Home / Romansa / Pengantin Dewa / Bab 1 - Ritual Darah

Share

Pengantin Dewa
Pengantin Dewa
Author: Rimanda Azzahra

Bab 1 - Ritual Darah

last update Last Updated: 2025-06-17 22:02:13

Kau Telah Disumpah Menjadi Milikku-Dengan Darah, Bukan Cinta

[Ia dikorbankan untuk menyelamatkan desanya. Tapi yang menantinya bukan surga, melainkan Dewa Kematian yang menginginkan anak darinya.]

Jauh di pedalaman hutan berkabut, tersembunyi sebuah desa bernama Yamanira- desa yang tidak tercatat dalam peta, tidak disebut dalam sejarah, dan tidak dikunjungi oleh cahaya matahari secara utuh. Tanahnya sunyi, udaranya dingin, dan malam di sana tidak pernah benar-benar berakhir.

Penduduk Desa Yamanira hidup dalam ketundukan dan ketakutan yang diwariskan turun-temurun. Seumur hidup warga Desa Yamanira mendedikasikan diri mereka untuk menyembah Dewa Yama-sang Dewa Kematian. Penguasa alam setelah manusia mati yang tidak pernah puas meski telah menelan banyak nyawa manusia.

Setiap sepuluh tahun sekali, desa itu mengadakan upacara Garbha, upacara persembahan, di mana desa harus menyerahkan anak perempuan berusia dua belas tahun untuk diserahkan kepada hutan, kepada Yama, sebagai tumbal untuk meredam amarah sang dewa. Jika tidak, maka musim kering akan melanda, tanah akan retak, dan kematian akan datang sebelum waktunya-kelaparan, wabah, dan penderitaan yang ‘tak mengenal belas kasih.

Warga percaya bahwa ritual ini bukan pilihan, melainkan kewajiban. Dan bagi mereka, kehilangan satu nyawa lebih baik daripada kehilangan seluruh desa.

Dan hari ini, saat bulan purnama lebih besar dari biasanya, lonceng tua di tengah desa berdentang lirih.

Pertanda satu hal:

Sudah saatnya memilih korban berikutnya.

--- 

Warga Desa Yamanira mulai resah.

Hujan telah lama berhenti. Tanah merekah, sawah mengering, dan langit hanya menyisakan debu serta kabut tipis yang tidak pernah menghilang. Musim panceklik datang lebih cepat dari yang diperkirakan. Warga desa menyebutnya sebagai murka sang dewa.

Di desa yang dikelilingi hutan liar ini, mereka percaya pada satu penguasa: Batara Yama-Dewa Kematian, penguasa dunia bawah, yang berhak mengadili arwah. Konon katanya leluhur desa ini menjalin kontrak pada dewa kematian demi membangun desa dan mensejahterakan warga-warganya.

Seolah dikutuk, Batari Ningrum, dewi kesuburan layaknya enggan menjaga  kehidupan desa dan malah menyerahkan kewajiban itu pada dewa kematian.

Setiap sepuluh tahun, satu anak gadis harus dikorbankan kepada Dewa Yama dalam upacara Garbha, upacara rahim bumi, agar desa tetap hidup dan subur.

Namun tahun ini berbeda. Bukannya anak gadis berusia dua belas tahun yang masuk ke dalam mimpi, para tetua memimpikan Melati sebagai korban selanjutnya, padahal korban terakhir telah diserahkan lima tahun lalu, setengah waktu dari biasanya. Untuk itu para tetua desa berkumpul di rumah kepala suku, untuk membahas mimpi yang tidak biasa ini.

Gadis bernama Melati itu merupakan anak kepala suku yang paling dihormati di Desa Yamanira. Gadis yang telah menginjak usia dua puluh tahun, namun belum bersuami terlalu lama menunggu tunangannya yang entah pergi ke mana. Wirya, lelaki yang pernah berjanji untuk menikahinya, hilang dalam perjalanan saat ke negeri seberang untuk membeli perhiasan langka sebagai mahar. Sejak saat itu Melati menunggu. Tahun demi tahun, dengan harap yang ‘tak juga padam.

Beragam gunjingan telah ia terima, perawan tua, hinaan karena ketertinggalan dari sebaya yang telah menggendong anak atau bahkan gunjingan bahwa tunangannya yang dituduh kabur karena bertemu perempuan lain di perjalanan.

Namun penantian itu berujung pada hasil rundingan tetua berdasarkan petunjuk yang didapat dari mimpi, tetua memutuskan satu nama dikorbankan lebih cepat: Melati.

Pamantra, ayah Melati sekaligus kepala suku mencoba melawan keputusan itu. Tapi suaranya ‘tak cukup kuat ketika salah satu tetua memotong ucapannya. “Ini takdir Dewa Yama, dia telah memilih Melati sebagai pengantin selanjutnya, kita harus segera melaksanakan upacara Garbha. Segera.”

Ada rasa ingin menentang di dalam diri Pamantra, anak bungsunya, anak perempuan satu-satunya yang Ia miliki terpilih menjadi korban upacara Garbha, di mana ia tahu tidak satupun dari korban ritual itu akan selamat.

Namun selaku kepala suku, Pamantra memiliki harga diri yang lebih tinggi dan selalu ingin tampak layak sebagai pemimpin desa dan sempurna bagi warganya, maka Ia menerima keputusan dari para tetua walau ketika malam upacara tiba, ia hanya bisa menggenggam tangannya erat, menahan gemetar, saat melihat putri kesayangannya ikut dalam rombongan pelaksana ritual.

Melati dipaksa meminum ramuan penenang. Matanya perlahan menutup saat mereka memandunya ke gua besar yang gelap di dalam hutan, tempat altar batu tua berada, tepat di tengah gua yang dindingnya ditutupi susunan tulang-tulang korban sebelumnya.

Melati dibaringkan di atas batu-dingin, keras, dan masih menyimpan bau karat dari darah yang pernah mengering di sana. Cahaya terang bulan memasuki gua melalui celah atas gua yang berlubang, menerangi batu altar tempat Melati berbaring. Pamantra, dengan desakannya, ia sendiri yang meminta pada para tetua untuk mengizinkan dirinya yang menikam putrinya sendiri, Melati. Korban ritual Garbha.

Saat Pamantra mengambil belati perak warisan leluhur. Tangannya gemetar menggenggam belati, mantra yang dibacakan para tetua menegaskan bahwa sekarang Ia harus mengambil sikap.

Ujung belati sudah diarahkan ke jantung Melati.

Satu embusan doa lagi.

Satu tarikan napas.

Satu tusukan...

Seketika petir menyambar langit.

Gemuruh mengguncang pijakan. Langit-langit gua bergetar seperti hendak runtuh. Kabut menebal, menelan semuanya-suara, cahaya bahkan waktu.

Dari balik kabut itu, sosok tinggi berjubah hitam muncul perlahan dari balik altar. Wajahnya tersembunyi di balik bayangan, keagungan terpancar dari sana, seketika semua orang merunduk, ‘tak mampu menatap keilahian Dewa Yama.

Kecuali Pamantra, lelaki itu ternganga melihat sosok yang berdiri tepat di depannya, nafasnya kian sesak, belati terlepas dari tangan Pamantra, ia perlahan jatuh tersungkur, bergetar seperti anak sapi yang kedinginan.

Sosok itu berdiri di balik altar, menggerakkan ujung jarinya, ia mengangkat Melati dalam pelukannya-ringan, seperti memetik bunga dari pangkalnya. Jubahnya berkibar meski angin tidak bertiup. Langit kembali bergemuruh.

“Persembahan ini bukan milik kalian,” ujarnya lagi, “Ia adalah takdirku, bahkan jika kalian tidak menyerahkannya aku akan menjemputnya sendiri.”

Lalu, dalam sekejap, ia lenyap. Membawa Melati bersamanya dalam keheningan.

Meninggalkan altar batu yang basah oleh embun dingin, hanya tersisa jejak darah lama dan bisu, bersama pengikutnya yang masih sujud, hanyut dalam ketakutan, ‘tak percaya bahwa mereka baru bertemu dengan Batara Yama, dewa yang selama ini mereka sembah.

“DEWA YAMA MENERIMA KORBANNYA.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Dewa   Bab 5 - Meminta Restu

    “Karena bagian kecil dari diriku masih ingin tahu.”Wirya mendekat, menatap Melati begitu dalam. “Kalau aku bunuh Yama... apa kau akan memelukku seperti dulu?”Melati terbelalak.“Wirya, dia itu Dewa. Dewa Wirya. Bagaimana bis-”Wirya menarik wajahnya menjauh. Sembari menahan emosi ia menjawab, “Aku tahu.” Ada rasa putus asa di sana.Melati menggeleng pelan. Tidak masuk akal. Bagaimana manusia fana sepertinya berniat membunuh dewa kematian? Penguasa ruh manusia setelah mati? Tidak. Sebelum Wirya bertindak lebih jauh lagi. Melati harus menghentikannya. “Ayo kita pulang. Kita bisa pergi ke desa... kita bisa bicara pada Ayah dan tetua. Mungkin-mungkin mereka bisa menolong. Kita bisa lepas dari sini dan kembali seperti dulu.”Wirya tertawa kecil-pahit dan hambar. “Mel, kau sungguh tidak tahu apa-apa, ya?”Melati terdiam, matanya melebar.“Aku mati... karena Ayahmu,” ucapnya perlahan. “Bukan karena takdir. Tapi karena rencana.”“Apa... maksudmu? Tadi kau bilang-” napas Melati tercekat.“Ay

  • Pengantin Dewa   Bab 4 - Wirya

    Melati tidak tau apakah saat ini siang atau malam, sebab hanya ada kegelapan ‘tak berujung yang melingkupi kerajaan Batara Yama. Melalui jendela, Melati merindukan sinar matahari pagi tapi yang ia temui hanya cahaya bulan yang menerangi.Setelah merengek berlama-lama pada Batara Yama bahwa ia ingin pulang, Melati hanya diizinkan berkeliling istana untuk membunuh kebosanan.Tentu tidak sendiri, Melati ditemani makhluk yang pertama kali ia lihat selain Yama selama di kerajaan ini.Berbadan besar, tegap, dan menggunakan zirah, penampilannya seperti manusia kebanyakan, tapi matanya...terus mengeluarkan darah dari ujungnya. Melati menahan teriakan kecilnya. Takut, mengapa penampilannya sangat mengerikan?Sepertinya, lelaki berpenampilan seram yang terus menguarkan aura peperangan itu adalah kepercayaan Yama.“Di mana Batara Yama?” tanya Melati penasaran.“Baginda sedang menghadap para Dewa Tertinggi.” Jawab Raksaya sekenanya.Melati menelusuri lorong panjang yang sepi, menapaki lantai batu

  • Pengantin Dewa   Bab 3 - Dewa Tanpa Cinta

    Istana itu berdiri dalam kegelapan, terbuat dari batu hitam yang sebagian besar dimakan lumut, menjulang ‘tak berujung seperti waktu yang membeku. Langit di atasnya ‘tak pernah berubah-selalu kelam, menggantungkan cahaya pucat yang ‘tak pernah menghangatkan kulit. Mendung, diselimuti awan kelabu yang ‘tak menurunkan hujan. Di sinilah Melati, dikurung sejak Batara Yama membawanya dari altar pengorbanan.Sejak saat itu, ia ‘tak pernah melihat matahari.Setiap pagi, jika waktu itu masih bisa disebut “pagi”, seorang pelayan laki-laki yang hanya sekali memperkenalkan dirinya sebagai Raksaya. Sisanya Ia hanya bertugas membawakan makanan dan keperluan Melati lainnya. Tanpa suara, tanpa menatap wajahnya. Diam, seakan manusia juga telah mati di tempat ini. Karenanya Melati ‘tak pernah melihat wajahnya.Melati memandang pintu besar yang ‘tak pernah bisa ia buka. Jari-jarinya memainkan gaun putih yang selaras dengan warna kulit tubuhnya. Ia tahu ‘tak ada yang bisa ia lakukan untuk melarikan diri

  • Pengantin Dewa   Bab 2 - Pengantin Terkutuk

    Kesadaran Melati perlahan kembali.Hal pertama yang ia rasakan adalah dingin. Dingin yang ‘tak biasa, tidak pernah ia rasakan sebelumnya dan aneh. Dingin ini menjalari tulang, menusuk perlahan dari ujung jari hingga tepat ke jantungnya.Aroma dupa yang menyengat menusuk hidung, memaksanya untuk segera bangun dari tidurnya yang lelap.Bulu mata lentik itu terbuka perlahan. Matanya membelalak, pupilnya membesar seketika mencoba mencerna kenyataan. Pandangannya tertuju ke langit-langit kamar asing-langit-langit terbuat dari batu hitam yang berkilau, memantulkan bayangan dirinya yang berada di atas tempat tidur asing, terbaring di atas sesuatu yang empuk-kain halus yang mungkin terbuat dari sutra.Dinding-dinding sekelilingnya tampak sunyi, namun penuh wibawa kelam. Warnanya kelabu gelap, nyaris hitam, seolah menyerap cahaya yang berani mendekat. Urat-urat samar berwarna ungu terang menjalar di permukaannya, membentuk pola ‘tak beraturan yang menyeramkan.Namun yang paling membuat Melati

  • Pengantin Dewa   Bab 1 - Ritual Darah

    Kau Telah Disumpah Menjadi Milikku-Dengan Darah, Bukan Cinta[Ia dikorbankan untuk menyelamatkan desanya. Tapi yang menantinya bukan surga, melainkan Dewa Kematian yang menginginkan anak darinya.]Jauh di pedalaman hutan berkabut, tersembunyi sebuah desa bernama Yamanira- desa yang tidak tercatat dalam peta, tidak disebut dalam sejarah, dan tidak dikunjungi oleh cahaya matahari secara utuh. Tanahnya sunyi, udaranya dingin, dan malam di sana tidak pernah benar-benar berakhir.Penduduk Desa Yamanira hidup dalam ketundukan dan ketakutan yang diwariskan turun-temurun. Seumur hidup warga Desa Yamanira mendedikasikan diri mereka untuk menyembah Dewa Yama-sang Dewa Kematian. Penguasa alam setelah manusia mati yang tidak pernah puas meski telah menelan banyak nyawa manusia.Setiap sepuluh tahun sekali, desa itu mengadakan upacara Garbha, upacara persembahan, di mana desa harus menyerahkan anak perempuan berusia dua belas tahun untuk diserahkan kepada hutan, kepada Yama, sebagai tumbal untuk m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status