Pagi, sehat selalu untuk kita semua. jangan lupa komentar dan bintang limanya, ya... follow Tik Tok aku ya @triharfa 🥰❤️
Rosa menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan percakapan. "Liam, Saras, aku ingin memberitahu kalian sesuatu yang mungkin akan membuat kalian terkejut," katanya dengan suara yang lembut.Liam dan Saras menatap Rosa dengan mata yang penuh perhatian, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Rosa selanjutnya.Rosa melanjutkan, "Aku baru saja mengetahui bahwa Ricard dan Luna memiliki hubungan spesial. Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka, tapi aku yakin bahwa mereka memiliki perasaan yang kuat satu sama lain."Saras terkejut dengan pengakuan Rosa. Ia tidak menyangka bahwa Ricard dan Luna memiliki hubungan yang begitu dekat. Ya, walaupun hatinya sedikit menolak isi kepalanya, karena ia pernah melihat kejadian tempo hari di parkiran Rumah Sakit.Liam bertanya, "Apa yang membuat Ibu yakin bahwa mereka memiliki hubungan spesial?"Rosa menjawab, "Aku melihat mereka berdua bersama beberapa kali, dan aku bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda di antara mereka.”Saras menamba
Liam dan Saras masih berdiri di ruang tamu yang hening, menikmati kehangatan dan keakraban antara mereka. Tiba-tiba, ponsel Liam berdering, memecahkan keheningan antara mereka.Liam menarik napas dalam-dalam dan menjawab panggilan itu. "Halo?"Suara Rosa terdengar di seberang telepon, sedikit lembut dan santai. "Liam, aku butuh kamu dan Saras datang ke rumah hari ini."Liam terkejut dengan permintaan Rosa, karena Rosa saat ini sedang fokus pada kesehatannya dan jarang meminta bantuan. "Ada apa, Ibu?semua baik-baik saja?"Rosa terdengar sedikit lelah, tapi tetap bersemangat. "Aku baik-baik saja, Liam. Aku hanya butuh kamu dan Saras datang ke rumahku. Aku tidak bisa menjelaskan lebih lanjut melalui telepon. Tolong, Liam."Liam menatap Saras, yang masih berada di pelukannya. "Baiklah,ibu. Kami akan datang.”Rosa tersenyum. "Baiklah, aku tunggu kedatangan kalian.”Liam mengangguk, meskipun Rosa tidak bisa melihatnya. "Baiklah, ibu.”Liam menutup telepon dan menatap Saras. “Ibu meminta ki
Danuarta dan Saras kembali ke ruang tamu, di mana Liam dan Vinso sedang menunggu mereka berdua. Liam berdiri dari sofa dan menatap Saras dengan mata yang penuh perhatian, sementara Vinso hanya duduk diam dengan ekspresi yang tidak terbaca."Saras, kamu baik-baik saja?" Liam bertanya dengan suara yang lembut.Saras mengangguk, masih terlihat sedikit sedih. "Ya, aku baik-baik saja."Danuarta melangkah maju dan menatap Liam dengan mata yang tajam. "Liam, aku ingin tahu bagaimana kondisi rumah tangga kamu dan Saras. Pernikahan kalian terbilang kontrak dan tidak terikat dengan janji suci pernikahan, jadi aku ingin tahu bagaimana kalian berdua menjalani kehidupan bersama, terutama dengan kondisi Saras yang sekarang."Liam menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Kami berdua menjalani kehidupan bersama dengan baik, Danuarta. Saras tinggal di rumahku dan kami memiliki kehidupan yang cukup nyaman. Dan tentang kondisi Saras... aku akan menjaga dia dan anak kami dengan baik."Danuarta menata
Saras berlari ke arah dapur, langkah kakinya yang cepat dan berat terdengar di lantai ubin yang dingin. Dia tidak peduli dengan apa pun selain melarikan diri dari rasa sakit dan kecewa yang memenuhi hatinya. Ketika dia memasuki dapur, dia langsung menuju ke arah wastafel dan membasuh wajahnya dengan air dingin, berharap bisa menenangkan diri.Air yang mengalir di wajahnya seperti membantunya sadar kembali. Saras menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Dia menatap cermin di atas wastafel, melihat wajahnya yang merah dan mata yang berkaca-kaca karena tangisan.Saras mengambil beberapa tisu dari kotak yang ada di samping wastafel dan mengeringkan wajahnya. Dia kemudian mengambil segelas air dari kulkas dan meminumnya perlahan-lahan, mencoba menenangkan diri.Setelah beberapa saat, Saras merasa sedikit lebih tenang. Dia duduk di kursi yang ada di dapur, meletakkan tangan di atas meja dan menundukkan kepala. Dia mencoba memproses semua yang ba
Mobil hitam yang membawa Danuarta dan Vinso melaju dengan kecepatan stabil di jalan yang berliku-liku menuju rumah Liam. Ketika mereka tiba di depan gerbang, dua orang pria dengan postur tinggi dan berotot berdiri tegak, mata mereka tertuju pada mobil yang baru saja tiba."Siapa?" salah satu dari mereka bertanya dengan nada keras, tangan kanannya terlipat di dada sambil memandang ke arah mobil dengan curiga.Danuarta, yang duduk di kursi depan,menurunkan kaca jendela dan menatap pria di depannya dengan tenang. "Kami di sini untuk bertemu dengan Liam. Tolong beritahu dia bahwa Danuarta dan Vinso ada di sini," katanya dengan suara yang tegas namun sopan.Pria yang bertanya itu mengangguk singkat dan mengambil walkie-talkie dari saku celananya. "Lapor PakLiam, ada tamu di depan gerbang. Danuarta dan Vinso," lapornya dengan nada yang lebih profesional.Beberapa detik berlalu, dan suara Liam terdengar melalui walkie-talkie. "Izinkan mereka masuk," perintahnya dengan nada yang jelas dan ber
Danuarta berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir di depan rumahnya, dengan langkah yang terlihat mantap dan percaya diri. Cahaya matahari sore yang memancar dari langit membuat bayangan Danuarta terlihat panjang dan gagah. Vinso, yang berdiri di sampingnya, mencoba untuk menghalangi keinginan Danuarta."Pak,saya mohon jangan lakukan ini," Vinso berkata, dengan suara yang terdengar khawatir. "anda tidak tahu apa yang akan terjadi jika anda mendatangi rumah Liam. Mungkin ada bahaya yang mengintai di sana."Namun, Danuarta tidak menghiraukan peringatan Vinso. ia sudah bersiap untuk ke rumah Liam, dan tidak ada yang bisa menghalangi keinginannya. ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya, dengan gerakan yang cepat dan percaya diri."Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi," Danuarta berkata, dengan suara yang mantap dan percaya diri."Aku tidak bisa hanya duduk dan menunggu. aku harus tahu kebenaran tentang Liam dan apa yang dia lakukan pada putriku. Karena surat perjanjian yang k