Share

3. Mimpi Buruk.

Author: Ashh_
last update Last Updated: 2025-04-09 12:57:45

"Aku tidak suka mimpi itu."

Sejenak, Lynette tergugah dari tidurnya karena mimpi buruk. Mimpi yang amat buruk, hingga menarik dirinya terbangun dengan keringat yang membasahi dirinya.

Matanya berkedip cepat seraya bangkit dari tidurannya.

"Sudah pagi rupanya," ucapnya dengan napas yang terengah-engah.

Tangan kanannya menyeka keringat di dahi dengan mata yang menatap sekeliling area kamar.

Kemudian Lynette melirik ke arah samping yang telah kosong. Laki-laki tadi malam yang mengaku sebagai suaminya telah meninggalkan dia sendiri.

Dia juga menyadarinya, jika dia masih belum menggunakan baju karena tadi malam. Dia menampar pipinya untuk membuktikan apakah hal tersebut nyata atau tidak.

Dan tentu saja, hanya rasa sakit dia dapatkan.

"Ternyata bukan mimpi. Jadi yang semalam itu nyata?"

Lynette mengelus pipinya dengan meringis kecil. Kemudian, beranjak dari sana dengan susah payah berjalan menuju kamar mandi.

Untuk menutupi badan telanjangnya, Lynette menggulung dirinya dengan selimut dan membersihkan dirinya.

Setelah itu, Lynette memasuki sebuah ruangan kecil. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak terpukau.

"Aku belum pernah mendapati begitu banyak barang mewah seperti ini. Baju-baju, tas, dan sepatu. Semua ini pasti sangat mahal!"

Mata bulatnya menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Lynette mengambil pakaian tersebut dan mengaguminya dengan mulut yang terbuka.

“Pilihan yang bagus.”

Suara serak basah itu mengagetkan Lynette. Dia secara tidak sengaja menjatuhkan baju yang dia ambil tadi dan berbalik badan dengan cepat.

“T-tuan Issac?”

“Ouh,” desah Lucian dengan wajah datar.

Lucian berjalan menghampiri Lynette. Dia berdiri menjulang di depannya dan menurunkan diri sejajar dengan wajah cantik Lynette.

“Panggil aku Lucian! Apa yang aku katakan tadi malam kurang jelas? Atau kau hanya bisa mengingat desahanmu yang lantang, saat aku memasukimu?”

Plak!

“Mesum!”

Entah keberanian dari mana Lynette berhasil melayangkan satu tamparan pada pipi kanan Lucian. Lalu setelahnya, Lynette menutup mulut dengan kedua tangan, matanya melotot takut ke arah Lucian.

Lucian merasakan rasa panas pada pipinya, lidahnya memutar menyentuh dalam pipi.

Lucian menatap Lynette dengan mata biru tajam yang berhasil membuat istrinya semakin bergetar di tempat. Dia hanya tidak menyangka akan mendapatkan tamparan untuk pertama kali dalam hidupnya dari Lynette polos ini.

“Beraninya kau melayangkan tamparan kepadaku!"

“Ma-maaf, aku tidak sengaja. Itu hanya spontan. Aku tidak bermaksud melakukannya!”

“Benarkah?”

Mata Lucian bergetar, ketika dia menyadari Lynette masih menggunakan handuk tanpa apapun lagi. Rasa segar terhirup indra penciumannya, membuat dia semakin tak ragu mengendur lebih dalam. Mencerna, wangi apa gerangan yang memabukkan ini.

Wangi mawar yang memasuki indra penciumannya seakan menggoda dirinya. Lucian dengan sengaja semakin memepetkan diri pada Lynette, menarik pinggang kecil istrinya hingga menempel dengan tubuh depannya.

“Tidak bermaksud melakukannya?”

Lynette menelan ludahnya, seolah di dalam tenggorokannya terdapat batu besar yang membuatnya semakin bergetar akan rasa takut.

Perkataan Benjamin kembali terngiang. Dia mungkin telah membuat tuan Issac marah dan ayahnya benar-benar akan membunuhnya.

“Aku mohon, jangan bilang pada ayahku! Aku ... aku ….”

“Apa? kenapa aku tidak boleh membuat ayahmu tahu tentang hal ini? ”

Lucian tidak mengerti. Apa hubungannya kejadian ini dengan Benjamin Morreti?

Nada yang dikeluarkan Lucian semakin membuat Lynette memejamkan mata, demi menghindari tatapan tidak enak yang dilayangkan oleh Lucian.

“Kenapa memangnya kalau aku memberitahu ayahmu tentang hal ini. Apa dia akan membawamu kembali ke Kanada?”

“Aku tidak pernah ke kanada.”

“Tidak pernah ke kanada? Bukankah kau baru pulang dari sana setelah sekolah menengah atas?”

Lucian bertanya dengan suara yang semakin serius. Dia mencoba menyingkirkan kedua tangan Lynette yang menutupi wajahnya, hingga tampak wajah jelita wanita itu.

Percakapannya tadi malam dengan Rekash kembali terngiang di dalam kepalanya. Lucian, menyentuh dagu Lynette, mengunci matanya agar membalas menatap dirinya, hanya dirinya.

Namun, Lynette tidak kunjung membuka mulut. Istri baru Lucian ini malah bersikap seolah kematiannya semakin dekat. Tubuhnya bergetar dan pupil matanya membesar dengan napas yang tidak beraturan.

Lucian kesal karena pertanyaannya sama sekali tidak direspon.

“Kenapa? Jawab aku, atau aku akan melakukan hal yang tidak pernah kau pikirkan sebelumnya!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti Bos Mafia   63. Situasi yang Bertolak Belakang.

    Semuanya berjalan lancar, Telah mengetuk pintu kamar Tiara yang sebenarnya juga merupakan kamarnya, dengan pelan. Sang istri keluar dengan wajah malas, Rekash langsung mengatakan apa yang diinginkan oleh tuannya."Tuan Issac bilang, dia ingin plaster penurun panas. Aku tidak bisa menemukannya."Melewati Rekash, Tiara melenggang pergi ke dapur. Membungkukkan badan sebentar pada Lucian dan mengambilkan apa yang diinginkan tuannya.Plaster penurun panas itu ada di dalam sebuah kotak P3k yang tersimpan di dalam laci atas dapur. Lucian melirik pada Rekash yang tidak menyangka kotak itu ada di dalam sana, pria itu juga melirik balik Lucian dengan mengangkat dua jarinya."Ini," ucap Tiara sembari menyodorkan plaster penurun panas milik orang dewasa pada Lucian."Sebenarnya, tadi saya ingin mengabari Anda tentang kondisi nyonya Issac, tapi Anda sudah terlebih dahulu kemari.""Ya, semuanya mendadak." Lucian menjawab dengan nada kecil, sekali lagi dia melirik pada Rekash yang terlihat menghinda

  • Pengantin Pengganti Bos Mafia   62. Kesalahpahaman.

    Tiara keluar dari kamar Lynette, menutup pintu dengan pelan kemudian berjalan ke arah dapur. Duduk di sana dengan pikiran yang menaruh curiga dengan gelagat Lynette yang tidak seperti biasanya. "Apa aku melewatkan sesuatu? Seperti ada yang mengganggu Lynette, badannya panas, dan kemungkinan demam juga. Wajahnya pucat dan keringat deras, aku cukup yakin dia ada yang tengah dipikirkan olehnya."Tiara meminum kopi miliknya dengan kerutan khawatir. "Apa aku juga harus membicarakan hal ini dengan tuan Issac? Aku takut, jika ini ada berdampak serius. Dia tentu saja belum pernah melakukan olahraga berat seperti yang aku berikan, itu sebabnya tubuh Lynette belum sepenuhnya menerima? Aku tidak tahu harus bagaimana."Kebingungan melanda Tiara, wanita itu tidak pernah bimbang dengan berbagai keputusan yang dia ambil dalam bisnis dan persenjataan, tapi hanya tentang hal sekecil ini di bahkan meragukan intuisinya. Tiara menyelesaikan makanannya dan membersihkan dapur. Dalam ketenangan malam, sua

  • Pengantin Pengganti Bos Mafia   61. Surat Balasan.

    "Ini Taylor Frence, saya menulis surat ini setelah mendapatkan lokasi di mana Anda di buang oleh tuan Issac. Saya menyayangkan hal tersebut, karena kita tidak bisa secara langsung membicarakan dan mendiskusikan sesuatu yang harus kita lakukan. Pada surat ini, saya ingin bertanya, apakab Anda masih berminat untuk keluar dari keluarga Issac dan pergi sejauh mungkin dari tuan Issac. Jika Anda masih menginginkannya, Anda harus membalas surat saya ini dan menempatkannya di tempat Anda menemukan surat ini.Salam hormat, Taylor France."Surat itu tidak terlalu panjang, tapi sangat detail dan merujuk langsung pada tujuannya. Lynette bisa merasakan jika kedua tangannya bergetar samar, rasa takut menghantuinya setelah membaca dengan oleh kehati-hatian dan penuh konsentrasi surat ini. Meninggalkan Lucian dan pergi sejauh mungkin dari dunia hitam yang sama sekali tidak dia ketahui, itu adalah tujuannya atas semua kerja kerasnya. "Aku pikir, setelah aku meninggalkan mansion, Taylor tidak akan

  • Pengantin Pengganti Bos Mafia   60. Surat Mencurigakan.

    "Jaga posisi stancemu, buka lebar kedua kakimu sama dengan lebar bahu. Pegang busurmu dengan kokoh, jaga anak panah tetap lurus.""Kali ini kita akan fokus latihan blank bale shooting, tujuan latihan ini adalah memperbaiki teknikmu, bulan hanya untuk tepat sasaran." Tiara menunjuk pada bale jerami besar yang beberapa langkah di hadapan mereka. Bale jerami itu ada di bawah pohon beringin besar yang biasanya digunakan Lynette untuk duduk beristirahat. Sekarang di sana terdapat satu bale untuk latihannya. Angin pagi berhembus lembut, membawa rasa dingin yang menusuk hampir meremukkan tulang-tulang rapuh Lynette. Hari ini dia memakai jaket biru beraksen garis putih dengan celana biru yang senada juga. Pagi tadi, Lynette bangun dengan perasaan yang sangat bahagia. Sebab, saat dia membuka lemari dia menemukan banyak sekali baju-baju baru yang kata Tiara dia boleh memakai semuanya. Lynette nanti akan berterima kasih pada Tiara karena menyediakan banyak baju untuknya. "Posisimu sangat bag

  • Pengantin Pengganti Bos Mafia   59. Kamar Belajar.

    Lynette hanya bisa berdiri dengan kaku di ujung pintu, matanya melirik ke kanan dan kiri sesuai dengan pergerakan Tiara. Ide yang tiba-tiba diajukan oleh Tiara membuat Lynette tidak mengerti. "Kak, belajar di kamar juga tidak masalah.""Tidak masalah olehmu, tapi tidak dengan aku. Jika kau terus-menerus merasa ngantuk saat belajar, itu akan jadi masalah untukku."Lynette menundukkan kepala merasa tidak enak, salahkan saja kantuk yang mudah sekali menyerangnya. Ketiduran adalah sesuatu yang tidak bisa dia prediksi dan dia sendiri tidak menyadarinya, tentu saja itu hanya alasan Lynette yang tersimpan di hati. Sebuah kamar kecil yang ada tepat di samping kamar Lynette sebelumnya adalah sebuah gudang kecil yang penuh dengan barang bekas. Seperti tumpukan baju-baju di dalam kardus, buku-buku usang yang sobek dan rusak, dan beberapa perabotan rumah tangga. "Kakak, aku akan membantu.""Tidak perlu, kau kembali saja ke dalam dan selesaikan tugas yang aku berikan tadi.""Oke, aku pergi du

  • Pengantin Pengganti Bos Mafia   58. Sebuah Perubahan.

    Kelenggangan terjadi antara Tiara dan Rekash. Kedua memiliki ekspresi yang berbeda. Tiara dengan wajah kebingungan menatap sang suami yang tidak tampak seperti biasanya, aneh. Sedangkan Rekash malah sibuk dengan kegugupan yang hampir membuat dia menyerah, tapi dia tidak boleh berhenti begitu saja. Jika dia gagal, konsekuensi akan dia dapatkan. Di dalam mobil, ada Lucian yang duduk di kursi belakang dengan memandang dua pasangan suami istri itu dengan penasaran. Rekash yang tidak kunjung melakukan apa yang dia suruh tadi membuat Lucian geram dan merasa tidak sabar. Beralih pada Rekash, pria itu sekali lagi melirik istrinya yang sudah mulai geram. "Aku bersumpah akan memukul pantatmu, jika kau tidak segera mengatakan apa maksudmu.""Tidak!" Rekash bersumpah dia tidak sengaja meninggikan suaranya. "Aku hanya ingin mengatakan sesuatu, sebentar.""Ya, baiklah, apa?" Tiara mencoba bersabar. "Apa kau .... ""Kenapa? Aku? Aku apa?" Rekash tanpa sadar melirik kembali pada mobil yang te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status