Share

Gertakan

Author: Erna Azura
last update Huling Na-update: 2025-05-06 07:59:00

Keesokan harinya, Ananta berjalan di lorong mansion Sebastian dengan langkah mantap meski hati kecilnya berdegup tak menentu.

Tadi saat sarapan, Klaus memberitahu kalau Sebastian memintanya datang untuk berdiskusi.

Ananta masih berpikiran positif mungkin sang kakek ingin mendengar report dari pekerjaan yang dia selesaikan di Jakarta.

Sesampainya di depan pintu kayu berukir ruang kerja Sebastian, Ananta mengetuk pelan. “Masuk,” terdengar suara bariton Sebastian dari dalam, tegas dan dingin.

Ananta membuka pintu dan melangkah masuk. Di balik meja kerja besar, Sebastian duduk dengan punggung tegak. Raut wajahnya keras tak terbaca emosi, namun sorot matanya tajam mengunci pada cucunya.

“Kakek memanggilku?” Ananta memulai dengan suara tenang sambil mendekat ke meja. Ia berusaha menjaga sikap hormat, meski firasatnya mengatakan pembicaraan ini tidak akan mudah.

Sebastian menghela napas perlahan sebelum berbicara, seakan menahan amarah yang menggelegak di dada
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Beban Yang Terlalu Berat

    Pagi itu di mansion Von Rotchschild, layar televisi yang terpasang di ruang kerja Sebastian menampilkan berita internasional dari kanal ekonomi dan kriminalitas.Latar belakang pembicara berisi foto-foto keluarga Von Rotchschild, berganti-ganti: Leonardo Von Rotchschild yang masih mendekam di tahanan Indonesia karena kasus pembunuhan seorang gadis bernama Erina, Elias Von Rotchschild yang telah resmi dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan Swiss karena penculikan Zanitha.Padahal hubungannya dengan Ananta yang memanas karena sang cucu kebanggaannya itu tidak mau menceraikan Zanitha yang merupakan anak dari musuh keluarga Von Rotchschild sudah sangat membebani pikiran Sebastian. Jari Sebastian mengetuk-ngetuk meja. Dada tuanya terasa sesak. Ia menatap layar dengan rahang mengatup.Heinz yang berdiri di belakangnya langsung meraih remote untuk mematikan televisi.Sunyi seketika menyelimuti ruangan. Sebastian bersandar di kursinya dengan Heinz kembali berdiri di belakang, mengawasi

    Huling Na-update : 2025-05-07
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menjadi Chairman

    Malam itu, lorong rumah sakit tampak lebih lengang dari biasanya. Lampu-lampu neon memantul di lantai putih yang dingin, menciptakan kesan sepi dan sunyi.Di depan ruang ICU tempat Sebastian Von Rotchschild dirawat, tiga orang duduk berjajar di deretan kursi tunggu: Ananta, Rafael dan Winna. Mereka duduk dalam diam, masing-masing dengan pikirannya sendiri, namun tatapan mereka sama—terarah ke pintu berwarna putih di depan mereka. Pintu yang sejak siang belum terbuka lagi dengan kabar apapun.Ananta duduk tegak dengan tangan bersilang di dada, wajahnya tenang namun jelas menunjukkan kekhawatiran.Rafael tampak gelisah, setelah mondar-mandir kecil tadi dan kini akhirnya duduk kembali. Sementara Winna-istri Rafael, menopang dagunya menggunakan tangan, sesekali melirik suaminya, lalu ke arah Ananta dan kembali menunduk.Beberapa menit yang panjang terlewat hanya dengan suara alat ventilasi dari ujung lorong. Tiba-tiba Rafael bersuara, nada suaranya ringan namun terdengar sumbang di te

    Huling Na-update : 2025-05-07
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Rencana Membawa Zanitha Ke Zurich

    Tiga hari setelah pengumuman itu, mansion berubah drastis. Para paman dan bibi Ananta yang dulu menatapnya dengan iri kini bersikap ramah dan penuh senyum.Banyak di antara mereka mengundang makan malam, mengirim hadiah simbolik, bahkan menawarkan koneksi bisnis seperti yang dilakukan istri dari Leonardo.Yang paling mengejutkan datang dari Simon—adik bungsu Mathias-ayahnya Ananta yang dulu dikucilkan dari keluarga karena kelakuan putra bungsunya-Elias yang menculik Zanitha dan nyaris melenyapkan nyawanya.Pria tua itu datang sendiri ke kantor pusat Helvion dengan setelan yang terlalu sederhana untuk standar keluarga mereka.Ananta menemuinya di ruang kerja.“Aku tidak datang untuk menjilat atau meminta kekayaan,” ujar Simon langsung. “Aku datang karena aku sadar… kamu membawa perubahan. Dan aku ingin jadi bagian dari Helvion Group lagi. Tak lebih.”Ananta mengamati wajah pamannya yang dulu begitu ia hindari. Ada ketulusan di sana.“Aku tidak akan memberi Paman jabatan hanya ka

    Huling Na-update : 2025-05-07
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Masih Ada Harapan

    Pagi di Petal Home berjalan seperti biasa. Aroma bunga lili dan mawar memenuhi udara, musik instrumental mengalun lembut dari speaker di sudut ruangan. Zanitha berdiri di balik meja kasir, mengecek ulang invoice pengiriman buket untuk pelanggan langganan.Pintu toko terbuka, memunculkan suara bel kecil yang berdenting lembut. Zanitha menoleh dan mendapati sosok pria dengan kemeja biru muda motif garis-garis dan senyum ramah yang familiar.“Satria,” sapanya pelan, sedikit terkejut.Satria melangkah masuk dengan tenang. “Hai,” balasnya ringan. “Maaf datang mendadak. Aku lagi lewat sini trus ingat kamu jadi mampir.” “Aku kira kamu marah… karena kejadian waktu itu.”Satria tertawa kecil. “Kalau aku marah setiap kali ada pria posesif datang memelototiku, aku enggak akan punya teman.”Zanitha tersipu. “Aku benar-benar minta maaf soal tempo hari. Aku enggak tahu kalau Ananta akan datang… dan kamu malah harus menghadapi—”Satria mengangkat tangan, memotong lembut. “Nitha, aku tahu sia

    Huling Na-update : 2025-05-08
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Masih Saja Tidak Diakui

    Siang itu, udara Jakarta terasa gerah. Namun buket bunga yang digenggam Zanitha tetap harum dan segar.Di dalam mobil, ia menatap bayangannya sendiri di jendela. Bibirnya mengatup kencang, namun matanya menyimpan harap. Di antara kelopak bunga lili putih dan eustoma ungu, terselip kartu kecil bertuliskan:“Selamat ulang tahun, Papi. Semoga sehat selalu. Dari Zanitha.”Sesampainya di depan lobby, Zanitha turun. Sekuriti menyambutnya dengan ramah. “Selama siang Bu.” Seorang resepsionis menyapanya.“Aku Zanitha … anaknya papi Damar, papi ada?” Zanitha bertanya.“Ada … sebentar ya, saya hubungi pak Anton dulu.”Pak Anton adalah sekretaris papinya dan melihat kantor ini sudah memiliki resepsionis juga banyak karyawan yang berlalu lalang di loby membawa berkas menandakan kalau perusahaan sang papi telah berhasil bangkit menggunakan uang kompensasi dari pernikahan kontraknya dengan Ananta yang sang papi pinjam beberapa bulan lalu.Zanitha ikut senang meski dalam hati bertanya kenapa

    Huling Na-update : 2025-05-08
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menjadi Tempat Berpulang

    Zanitha melangkah keluar dari restoran dengan wajah tertunduk dan napas pendek-pendek. Matanya memerah. Kata-kata Aditya masih terngiang. Pandangan hampa sang papi saat mami Ratih menghina dan keheningan yang menyayat hati dari seorang papi yang bahkan tak berusaha menahannya.Satria berjalan setengah langkah di belakangnya. Tak berkata apa-apa. Tak bertanya.Sampai mereka tiba di pelataran parkir.“Kamu diantar driver?” Satria bertanya.“Enggak ….” Zanitha menggeleng tapi tatapannya seperti orang linglung.Satria menuntun Zanitha ke mobilnya. Mesin mobil menyala, keheningan menggantung sebab Satria tak langsung melaju. Ia hanya duduk diam, membiarkan Zanitha meresapi semua rasa yang tak bisa langsung dikeluarkan dengan kata.Zanitha menatap lurus ke depan, air mata mulai jatuh satu per satu tanpa suara.Satria tetap diam. Ia tidak menyentuh, tidak menenangkan dengan tangan—ia hanya hadir, menunggu. Menyediakan ruang yang luas agar luka itu bisa bernapas.Butuh hampir lima men

    Huling Na-update : 2025-05-08
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Sebuah Tragedi

    Ananta Victor von Rotchchild, CEO blasteran Swiss-Indonesia yang kini menjadi pimpinan tertinggi Helvion Group di Indonesia itu sedang mematut diri di depan cermin sambil menautkan kancing di lengan kemeja, kerutan halus tampak di antara kedua alisnya yang tebal padahal pria itu begitu tampan mengenakan tuxedo di hari pernikahannya ini.Mungkin karena Ananta membenci hari ini lantaran terpaksa menikahi seorang gadis hanya untuk mendapatkan keturunan.Adik sepupunya yang bernama Rafael telah menikah dan memiliki anak laki-laki membuat kakek mereka sang Chairman of the Board di perusahan Helvion Group Swiss merasa senang dan digadang-gadang Rafael akan menggantikan posisi beliau sebagai pemimpin tertinggi perusahaan melangkahi Ananta.Itu kenapa Ananta mengutus Ryan-sekretarisnya mencarikan seorang gadis untuk dijadikan istri kontrak dan mau melahirkan keturunannya.Namun setelah anak itu lahir, Ananta akan menceraikannya dengan memberikan imbalan yang besar.Ananta tidak pernah me

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Hancur

    “Jadi begini Nona … eee, siapa nama Nona? Kita kenalan dulu.” Ryan mengulurkan tangannya melewati meja yang memisahkan dia dengan Zanitha.“Zanitha,” jawab Zanitha melirih.“Saya Ryan … sekretaris tuan Ananta.” Mereka berdua bersalaman.“Tuan Ananta seharusnya menikah hari ini … seluruh keluarganya mengetahui hal tersebut tapi ternyata calon istrinya meninggal karena kecelakaan dan Nona juga terlibat ….” Ryan menjeda kalimatnya.“Aku enggak bermaksud membunuhnya, aku enggak sengaja nabrak dia… dia datang entah dari mana, sumpah! Aku enggak pernah berniat membunuh perempuan itu.” Zanitha keukeuh mempertahankan pendapatnya.Kejadiannya begitu cepat, bahkan awalnya dia tidak tahu kalau telah menghilangkan nyawa seseorang.“Tapi kenyataannya Nona yang menabrak nona Erina dan menyembabkannya meninggal dunia.” Ryan memberikan fakta.Zanitha menangkup wajahnya menggunakan kedua tangan dan mulai menangis.Kedua kakinya bergetar hebat karena trauma yang masih melingkupinya.Hanya ad

    Huling Na-update : 2025-01-19

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menjadi Tempat Berpulang

    Zanitha melangkah keluar dari restoran dengan wajah tertunduk dan napas pendek-pendek. Matanya memerah. Kata-kata Aditya masih terngiang. Pandangan hampa sang papi saat mami Ratih menghina dan keheningan yang menyayat hati dari seorang papi yang bahkan tak berusaha menahannya.Satria berjalan setengah langkah di belakangnya. Tak berkata apa-apa. Tak bertanya.Sampai mereka tiba di pelataran parkir.“Kamu diantar driver?” Satria bertanya.“Enggak ….” Zanitha menggeleng tapi tatapannya seperti orang linglung.Satria menuntun Zanitha ke mobilnya. Mesin mobil menyala, keheningan menggantung sebab Satria tak langsung melaju. Ia hanya duduk diam, membiarkan Zanitha meresapi semua rasa yang tak bisa langsung dikeluarkan dengan kata.Zanitha menatap lurus ke depan, air mata mulai jatuh satu per satu tanpa suara.Satria tetap diam. Ia tidak menyentuh, tidak menenangkan dengan tangan—ia hanya hadir, menunggu. Menyediakan ruang yang luas agar luka itu bisa bernapas.Butuh hampir lima men

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Masih Saja Tidak Diakui

    Siang itu, udara Jakarta terasa gerah. Namun buket bunga yang digenggam Zanitha tetap harum dan segar.Di dalam mobil, ia menatap bayangannya sendiri di jendela. Bibirnya mengatup kencang, namun matanya menyimpan harap. Di antara kelopak bunga lili putih dan eustoma ungu, terselip kartu kecil bertuliskan:“Selamat ulang tahun, Papi. Semoga sehat selalu. Dari Zanitha.”Sesampainya di depan lobby, Zanitha turun. Sekuriti menyambutnya dengan ramah. “Selama siang Bu.” Seorang resepsionis menyapanya.“Aku Zanitha … anaknya papi Damar, papi ada?” Zanitha bertanya.“Ada … sebentar ya, saya hubungi pak Anton dulu.”Pak Anton adalah sekretaris papinya dan melihat kantor ini sudah memiliki resepsionis juga banyak karyawan yang berlalu lalang di loby membawa berkas menandakan kalau perusahaan sang papi telah berhasil bangkit menggunakan uang kompensasi dari pernikahan kontraknya dengan Ananta yang sang papi pinjam beberapa bulan lalu.Zanitha ikut senang meski dalam hati bertanya kenapa

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Masih Ada Harapan

    Pagi di Petal Home berjalan seperti biasa. Aroma bunga lili dan mawar memenuhi udara, musik instrumental mengalun lembut dari speaker di sudut ruangan. Zanitha berdiri di balik meja kasir, mengecek ulang invoice pengiriman buket untuk pelanggan langganan.Pintu toko terbuka, memunculkan suara bel kecil yang berdenting lembut. Zanitha menoleh dan mendapati sosok pria dengan kemeja biru muda motif garis-garis dan senyum ramah yang familiar.“Satria,” sapanya pelan, sedikit terkejut.Satria melangkah masuk dengan tenang. “Hai,” balasnya ringan. “Maaf datang mendadak. Aku lagi lewat sini trus ingat kamu jadi mampir.” “Aku kira kamu marah… karena kejadian waktu itu.”Satria tertawa kecil. “Kalau aku marah setiap kali ada pria posesif datang memelototiku, aku enggak akan punya teman.”Zanitha tersipu. “Aku benar-benar minta maaf soal tempo hari. Aku enggak tahu kalau Ananta akan datang… dan kamu malah harus menghadapi—”Satria mengangkat tangan, memotong lembut. “Nitha, aku tahu sia

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Rencana Membawa Zanitha Ke Zurich

    Tiga hari setelah pengumuman itu, mansion berubah drastis. Para paman dan bibi Ananta yang dulu menatapnya dengan iri kini bersikap ramah dan penuh senyum.Banyak di antara mereka mengundang makan malam, mengirim hadiah simbolik, bahkan menawarkan koneksi bisnis seperti yang dilakukan istri dari Leonardo.Yang paling mengejutkan datang dari Simon—adik bungsu Mathias-ayahnya Ananta yang dulu dikucilkan dari keluarga karena kelakuan putra bungsunya-Elias yang menculik Zanitha dan nyaris melenyapkan nyawanya.Pria tua itu datang sendiri ke kantor pusat Helvion dengan setelan yang terlalu sederhana untuk standar keluarga mereka.Ananta menemuinya di ruang kerja.“Aku tidak datang untuk menjilat atau meminta kekayaan,” ujar Simon langsung. “Aku datang karena aku sadar… kamu membawa perubahan. Dan aku ingin jadi bagian dari Helvion Group lagi. Tak lebih.”Ananta mengamati wajah pamannya yang dulu begitu ia hindari. Ada ketulusan di sana.“Aku tidak akan memberi Paman jabatan hanya ka

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menjadi Chairman

    Malam itu, lorong rumah sakit tampak lebih lengang dari biasanya. Lampu-lampu neon memantul di lantai putih yang dingin, menciptakan kesan sepi dan sunyi.Di depan ruang ICU tempat Sebastian Von Rotchschild dirawat, tiga orang duduk berjajar di deretan kursi tunggu: Ananta, Rafael dan Winna. Mereka duduk dalam diam, masing-masing dengan pikirannya sendiri, namun tatapan mereka sama—terarah ke pintu berwarna putih di depan mereka. Pintu yang sejak siang belum terbuka lagi dengan kabar apapun.Ananta duduk tegak dengan tangan bersilang di dada, wajahnya tenang namun jelas menunjukkan kekhawatiran.Rafael tampak gelisah, setelah mondar-mandir kecil tadi dan kini akhirnya duduk kembali. Sementara Winna-istri Rafael, menopang dagunya menggunakan tangan, sesekali melirik suaminya, lalu ke arah Ananta dan kembali menunduk.Beberapa menit yang panjang terlewat hanya dengan suara alat ventilasi dari ujung lorong. Tiba-tiba Rafael bersuara, nada suaranya ringan namun terdengar sumbang di te

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Beban Yang Terlalu Berat

    Pagi itu di mansion Von Rotchschild, layar televisi yang terpasang di ruang kerja Sebastian menampilkan berita internasional dari kanal ekonomi dan kriminalitas.Latar belakang pembicara berisi foto-foto keluarga Von Rotchschild, berganti-ganti: Leonardo Von Rotchschild yang masih mendekam di tahanan Indonesia karena kasus pembunuhan seorang gadis bernama Erina, Elias Von Rotchschild yang telah resmi dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan Swiss karena penculikan Zanitha.Padahal hubungannya dengan Ananta yang memanas karena sang cucu kebanggaannya itu tidak mau menceraikan Zanitha yang merupakan anak dari musuh keluarga Von Rotchschild sudah sangat membebani pikiran Sebastian. Jari Sebastian mengetuk-ngetuk meja. Dada tuanya terasa sesak. Ia menatap layar dengan rahang mengatup.Heinz yang berdiri di belakangnya langsung meraih remote untuk mematikan televisi.Sunyi seketika menyelimuti ruangan. Sebastian bersandar di kursinya dengan Heinz kembali berdiri di belakang, mengawasi

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Gertakan

    Keesokan harinya, Ananta berjalan di lorong mansion Sebastian dengan langkah mantap meski hati kecilnya berdegup tak menentu.Tadi saat sarapan, Klaus memberitahu kalau Sebastian memintanya datang untuk berdiskusi.Ananta masih berpikiran positif mungkin sang kakek ingin mendengar report dari pekerjaan yang dia selesaikan di Jakarta.Sesampainya di depan pintu kayu berukir ruang kerja Sebastian, Ananta mengetuk pelan. “Masuk,” terdengar suara bariton Sebastian dari dalam, tegas dan dingin.Ananta membuka pintu dan melangkah masuk. Di balik meja kerja besar, Sebastian duduk dengan punggung tegak. Raut wajahnya keras tak terbaca emosi, namun sorot matanya tajam mengunci pada cucunya.“Kakek memanggilku?” Ananta memulai dengan suara tenang sambil mendekat ke meja. Ia berusaha menjaga sikap hormat, meski firasatnya mengatakan pembicaraan ini tidak akan mudah.Sebastian menghela napas perlahan sebelum berbicara, seakan menahan amarah yang menggelegak di dada

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Demi Ares

    Di dalam mobil sedan hitam yang mengantar pulang dari bandara, Ananta menggenggam kedua tangannya gelisah. Perjalanan singkat dari bandara menuju mansion terasa begitu panjang baginya karena tak sabar ingin segera bertemu Ares. Hatinya berdebar kencang membayangkan putra kecilnya.“Baru beberapa hari saja Daddy meninggalkanmu, Nak, rindu ini udah tak tertahankan,” batinnya nelangsa.Lalu terbayang olehnya sosok Zanitha. Jika ia saja merasa sesak berpisah dengan Ares dalam hitungan hari, apalagi Zanitha yang sudah berminggu-minggu tak bisa menimang buah hati mereka.Dada Ananta terasa nyeri membayangkan kerinduan dan kesedihan istrinya selama ini. Jemarinya mengepal di atas pangkuan.“Aku harus segera memperbaiki semua ini, tekadnya dalam hati. Demi Ares….” Ananta berjanji di dalam hati.Kembali ke mansion ….“Hari ini cukup bermainnya, Ares,” gumam Sebastian lembut seraya menyerahkan Ares kembali ke gendongan Nanny yang ikut mengawasi Ares . “Mommy dan daddy sangat menyayangimu

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Wanita Luar Biasa

    Pagi itu di sebuah meja makan yang diterangi sinar matahari pagi, Ananta dan Mathias duduk berhadapan menikmati sarapan ringan. Aroma kopi hitam dan roti panggang tersaji di antara mereka, namun pikiran Ananta melayang entah ke mana.Setelah beberapa saat hening, ia mengangkat wajah dan menatap Mathias dengan sorot mata penuh tekad sekaligus kegelisahan.“Kemarin aku sudah pergi untuk menemui Zanitha di toko bunga miliknya,” ujar Ananta pelan, memecah keheningan. Jemarinya menggenggam cangkir kopi yang sejak tadi tak tersentuh. “Tapi Zanitha… Zanitha tidak ada di sana.” Suara Ananta terdengar berat, kecewa karena harapannya bertemu sang istri pupus. “Aku meminta karyawannya untuk mengirim buket bunga mawar putih dan membelikannya es krim stroberi.”Mathias menurunkan koran yang sedari tadi dibacanya. Ia memperhatikan Ananta dengan tenang. “Es krim stroberi?” ulangnya, seakan memastikan ia mendengar dengan benar.Ananta mengangguk lirih. “Itu kesukaannya,” lanjutnya seraya tersenyu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status