Share

Bab 5

Hari pernikahan tiba. Ivy sudah siap dengan gaun pengantinnya bahkan penjemput pengantin baru saja masuk untuk membawa Ivy keluar menuju tempat pesta. Sampai di sana, hanya ada beberapa orang yang duduk di depan penghulu. Ivy sedikit kaget dan juga penasaran dengan jumlah tamu yang hanya bisa dihitung jari tapi rasa penasarannya seketika menghilang kala ia mengingat bahwa Jonathan hanya menikahinya secara sembunyi tanpa diketahui khalayak umum. Hanya keluarga Jonathan yang tahu mengenai pernikahan mereka.

Di depan para tamu duduk, Jonathan berdiri bersama Nyonya Rukmana atau sering dipanggil Nyonya Amma. Beliau adalah nenek Jonathan. Mereka berdua menatap Ivy melangkah masuk pesta pernikahan yang terlihat mewah dengan dekorasi bagaikan putri raja. Sayangnya, tak banyak tamu. Sebenarnya Jonathan mengundang banyak orang untuk datang ke pesta pernikahannya dengan Tavisa karena ingin menunjukkan pada dunia siapa wanita yang ia cintai tapi Tavisa mengalami kecelakaan hingga Jonathan pun membatalkan semua undangan itu.

Pernikahannya saat ini hanyalah sebuah transaksi untuk memenuhi keinginan neneknya, juga untuk mengambil saham yang dijanjikan sang nenek. Oleh sebab itu, Jonathan tidak perlu memberitahu pada semua orang tentang pengantin yang ia bayar untuk memenuhi keinginannya. Nyonya Amma pun sudah dijelaskan oleh Jonathan alasan mengapa tiba-tiba membatalkan undangan pernikahan dan hanya menghadirkan keluarga saja. Alasan itu klasik. Jonathan mengatasnamakan Ivy yang katanya tidak mau pernikahannya ramai dan ingin menikah dengan tenang.

Baru saja ijab Kabul terjadi. Jonathan dan Ivy sudah sah menjadi suami istri. Lalu keluarga memberi mereka selamat. Nyonya Amma yang baru melihat calon istri Jonathan, mendekati Ivy untuk memperkenalkan dirinya.

“Aku neneknya Jonathan.”

“Halo nenek!” Ivy meraih tangan Nyonya Amma lalu mencium punggung tangan nenek mertuanya.

“Ini pertemuan pertama kita tapi aku sudah mendengar sedikit tentangmu dari Jonathan. Dan kamu pasti sudah mendengar cerita Jonathan tentang nenek.” Nyonya Amma memang tidak pernah bertemu dengan wanita yang ingin dinikahi Jonathan bahkan Nyonya Amma tidak tahu siapa nama perempuan itu. Jonathan tidak pernah membahas siapa perempuan itu dan hanya mengatakan pada Nyonya Amma bahwa perempuan itu adalah perempuan yang sangat dicintainya sampai mati. Alasannya karena Jonathan takut Nyonya Amma mengusik Tavisa dan membuat Tavisa pergi karena sebelumnya Nyonya Amma bersikeras menjodohkan Jonathan dengan Amalia.

“Iya nenek.”

“Kata Jo. Kamu wanita yang sangat luar biasa. Bukan hanya cantik tapi baik hati. Nenek harap, kata-kata Jonathan bukan hanya untuk membuat nenek setuju menikahimu.”

Ivy terdiam, tak tahu harus bilang apa, karena jujur, ia bukan wanita yang ingin dinikahi Jonathan, bukan juga wanita luar biasa dan baik hati yang diceritakan Jonathan.

Malam hari, Jonathan dan Ivy berada di kamar pengantin mereka. Tetapi, mereka sama-sama canggung ketika melihat kamar pengantin yang sudah didekorasi indah dengan taburan bunga mawar di atas kasur dan juga di lantai.

“Saya sudah janji. Saya tidak akan menyentuhmu sesuai perjanjian kita, jadi kamu tidak perlu khawatir hal itu.” Sebenarnya itu tidak perlu dikatakan Jonathan karena sebelumnya ia menambahkan di surat perjanjian mereka bahwa ia tidak akan menyentuh Ivy dan Ivy tahu itu. Hanya saja, ia merasa canggung dengan situasinya yang sama-sama diam.

“Iya saya tahu tuan.”

“Tolong jangan panggil saya tuan! Walau pernikahan kita sebatas perjanjian tapi saya sudah jadi suami kamu! Kamu harus memanggil saya dengan panggilan yang sesuai supaya keluarga tidak curiga. Paham!”

“Iya mengerti tapi saya harus panggil tuan dengan panggilan apa?”

“Panggil Mas Jo aja! Itu lebih pantas!”

“Baik Mas Jo.”

“Malam ini, saya tidak bisa bermalam di sini. Saya harus menemani Tavisa di rumah sakit. Jadi kamu bisa tidur dengan nyaman tanpa khawatir pada saya.” Jonathan merasa bersalah pada Tavisa karena malah menikah dengan wanita lain disaat Tavisa sedang koma hingga ia ingin menghabiskan malamnya bersama kekasihnya itu walau di rumah sakit. Seenggaknya ia merasa tenang jika melihat wajah Tavisa di sana ketimbang berada di sini tapi pikirannya kacau karena memikirkan kondisi Tavisa.

“Iya tuan, eh Mas Jo!” Sungguh Ivy belum terbiasa dengan panggilan itu hingga ia salah ucap tapi Jonathan tidak mempermasalahkannya. Pria itu malah berjalan keluar, meninggalkan Ivy sendiri di dalam.

Kendaraannya melaju meninggalkan hotel, menuju rumah sakit. Hanya beberapa menit, Jonathan samopai di rumah sakit. Kini, pria itu masuk ke kamar Tavisa. Perasaannya lega ketika melihat Tavisa meski ada perasaan sedih yang tampak diwajahnya.

“Maafkan aku sayang! Hari ini harusnya menjadi pernikahan kita tapi aku malah menikahi wanita lain.” Jonathan yang duduk di sebelah Tavisa, meraih tangan Tavisa lalu mencium tangan kekasihnya, merasakan dalamnya cintanya pada wanita itu.

“Tavisa, untukmu aku bersumpah untuk tetap setia padamu. Tubuh dan hatiku hanya milikmu Tavisa. Bukan milik wanita lain jadi tolong jangan marah padaku karena melakukan ini. Wanita itu hanya pengantin bayaran untuk menggantikan posisimu sampai kau bangun. Aku hanya mencintaimu sayang! Sangat mencintaimu.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
nong Sodri
bagus bange
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status