"Nona, persiapkan diri Anda sekarang karena saya akan menjemput Anda untuk melakukan fitting gaun pernikahan Anda nanti," ucap Danny.
Tiga hari setelah itu, Danny datang menjemput Ivy di sebuah rumah kontrakan yang disewa Ivy untuk tinggal sementara. Ivy kini berada di mobil yang dikendarai Danny.
“Setelah menikah, Anda tidak boleh tinggal di rumah kecil seperti itu Nona.”“Iya aku tahu. Setelah menikah aku harus pindah ke rumah tuanmu. Jadi nggak usah khawatirkan masalah rumah yang kutinggali sekarang.”Danny diam dan hanya fokus menyetir mobilnya. Sekitar dua puluh menit lebih, mereka sampai di sebuah butik ternama di Kota Jakarta. Ivy turun dari mobil dan masuk ke dalam butik, didampingi oleh Danny. Di dalam, banyak pelanggan toko butik tetapi, Ivy tetap disambut baik oleh salah satu pelayan toko di sana. Bahkan Manajer di dalam langsung menyambut mereka dengan sopan, dan langsung mengantar Ivy ke sebuah kamar ganti di mana gaun pengantinnya sudah tersedia untuk dipakai.“Silahkan di coba Nyonya!” kata pelayan butik memberikan gaun pengantin itu pada Ivy.Ivy mengambilnya dan masuk ke kamar ganti didampingi pelayan butik itu untuk membantu Ivy memakai gaunnya. Menit berikutnya, Ivy keluar dari dalam dan menunjukkannya di depan Danny.“Bagaimana Danny?” tanya Ivy sambil berputar-putar serta tersenyum pada Danny.Danny yang kaku, menatap datar Ivy yang berputar-putar di depannya. “Sudah bagus nyonya!”Di saat yang sama, seorang perempuan masuk ke butik itu dan perempuan itu adalah Naomi-kakak tiri Ivy yang datang mencoba gaun malam untuk pesta penyambutannya.Ivy tampak kaget melihat orang yang ia benci ada di sana. Bahkan ia yang tadinya tersenyum seketika berubah dingin menatap perempuan itu.“Ivy! Sedang apa kau di sini?” tanya Naomi dan sejenak ia menatap Ivy yang memakai gaun pengantin. Hal itu membuat Naomi menghina dan menertawakan Ivy, “sepertinya kau sudah tidak waras Ivy. Kau memakai gaun pengantin padahal, kau sudah gagal menikah dengan Reno dan Reno tidak akan menikahimu karena dia memilih ibuku.”Untuk saat ini, Ivy tidak ingin cari masalah karena ingin pernikahan kontraknya berjalan lancar hingga ia membiarkan penghinaan Naomi. Ivy memilih masuk kembali ke ruang ganti. Namun, Naomi masih belum puas untuk menghina dan mempermalukan Ivy."Hai pelayan! Aku mau gaun yang dipakai wanita itu. Aku bisa memberikanmu bayaran dua kali lipat dari yang dia berikan!" kata Naomi dengan sikapnya yang arogan dan angkuh pada pelayan butik itu.
"Maaf Nona! Gaun yang dipakai nona itu, sudah dipesan sebelumnya. Kami tidak bisa memberikannya pada nona, walaupun nona memberikan kami bayaran lebih!"
"Aku pelanggan VIP kalian. Aku selalu datang membeli dan menyewa gaun di sini tapi kalian malah mengabaikanku. Kalian tahu akibatnya kalau mengabaikanku, hah. Toko kalian tidak akan mendapat pelanggan lagi." Begitu sombongnya sampai Naomi bicara mengancam pelayan toko yang hanya menjalankan tugasnya.
"Sekali lagi maafkan kami Nona!" Pelayan butik itu tampak takut hingga ia menundukkan kepalanya di depan Naomi.
"Sepertinya kau tidak tahu siapa aku. Aku Naomi, artis yang sekarang terkenal di kota ini. Kau akan menyesal karena telah menyinggungku!"
Ucapan sombong Naomi memang membuat pelayan itu takut tapi itu tidak berpengaruh untuk si pelayan toko butik yang lebih mengutamakan pekerjaannya. Terlebih pelayan itu bahwa orang yang memesan gaun itu adalah Jonathan Graham, CEO paling berpengaruh di kota ini melebihi pengaruhnya seorang artis.
"Maaf Nona!"
Naomi tidak ingin menyerah sebelum mempermalukan Ivy. Apalagi ia memang sudah terbiasa mengambil apapun yang dimiliki Ivy. Karena tidak mendapat bantuan pelayan itu untuk mendapatkan gaun itu hingga Naomi sendiri mendatangi Ivy yang baru saja keluar dari ruang ganti.
"Apa lagi masalahmu Naomi?" tanya Ivy dengan tegas dan dengan tatapannya yang tajam pada Naomi.
Naomi tersenyum miring menatap Ivy. Dari tatapannya, terlihat begitu meremehkan Ivy. "Kau akan berakhir malu hari ini, Ivy, Aku akan membuatmu tidak mau menunjukkan wajahmu lagi di depan umum."
Kemudian Naomi melihat semua pelanggan yang ada di sana. "Semuanya dengar. Wanita di depanku ini adalah Ivy yang baru saja meninggalkan tunangannya demi menikah dengan pria tidak pantas yang tidak jelas asal usulnya."
Orang-orang di sana menatap hina ke arah Ivy. Ivy yang melihat pandangan mereka, benar-benar sangat malu. Terlebih mendengar bisikan mereka yang menghinanya. Ekspresi Naomi senang melihat Ivy malu tapi itu masih belum cukup untuk mempermalukan Ivy.
"Jangan memutarbalikkan fakta Naomi! Kamu jelas tahu apa yang terjadi padaku. Itu semua karena ibumu yang tidak punya rasa malu," ucap Ivy geram.
Naomi kesal mendengar balasan Ivy. "Kau benar-benar wanita yang sangat bodoh Ivy. Kau menyalahkan ibuku. Padahal yang salah itu kau yang meninggalkan tunanganmu sendiri demi laki-laki tidak jelas."
"Pria tidak jelas yang kau maksud itu adalah aku!" Terdengar suara bariton seorang pria yang membuat semua orang menoleh ke asal suara itu.
Naomi terkejut mengenal sosok pria itu. "Jonathan Graham!"
"Ivy, ayo keluar dari tempat ini. Tempat ini tidak cocok untukmu, Kita cari butik yang jauh lebih bagus dari ini," ucap Jontahan dengan dingin dan arogan.
Tanpa mengatakan apapun, Ivy keluar bersama Jonthan, meninggalkan semua orang yang terkejut melihat kedatangan Jonthan.
"Kenapa Ivy bisa mengenal Jonthan?" gumam Noami penuh tanya dikepalanya.
Hari pernikahan tiba. Ivy sudah siap dengan gaun pengantinnya bahkan penjemput pengantin baru saja masuk untuk membawa Ivy keluar menuju tempat pesta. Sampai di sana, hanya ada beberapa orang yang duduk di depan penghulu. Ivy sedikit kaget dan juga penasaran dengan jumlah tamu yang hanya bisa dihitung jari tapi rasa penasarannya seketika menghilang kala ia mengingat bahwa Jonathan hanya menikahinya secara sembunyi tanpa diketahui khalayak umum. Hanya keluarga Jonathan yang tahu mengenai pernikahan mereka. Di depan para tamu duduk, Jonathan berdiri bersama Nyonya Rukmana atau sering dipanggil Nyonya Amma. Beliau adalah nenek Jonathan. Mereka berdua menatap Ivy melangkah masuk pesta pernikahan yang terlihat mewah dengan dekorasi bagaikan putri raja. Sayangnya, tak banyak tamu. Sebenarnya Jonathan mengundang banyak orang untuk datang ke pesta pernikahannya dengan Tavisa karena ingin menunjukkan pada dunia siapa wanita yang ia cintai tapi Tavisa mengalami kecelakaan hingga Jonathan pun me
“Ayo cepat masuk!”Jonathan datang menjemput Ivy di hotel dengan mobil mewahnya. Ivy pikir, setelah pria itu meninggalkannya, tidak akan datang untuk menjemputnya dan mengira akan mengutus Danny lagi. Namun, Ivy tidak menyangka jika Jonathan datang sendiri, bahkan menunggunya di depan hotel sampai dirinya keluar dari sana.“Terima kasih karena sudah datang menjemput saya!” kata Ivy yang sudah duduk di mobil, tepat di samping Jonathan.“Mulai hari ini kau adalah istriku. Ubahlah caramu bicara padaku. Jangan bicara terlalu formal seolah aku adalah atasanmu.” Jonathan tampak kesal dengan Ivy yang tidak bisa membiasakan dirinya bicara santai di depannya. Padahal ia sudah pernah mengingatkan Ivy untuk apa adanya.“Sory, aku selalu lupa kalau aku tidak seharusnya bicara terlalu formal padamu.”Jonathan tidak bicara lagi. Matanya pun kini memandang jalanan luar dibalik jendela. Sementara Ivy malah curi-curi pandang pada Jonathan. Tampang Jonathan yang dingin tak bersahabat, tak membuat Ivy m
"Perlu bantuan?" Ivy menawarkan diri untuk membantu Jonathan yang tengah sibuk memakai dasinya."Kita cuma berdua di sini. Kamu nggak perlu pura-pura menjadi istri yang baik."Ivy tulus ingin membantu Jonathan, tapi Jonathan malah menanggapi negatif maksud baiknya, mengira dirinya hanya pura-pura baik."Aku serius mau bantuin. Bukan karena pura-pura. Tapi kalau kamu nya nggak suka, ya udah." Ivy memilih meninggalkan Jonathan yang masih ada di kamar ganti. Ia menunggu suaminya di luar untuk turun sarapan bersama di bawah.Menit berikutnya, Jonathan keluar dan Ivy yang duduk di sofa, berdiri menghampiri Jonathan.Dengan tersenyum, Ivy merangkul lengan Jonathan. Jonathan langsung menatapnya dengan tajam."Kenapa melihatku seperti mau makan orang begitu? Apa karena kamu nggak suka aku rangkul begini? Bukannya kamu bilang, aku harus menunjukan di depan keluargamu hubungan mesra kita? Jadi istri soleha di depan mereka."Jonathan yang tadinya tak sadar dengan perjanjian mereka, akhirnya mengh
Ivy dan Jonathan sudah keluar dari rumah. Keduanya kini berada di mobil yang dikendarai oleh Danny."Ke mana kita akan pergi?" tanya Ivy yang tak tahu ke mana Jonathan akan membawanya."Besok malam kamu harus menemaniku ke pesta. Jadi hari ini kita akan ke butik untuk mencoba gaun untukmu. Setelah itu, aku akan mengantarmu ke lokasi syuting," jelas Jonathan datar."Lokasi syuting?" Kening Ivy mengerut bingung melihat Jonathan.Jonathan mengulurkan tangannya ke depan kantong kursi belakang yang diduduki Danny. Ia mengambil naskah yang ia simpan di sana. Lalu, naskah itu ia sodorkan pada Ivy. "Ini naskah film untukmu!"Ivy mengambilnya tapi ia masih bingung maksud Jonathan memberikannya naskah film. "Kenapa kamu kasih naskah film? Untuk apa?""Aku sudah janji padamu untuk membuatmu masuk ke dunia entertainment, dan membantumu menjadi artis terkenal seperti yang kamu inginkan."Ivy tidak terlalu fokus mendengarkan Jonathan bicara. Ia malah fokus membaca naskah yang diberikan Jonathan. Iv
Naomi tersenyum miring dengan ekspresi meremehkan Ivy. "Kayaknya kamu benar-benar sudah tidak waras Ivy. Sampai-sampai kau datang kemari dan mengaku sebagai peran utama kedua. Kau tahu, Sutradara Wong sudah punya orang untuk peran utama kedua dan itu jelas bukan kamu.""Nona Ivy!" seru Sutradara Wong yang berjalan menghampiri Ivy.Ivy tersenyum melihat Sutradara Wong. Dengan santainya, Ivy mendorong Naomi ke samping, menyingkirkan Naomi dari pandangannya, dan datang menyapa Sutradara Wong. Ivy pun langsung mengulurkan tangannya di depan Sutradara Wong. "Halo Tuan Wong!"Dengan ramah tanpa mengurangi senyumnya, Sutradara Wong ikut mengulurkan tangannya, berjabat tangan dengan Ivy. "Selamat bergabung Nona Ivy! Senang bertemu Anda dan saya menantikan pertunjukkan Anda."Walaupun Sutradara Wong ramah pada Ivy tapi Sutradara Wong adalah orang yang sangat tegas dan disiplin pada semua aktris dan aktornya. Ivy tahu itu."Saya yang paling senang bisa bekerja sama dengan Tuan Wong. Mohon bantu
Syuting berjalan lancar hingga selesai. Ivy yang memprediksi Naomi akan cari masalah dengannya, ternyata saudara tirinya itu menjadi kalem. Naomi hanya duduk santai di tempatnya jika bukan gilirannya. Namun, Naomi tetap mengabaikannya dan hanya mengobrol baik dengan kru di sana.Setelah pamit pada semua orang, Ivy keluar menunggu taksi di pinggir jalan. Namun, baru saja berdiri di sana, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna putih, berhenti tepat di depannya. Ivy mengerutkan keningnya, heran dan penasaran melihat sosok pria asing keluar dari mobil. Bahkan Ivy kaget ketika pria itu membungkuk hormat di depannya."Selamat sore Nyonya. Saya Edy. Mulai hari ini, saya akan menjadi manajer Anda, juga sekaligus supir pribadi Anda. Apapun yang Anda butuhkan, bisa katakan pada saya. Saya bisa melakukan semua perintah nyonya.""Jonathan yang suruh kamu?" Ivy menebak bahwa yang mengutus orang ini untuk berada disisinya adalah Jonathan tapi ia bertanya karena hanya ingin memastikan tebakannya bena
Ivy yang baru saja dari kamar mandi, tak sengaja melihat Jonathan dibawa oleh perempuan asing. Ivy tidak ingin peduli karena menganggap bahwa perempuan itu adalah kenalan Jonathan. Terlebih lagi, ia dan Jonathan punya perjanjian untuk tidak saling ikut campur urusan pribadi. Namun, Jonathan pernah mengatakan padanya bahwa alasan ia menikah bukan hanya untuk menggantikan posisi tunangannya sementara. Melainkan salah satunya untuk menjadikannya tameng. Mengingat itu, membuat Ivy tak bisa menutup mata. Dengan tuntutan itulah, Ivy membalikkan badannya mendatangi Jonathan yang baru saja masuk ke sebuah kamar. "Aku nggak bisa diam aja," gumam Ivy sembari berjalan mendekati Jonathan.Sementara Jonathan kini berada di kamar. Namun, pria itu sadar bahwa ia dibawa oleh perempuan asing. Dengan kasar, Jonathan mendorong perempuan itu. "Brengsek! Menjauhlah dariku! Jangan sentuh aku!"Perempuan itu tidak mau menyerah. Ia kembali berdiri dan mengejar Jonathan yang berjalan keluar dari kamar itu da
Jonathan bangun lebih dulu. Ia duduk di pinggir kasur dengan kedua kakinya sudah menginjak lantai. Ia memegang kepalanya yang terasa begitu berat kemudian mengibas-ngibas kepalanya itu untuk meringankan sakit di kepalanya.Kemudian, Jonathan menoleh melihat Ivy yang masih tidur di belakangnya. "Ternyata dia masih perawan. Cih, pantas saja tunangannya mengkhianatinya."Bagi Jonathan, berhubungan intim ketika berpacaran adalah hal yang harus dilakukan untuk mempererat hubungan cinta keduanya. Jika tidak melakukan hubungan intim, bisa membuat hubungan mereka nantinya menjadi hancur seperti yang dialami Ivy.Itu menurut Jonathan yang berbeda prinsip dengan Ivy.Jonathan pun berdiri sembari memungut pakaiannya. Dengan langkah pelan, Jonathan masuk ke kamar mandi.Sekitar lima belas menit, Jonathan keluar dari sana dengan handuk yang melingkar dipinggangnya. Dan matanya langsung tertuju pada Ivy yang duduk di kasur dengan tangan menahan selimut yang menutupi hingga dadanya."Baru bangun?" t