siapa yang tiba-tiba muncul itu, mereka terkejut bukan hanya karena gerakan gadis itu terlihat ringan akan tetapi kecantikannya yang tiada tara, laksana bidadari yang turun dari istana dewa.
Gadis cantik yang tiba-tiba muncul tersebut bernama Li Mei. Dia adalah murid terkasih dari Mo Ong. Perawakannya ramping, wajahnya cantik jelita dan yang paling mempesona tatapannya sangat tajam. Lelaki manapun tidak akan sanggup beradu pandangan dengannya.
Long Wan terpaku di tempat, amarah yang tadi berkobar-kobar untuk beberapa saat lenyap begitu saja karena tersilap oleh kecantikan Li Mei. “Suheng!” Lin Lin berteriak, dia tampak marah karena kakak seperguruannya terpesona oleh lawan, dan yang memalukan gadis itu adalah murid dari orang yang melukai gurunya.
“Dasar laki-laki, semua sama saja!” desis Lin Lin sambil memalingkan muka. Long Wan menarik napas panjang, buru-buru ia menginsafi kekeliruan dirinya. Suara tawa kian bergemuruh, mereka semua mengejek Long Wan yang terpesona oleh kecantikan Li Mei.
“Dasar murid tidak berguna!”. Mendengar ejekan para penonton, Long Wan buru-buru memasang kuda-kuda terbaiknya. Karena hatinya masih terpukau, gerakannya terlihat kaku dan dipaksakan, lagi-lagi kelakuannya itu mendatangkan gelak tawa dari para penonton, termasuk Lin Lin.
“Suheng jangan membuat malu!” teriak Lin Lin lagi. “Nona, saya hanya berurusan dengan gurumu!” Long Wan berusaha menenangkan batinnya akibat goncang oleh kecantikan Li Mei. “Hmm, tidak usah basa-basi. Masalah guruku adalah urusanku juga, begitupun denganmu!” ucap Li Mei sambil tersenyum sinis. Lagi-lagi Long Wan menarik napas panjang, sebab senyuman gadis itu kembali membuat hatinya lemah.
“Hiat!” Tanpa basa-basi lagi, Li Mei melompat dan melancarkan serangan dahsyat ke arah Long Wan. Pemuda itu berusaha berkelit dan menghindari pukulan maut lawan. Akhirnya pertarungan sengitpun terjadi. Long Wan adalah murid terkasih Pendeta To, tentu saja ia mewarisi ilmu silat gurunya. Namun sayang, Long Wan baru menyerap setengah saja dari kehebatan Pendeta To.
Sebaliknya, Li Mei bukan hanya sekedar murid bagi Mo Ong, ia seperti anak angkat saja sebab sejak kecil dirawat oleh Datuk Hitam itu. Li Mei sudah mewarisi ilmu-ilmu silat yang sangat hebat.
Setelah lewat puluhan jurus Long Wan mulai terdesak dan dia hanya dapat menghindar tanpa mampu menyerang balik. “Bugh!” Tiba-tiba sebuah pukulan dahsyat mengenai dada kiri Long Wan. “Hup!” Long Wan mundur beberapa langkah sambil mengusap dadanya yang terasa sesak akibat pukulan Li Mei. “Cuma segini kehebatan murid Pendeta To yang kesohor itu?” ejek Li Mei sambil tersenyum sinis.
“Dia bukan tandinganmu, Long Wan!” lirih Pendeta To, dengan dipapah oleh Lin Lin lelaki tua itu mendekati muridnya. “Aku sangat menyesal karena tidak sejak dahulu mengajarkan ilmu-ilmu silat andalanku!” Kedua mata Pendeta To terlihat berkaca-kaca.
Selama ini Long Wan dan Lin Lin hanya belajar ilmu silat biasa-biasa saja, bahkan jurus andalannya yang disebut Pukulan Penghalau Badai tidak pernah diajarkan. Andaikan muridnya belajar ilmu silat yang dahulu pernah menggemparkan dunia persilatan itu, tentunya dapat mengimbangi kehebatan Li Mei. Bahkan lebih dari itu, mungkin murid-murid Kuil Rajawali yang lainnya tidak akan tewas secara mengenaskan seperti tadi. Akan tetapi apa daya, semuanya sudah terjadi.
“Pendeta tua, cepat serahkan peta harta karun itu. Kalau tidak, kedua muridmu akan aku bunuh!” Mo Ong berdiri karena tenaganya sudah pulih. “Sret!” Dia mencabut pedang hitam dengan pamor yang sangat mengerikan. Itulah pedang beracun yang ditakuti oleh lawan-lawannya, sedikit saja tergores oleh pedang tadi maka akan tewas seketika.
Mo Ong mengacungkan pedang hitam itu ke arah Long Wan yang sedang terluka terkena pukulan Li Mei. “Mo Ong, kedua muridku tidak bersalah. Lagian mereka tidak tahu apa-apa tentang peta harta karun itu!” Pendeta To terbata-bata.
“Kalau begitu cepat katakan!” Mo Ong semakin tidak sabar. Selain kesal oleh kekerasan hati Pendeta To, diapun tahu bahwa semua pendekar yang hadir di tempat ini sama-sama mengincar peta harta karun itu. “Baiklah, ini sudah kehendak Thian Yang Agung!” Pendeta To menarik napas panjang.
Semua yang hadir di tempat itu mendekat, mereka semua ingin tahu di mana peta harta karun peninggalan kerajaan Hua itu disembunyikan. Sebenarnya, yang mereka rebutkan bukan sekedar harta, akan tetapi sebuah kitab rahasia yang berisi ilmu silat serta tenaga dalam yang sudah puluhan tahun menghilang di dunia persilatan.
“Dengarkan semuanya, sekarang saya akan mengatakan di mana peta harta karun itu aku sembunyikan!” Dengan sisa-sisa tenaga, Pendeta To berteriak lantang. Sontak saja semuanya memicingkan telinga karena ingin mendengar jelas apa yang akan dikatakan oleh Pendeta To.
Lin Lin dan Long Wan saling pandang, selama ini guru mereka tidak pernah membahas akan peta harta karun yang diperebutkan oleh seluruh dunia persilatan.
“Kau?”Long Wan berusaha bangkit, namun pandangan matanya masih samar-samar akibat efek racun dalam tubuhnya. Wanita bercadar yang sejak semalam tadir tidur memeluknya terlihat terkejut, buru-buru melompat bangkit sambil membetulkan kain yang menutupi wajah bagian bawahnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu mendorong batu besar yang menutupi goa.“Byar!”Cahaya matahari pagi menerangi dalam goa dan membuat Long Wan memicingkan matanya yang terasa silau.“Nona, siapa kamu sebenarnya dan apa yang telah kita lakukan di tempat ini?”Long Wan berteriak, namun seruannya diacuhkan oleh gadis tadi.“Tunggu!”Long Wan merangkak bangkit, dengan sempoyongan ia berusaha mengejar wanita bercadar hijau itu namun sesampainya di luar suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain.“Ah apa aku bermimpi?”Long Wan memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat pening, namun ketika meraba dadanya yang terasa sakit dan perih ia terperanjat karena mendapati dadanya
Daya tahan Long Wan memang luar biasa, walaupun dia terombang ambing di lautan lepas dan terkena tusukan pedang beracun para penghuni pulau hantu ia masih hidup, akan tetapi kondisinya sangat memprihatinkan.Tubuh Long Wan panas dingin terserang demam, berkali-kali ia merintih dan pingsan lagi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah. Kalau tidak segera ditolong kemungkinan ia akan tewas. Saat itu suasana di Pulau Hantu mulai gelap karena matahari sudah terbenam di ufuk barat.“Li Mei, Lin Lin”Berkali-kali ia mengigau dan memanggil-manggil orang-orang terdekatnya.“Wur!”Gelombang ombak kembali mengamuk dan membasahi tubuhnya yang sedang terdampar di pesisir pulau. Tentu saja hal itu semakin menyiksa tubuhnya. Di saat yang kritis antara hidup dan mati, ada perahu kecil yang berlabuh di dekatnya. Tidak lama kemudian sesosok bayangan hitam segera menghampirinya.Bayangan hitam tadi rupanya seorang wanita, tubuhnya terlihat sangat ramping dan wajahnya ditutupi kain berwarna hijau. Untuk
“Byur!”Perahu yang ditumpangi Long Wan bergoyang dan hampir terbalik karena dihantam gulungan ombak yang sangat besar. Pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi laju perahu yang sedang diombang-ambing air laut.“Gawat, kalau seperti ini terus aku bisa tenggelam!”Walaupun ia seorang pendekar hebat, namun ketika melihat gelombang air laut yang sangat dahsat bulu kuduknya merinding juga.Sudah setengah hari lamanya ia berlayar, dan daratan dibelakangnya tidak tampak lagi. Kini Long Wan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Yang ada hanya kehampaan dan ketakutan yang sangat mencekam.Seumur hidup baru kali ini ia berlayar seorang diri cukup jauh ke tengah-tengah lautan. Sejak kecil Long Wan hidup di wilayah Selatan dan tidak mengenal laut, kemudian setelah Dewasa mengembara di dataran Gurun Gobi yang tandus dan gersang.Lautan menyimpan banyak misteri, dan entah mengapa semakin lama ia berlayar perasaannya diliputi oleh rasa takut yang sangat mencekam apalagi saat itu ia han
“Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg
“Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja
“Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu