Naomi marah karena rencananya untuk menjebak Jonathan semalam, gagal total. Ia melampiaskan amarahnya pada barang-barangnya di kamar. "Brengsek! Sebenarnya siapa wanita yang mengaku sebagai istri Jonathan dan menggagalkan rencanaku. Sialan!" teriak Naomi sembari melempar vas bunga ke dinding dekat pintu hingga nyaris mengenai Nyonya Sukma yang tengah membuka pintu kamar anaknya. "Astaga! Apa yang terjadi Naomi? Kamu sampai memecahkan vas bunga yang mama simpan di kamarmu!" kata Nyonya Sukma dengan ekspresinya yang terkejut melihat vas bunga miliknya hancur di lantai. Naomi tidak menjawab. Ia malah duduk di tepi kasur dengan amarah yang masih nampak diwajahnya. Melihat itu, membuat Nyonya Sukma khawatir hingga ia mendekati anaknya, lalu duduk di sebelah Naomi. "Kenapa? Apa kau mengalami kesulitan di lokasi syuting? Bukannya itu sudah beres Naomi?" tanya Nyonya Sukma. "Bukan itu Ma. Tapi, ini masalah semalam." "Kenapa dengan semalam? Apa Tuan Jonathan menolakmu sayang? Tidak mungk
Ivy dan Delino melakukan pemotretan bersama. Keduanya tampak kompak melakukan semua yang diperintahkan oleh sang fotografer. Bahkan karena kekompakan mereka berdua, para kru dan yang lainnya, saling berbisik, menganggap mereka adalah pasangan kekasih yang menjalin cinta jarak jauh. Terlebih si makeup artis yang melihat mereka berpelukan tadi di ruang make up, menceritakan semuanya hingga menambah keyakinan mereka tentang hubungan tersembunyi aktris baru dan aktor ternama itu.Selesai pemotretan, mereka bergantia pakaian dengan pakaian mereka sendiri. Di luar ruang ganti Ivy, Delino menunggu sahabatnya itu untuk makan siang bersama. Tak lama, Ivy keluar dengan dandanan sederhananya tapi tetap terlihat cantik dan menawan. Ya, bagi perempuan cantik blasteran seperti Ivy, memakai apapun akan terlihat cantik untuknya."Loh, kamu di sini. Aku pikir, kamu udah pulang." Ivy kaget melihat Delino ternyata menunggunya di luar. Ia pikir, bahwa Delino akan pergi karena kegiatannya yang terlalu sib
"Kamu cepat banget sih Ivy. Padahal baru jam tujuh malam, kamu udah mau balik aja. Biasanya kalau kita ketemu, kamu ngajak nongkrong dulu atau ngajak nonton film di bioskop." Kebiasaan mereka jika bertemu, mereka selalu menghabiskan waktu di cafe, nongkrong di bar atau dugem berdua sekedar untuk senang-senang sebelum kembali ke aktifitas mereka. Bahkan keduanya wajib nonton film dulu, baru pulang. Oleh sebab itu, Delino merasa heran pada Ivy yang tiba-tiba meminta izin untuk pulang. "Nonton filmnya lain kali aja soalnya aku benar-benar nggak bisa nemenin kamu. Aku punya kerjaan yang harus aku selesaikan dan aku nggak bisa kasih tahu kamu sekarang!" Ivy tidak bisa menceritakan pada Delino mengenai statusnya yang sudah menikah. Bukan karena Ivy tidak mau jujur tapi ia tidak punya kesempatan menceritakan semuanya pada Delino. "Nggak apa-apa Ivy. Ketemu kamu dan makan siang berdua sama kamu, udah buat aku bahagia banget. Kita masih punya hari lainnya Ivy karena aku bakal tinggal bebera
"Kok kamu malah cium sih," bisik Ivy yang tampak kesal pada Jonathan. Jonathan mendekatkan bibirnya ditelinga Ivy dan tersenyum miring, kemudian berbisik mesra, "kamu yang menyuruhku untuk bersikap mesra. Jadi, aku pun terpaksa melakukannya." Setelah berbisik, Jonathan kembali berdiri tegak menatap Ivy sembari tersenyum. Bahkan Jonathan menaikkan alisnya, menggoda Ivy. 'Dia kenapa tiba-tiba begitu sih?' batin Ivy sembari melirik tajam pada Jonathan. Aneska yang tidak suka melihat kedekatan mereka, mendekati Jonathan dan langsung merangkul lengan Jonathan. "Kak Jo, kamu pasti belum makan malam karena baru pulang. Gimana kalau kita makan berdua?" Ivy yang melihat sikap centil Aneska, menarik tangan Aneska menjauh dari Jonathan. Lalu ia menggantikan Aneska merangkul lengan Jonathan. Aneska tak senang melihat sikap Ivy yang menurutnya tak sopan serta kasar padanya. Hal itu juga membuat Nyonya Selfia tak senang pada Ivy."Ivy, sopan sedikit pada Aneska. Dia tamu di rumah ini. Sebagai
"Setelah apa yang kukatakan padamu tadi, kamu masih berpikir untuk bertemu dengannya? Ivy, apa kamu tidak paham maksud kata-kataku tadi? Aku sedang melarangmu untuk tidak bertemu dengan pria lain selama masih menjadi istriku." "Aku tidak berbuat sesuatu yang merugikan kamu, Jonathan. Lagipula, kamu sendiri bilang kalau aku nggak masalah mau berhubungan dengan siapapun. Apalagi kedekatanku dengan Delino hanya sebatas teman saja. Atau kamu rewel begini karena cemburu dengan Delino." Ivy benar-benar tidak memahami Jonathan yang melarangnya berteman dengan Delino hingga ia menuduh Jonathan bersikap seperti itu karena cemburu. "Huh, aku nggak cemburu karena sedikitpun tidak ada rasa suka untukmu. Aku melarangmu karena aku memikirkan reputasiku. Dan memang tidak masalah, kamu mau berhubungan dengan siapa saja. Itu terserah kamu. Aku sama sekali nggak terganggu tapi aku tidak mau kalau kamu menghancurkan rencanaku Ivy. Kamu tahu, kalau ada orang yang lihat kamu berduaan dengan pria lain, t
Ivy berada di mobil Edy. Hari ini, ia berangkat subuh ke lokasi syuting agar tidak ditegur oleh sutradara Wong. Di mobil, ia mencoba membaringkan punggungnya yang kesakitan gara-gara semalam tidur di sofa. Setiap hari tidur di sofa, lama-lama tubuhnya akan remuk. Sungguh tak habis pikir dengan Jonathan yang tega menyuruh seorang perempuan tidur di sofa keras. "Anda baik-baik saja Nyonya?" tanya Edy yang melihat Ivy dari cermin kaca tengah mobil. Ia khawatir melihat Ivy terus memukul-mukul pundaknya hingga ia tidak sabaran untuk menanyakan keadaan majikannya itu. Ivy yang menyandarkan kepalanya di kursi, membuka matanya melihat Edy. "Badanku sakit semua." "Apa kita tidak usah ke lokasi syuting kalau memang Anda tidak sehat? Saya bisa bicara pada orang di lokasi syuting supaya menunda kegiatan Anda di sana." "Nggak perlu Edy. Aku masih bisa bekerja kok. Ini cuma sakit badan biasa aja." Ivy tersenyum menunjukkan dirinya baik-baik saja. "Baiklah kalau begitu." Edy tidak memperhatikan
Hari ini Jonathan diundang makan malam oleh mantan profesornya yang sejak dulu ia hormati, dan selalu ia anggap sebagai tetua paling penting dalam perjalanan hidupnya hingga menjadi sosok Jonathan yang dibanggakan dan dihormati semua orang. Namun, sang profesor meminta Jonathan datang bersama Ivy-istrinya. Mau tidak mau, Jonathan terpaksa harus membawa Ivy datang ke sana. Karena itu, Jonathan datang ke lokasi syuting untuk menjemput Ivy."Apa ada masalah sampai kamu tiba-tiba datang menjemputku di sini?" tanya Ivy yang baru saja masuk, dan duduk di samping Jonathan."Semuanya baik-baik saja. Cuma, aku punya acara makan malam dengan orang tapi beliau ingin kamu juga datang, dan aku tidak bisa menolaknya karena beliau orang yang sangat penting untukku. Rasanya tidak enak kalau aku bilang, kamu sibuk," jelas Jonathan dengan serius."Tapi aku nggak bawa baju ganti. Gimana dong?""Gampang. Kita ke butik langganan aja." Jonathan pun menyuruh Danny melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu
"Bagaimana kondisinya Dok?" tanya Jonathan sembari melihat dokter itu membuka makser wajahnya."Kami sudah menjahit lukanya. Dan untungnya, lukanya tidak terlalu dalam tapi Nyonya Ivy masih belum sadar karena pengaruh obat," jelas dokter itu.Jonathan yang tadinya mengkhawatirkan kondisi Ivy, bernafas lega. "Terima Kasih Dok! Apa saya boleh lihat keadaannya?""Kita pindahkan dulu ke kamar inap."Jonathan mengangguk. Kemudian ia pergi mengurus administrasi Ivy.Selang beberapa menit, Ivy kini sudah dipindahkan di kamar inap. Dan ada Jonathan yang duduk menemaninya di sana. Pria itu menatap Ivy dengan raut wajahnya yang heran mengingat tindakan Ivy yang menolongnya. "Aku tidak tahu kalau kamu bisa membuat orang sangat terkejut."Sejenak Jonathan terdiam dengan kepala menunduk serta raut wajah bersalah terhadap Ivy. Namun detik berikutnya, Jonathan kembali memandang Ivy. "Ivy, aku tiba-tiba penasaran dengan yang kamu pikirkan sampai kamu membiarkan dirimu terluka hanya demi menolongku. P