Share

Bab 7 kembali Bekerja

Penulis: Nuvola
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-21 20:07:38

Luka di tangannya mulai membaik, hal itu membuat Kiara memutuskan untuk kembali bekerja. Dia merasa tidak enak jika terus mengambil cuti hanya karena tangannya terluka. Jam menunjukkan pukul enam pagi dan dia sudah rapi dengan pakaiannya. Saat keluar dari walk-in closet terlihat Lucas yang bangkit dari tempat tidur. Suaminya itu baru saja bangun tidur.

“Mas mau mandi sekarang? Biar aku siapkan airnya dulu ya,” ucap Kiara yang bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Saat tengah mengisi bathtub, Lucas masuk ke dalam kamar mandi.

“Kamu mau kemana sepagi ini?” Suara Lucas membuat Kiara menoleh. “Aku mencium aroma parfum, jadi aku pikir kamu akan pergi,” sambung Lucas.

“Ah iya benar aku sebentar mau berangkat ke cafe,” jawab Kiara yang selesai menyiapkan air untuk Lucas.

“Ini jam berapa?”

“Jam enam lewat sepuluh menit,” Kiara menjawab setelah melihat jam tangannya.

“Sepagi ini?”

“Aku hari ini shift pagi, masuk jam tujuh lalu pulang jam tiga sore.” Kiara menatap Lucas yang tidak merespon apapun. “Tanganku sudah membaik dan aku merasa tidak enak jika mengambil cuti terlalu lama,” imbuh Kiara mencoba kembali menjelaskan.

“Tunggu aku lima belas menit, kita sarapan bersama,” ucap Lucas tiba-tiba.

Kiara mengangguk lalu berjalan keluar dari kamar mandi. Dia kemudian menyiapkan pakaian untuk Lucas, dan setelah selesai dia pun memilih untuk ke dapur. Kiara berjalan ke dapur, dan dia melihat Mbak Rina yang tengah menyiapkan makanan. Melihat maid belum selesai menyiapkan sarapan, Kiara berinisiatif untuk membantu.

"Mbak, boleh aku bantu?" tanya Kiara dengan senyum.

Namun, niat baik Kiara justru dihalangi oleh Rina. "Tidak perlu. Saya sudah terbiasa menyiapkan sarapan untuk Tuan Lucas, lagipula tidak bisa sembarangan orang menyiapkan sarapan untuknya," jawab Rina dengan nada yang sedikit dingin.

"Aku ingin membantu, karena Mas Lucas akan sarapan sepuluh menit lagi," ucap Kiara dengan sabar.

Rina menatap Kiara dengan sombong. "Tuan Lucas terbiasa sarapan pukul tujuh, tidak mungkin beliau sarapan sekarang juga. Sebaiknya Anda jangan mengganggu saya," jawab Rina dengan nada yang tidak ramah.

Kiara yang tidak ingin berdebat dengan Rina pun memilih pergi dari dapur. Dia berjalan ingin kembali ke kamar tapi sebelum menaiki tangga, Kiara melihat Lucas keluar dari lift. Lucas lebih cepat lima menit dari waktu yang Lucas katakan, Kiara menghampiri suaminya yang tengah berjalan dengan tongkatnya itu.

“Mas,” panggil Kiara yang kemudian menggandeng tangan Lucas.

Setelah tangan mungil itu berada dalam genggamannya maka Lucas langsung melipat tongkatnya. Dia seakan tidak butuh tongkat itu, pria itu berjalan dengan penuh percaya diri. Tak ada rasa takut jika dia menabrak atau tersandung sesuatu, seakan dia begitu percaya dengan pemilik tangan mungil itu.

“Aku dengar, Mas biasa sarapan pukul tujuh. Jadi sepertinya Mbak Rina belum selesai menyiapkan sarapan, tapi tidak sampai tiga puluh menit pasti makanan siap kok Mas. Bagaimana kalau Mas menunggunya, tapi aku izin untuk berangkat biar nanti aku sarapan di cafe,” tutur Kiara.

Belum sempat Lucas merespon, Rina lebih dulu menghampiri mereka.

“Selamat pagi Tuan, maaf sarapan belum selesai saya siapkan karena Tuan biasa makan pukul tujuh.”

“Saya beri kamu waktu lima menit untuk menyiapkannya!” ucap Lucas dengan nada dingin.

“Tapi Tuan–” Kata-kata Rina terhenti saat melihat raut rahang Lucas yang mengeras. “Ba-ik Tuan,” sambung Rina yang bergegas ke dapur.

Kiara yang melihat Rina panik pun merasa kasihan. “Mas ,aku bantu Mbak Rina ya. Kamu duduk disini dulu,” ucap Kiara yang menarikan kursi untuk Lucas.

“Tempatmu bukan di dapur.” Ucapan Lucas membuat langkah Kiara terhenti. “Duduk, temani aku disini,” sambung Lucas.

Tanpa penolakan, Kiara pun duduk di samping Lucas. “Apa kamu tidak mau memberitahu jadwalmu?”

Kiara menoleh dan terdiam beberapa saat sebelum otaknya mengerti apa yang Lucas katakan. “Ah iya, aku lupa mengatakannya,” ucap Kiara yang tersadar. “Aku libur hari Kamis Mas, jadi Senin Selasa aku masuk jam sepuluh pulang jam enam, Rabu dan Jum'at aku masuk pagi, lalu Sabtu dan Minggu aku masuk sore jam tiga nanti pulang jam sebelas malam.”

“Semalam itu? Apa tidak bisa kamu tukar shift?”

“Tidak bisa, Mas.”

“Hm.”

Kiara masih menatap Lucas, respon Lucas yang terlihat keberatan dengan shift malam Kiara membuat Kiara tampak bingung.

“Maaf Tuan, hanya itu makanan yang bisa saya siapkan,” ucap Rina setelah menata makanan di atas meja makan.

“Hari Rabu dan Jum'at aku ingin sarapan siap pukul enam lebih lima belas menit.”

“Baik, Tuan,” jawab Rina tanpa mengeluh yang kemudian berjalan hendak mengambilkan makanan untuk Lucas.

“Jika ada istri saya, maka kamu tidak perlu mengambilkan makanan untuk saya. Karena saya ingin istri saya yang melakukannya.”

Ucapan Lucas membuat langkah Rina terhenti, dia melirik ke arah Kiara dengan tatapan tak suka. Kiara yang merasakan jika dirinya ditatap pun membuat dia menoleh ke arah Rina.

“Kamu tidak keberatan kan, Kiara?” tanya Lucas.

“Tentu saja, Mas,” jawab Kiara dengan tersenyum lalu tangannya segera meraih centong nasi. Dia mengambilkan makanan untuk Lucas sebelum mengambil untuk dirinya sendiri. “Dimakan, Mas,” ucap Kiara yang mengarahkan sendok ke tangan Lucas.

“Terima kasih,” ucap Lucas dengan nada yang terdengar lembut membuat senyum merekah di wajah Kiara. Sedangkan wajah Rina tampak begitu tak suka dengan adegan yang baru saja dia lihat.

***

Kiara melangkah masuk ke dalam café. Tanpa membuang waktu, ia mengambil sapu dan mulai menyapu area indoor dengan gerakan yang teratur dan penuh fokus. Debu-debu kecil berterbangan, namun Kiara tak menghiraukannya. Saat sapuannya melintas di sudut ruangan, Wulan muncul dari balik meja kasir. Wulan menatap Kiara dengan wajah penuh perhatian.

“Kamu gimana, Ki? Beneran sudah membaik tangannya?” tanya Wulan dengan nada lembut.

Kiara mengangguk ringan sambil tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang masih tersisa. “Iya, aku baik-baik saja. Sampai rumah langsung aku obati jadi sekarang sudah membaik.”

“Syukurlah, aku senang mendengarnya,” ucap Wulan dengan tersenyum lalu kembali ke pekerjaannya, sementara Kiara melanjutkan menyapu dengan tenaga yang mulai kembali. Tak lama kemudian, Andra, sang manajer sekaligus pemilik café, melangkah masuk dengan tatapan tajam namun penuh kehangatan.

“Kamu udah mulai masuk? Tangan kamu bagaimana?” tanya Andra sambil mendekat, suaranya rendah tapi tegas.

“Iya Pak, sudah membaik kok.’

“Jangan terlalu memaksakan diri untuk kerja berat. Aku tidak mau kamu cedera lagi.”

Kiara menatap Andra dengan mata sedikit terkejut, lalu mengangguk pelan. Ada campuran rasa hangat dan sedikit canggung di dadanya saat mendengar perhatian itu.

“Baik, Pak Andra.”

Andra tersenyum tipis, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, meninggalkan Kiara yang tersenyum canggung.

“Kan, udah aku bilang. Pak Anda itu suka sama kamu.” Suara Wulan yang tiba-tiba berada di belakangnya membuat Kiara terkejut.

“Apaan sih, ngawur kamu. Udah sana kerja lagi,” ucap Kiara yang tidak mau memikirkan ucapan Wulan.

“Dikasih cowok sempurna itu jangan nolak, Kiara!” ujar Wulan yang sedikit mengeraskan suaranya karena Kiara yang pergi meninggalkan dia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 8 Bertemu Veera

    Kiara menghela napas panjang saat menutup pintu cafe di belakangnya, tubuhnya terasa lelah setelah seharian bekerja. Matahari hampir tenggelam di ufuk barat, namun pikirannya masih kalut. Saat ia melangkah melewati pintu gerbang, tiba-tiba suara keras memanggil namanya membuat jantungnya tercekat. “Kiara!” teriak suara itu, dingin dan penuh amarah. Kiara menoleh dan seketika panik. Di depan sana berdiri Veera, kakaknya, dengan wajah yang memerah dan tatapan penuh dendam. Langkah Kiara berubah menjadi lari, harapan untuk menghindar dari keributan yang tak diinginkan. Namun nasib tidak berpihak padanya; kaki Kiara tersandung batu kecil di trotoar, tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh. Dalam sekejap tangan kasar Veera mencengkram pergelangan tangan Kiara dengan erat. “Mana mungkin kamu bisa kabur seenaknya! Keluarga kita sudah rugi besar gara-gara kamu! Bahkan Pak Tomi menuntut kita membayar biaya yang dikeluarkan, kamu harus membayar lima puluh juta, Kiara!” bentak Veera dengan suar

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 7 kembali Bekerja

    Luka di tangannya mulai membaik, hal itu membuat Kiara memutuskan untuk kembali bekerja. Dia merasa tidak enak jika terus mengambil cuti hanya karena tangannya terluka. Jam menunjukkan pukul enam pagi dan dia sudah rapi dengan pakaiannya. Saat keluar dari walk-in closet terlihat Lucas yang bangkit dari tempat tidur. Suaminya itu baru saja bangun tidur. “Mas mau mandi sekarang? Biar aku siapkan airnya dulu ya,” ucap Kiara yang bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Saat tengah mengisi bathtub, Lucas masuk ke dalam kamar mandi. “Kamu mau kemana sepagi ini?” Suara Lucas membuat Kiara menoleh. “Aku mencium aroma parfum, jadi aku pikir kamu akan pergi,” sambung Lucas. “Ah iya benar aku sebentar mau berangkat ke cafe,” jawab Kiara yang selesai menyiapkan air untuk Lucas. “Ini jam berapa?” “Jam enam lewat sepuluh menit,” Kiara menjawab setelah melihat jam tangannya. “Sepagi ini?” “Aku hari ini shift pagi, masuk jam tujuh lalu pulang jam tiga sore.” Kiara menatap Lucas yan

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 6 Dia kenapa sih?

    Bobby mengetuk pintu sebelum pelan-pelan membuka dan melangkah masuk ke kamar tempat Lucas dan Kiara berada. Lucas duduk di sofa matanya tajam dan dingin menatap ke arah Dokter Rendra yang baru saja masuk. “Permisi Tuan, Dokter Rendra sudah datang,” ucap Bobby yang tidak ada tanggapan dari Lucas. "Mohon izin Tuan untuk memeriksa tangan Nyonya,” ucap Dokter Rendra dengan sopan sambil memandang Lucas, mencari persetujuan. Lagi-lagi Lucas membisu. Tatapannya yang dingin dan intimidatif seolah memancarkan aura kemarahan yang terpendam, membuat ruangan itu terasa lebih dingin dari seharusnya. Dokter Rendra merasakan ketegangan, tetapi dia tetap profesional. Kiara yang merasakan kecanggungan itu, cepat-cepat berkata, "Silahkan, Dokter.” Kiara tampak bingung dengan situasi saat ini, dia tidak mengerti kenapa suaminya itu kini tampak sangat marah. Dia pun baru tahu jika seorang tunanet

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 5 Insiden di Cafe

    Kiara melongo menatap kepergian Rina. “Ada satu orang lagi yang tidak menyukaiku,” gumam Kiara yang melangkah masuk ke dalam kamar. Ketika Kiara memasuki kamar yang akan menjadi miliknya itu, matanya langsung terarah pada dinding polos tanpa hiasan. Suasana kamar yang sepi tanpa foto atau lukisan membuatnya terasa lebih dingin dan asing. Kiara merasa ada yang tidak beres, sebuah kehampaan yang menyergapnya saat dia menyadari tidak adanya jejak pribadi Lucas di ruang itu.“Dia tidak suka foto?” gumam Kiara bertanya. Dengan perasaan bingung dan penasaran, Kiara mendekati meja di sudut kamar. Tidak ada bingkai foto, tidak ada kenang-kenangan, hanya beberapa buku dan dokumen yang tertata rapi. Kiara mulai bertanya-tanya, mengapa Lucas tidak menempatkan apapun yang bisa menceritakan sedikit tentang dirinya.Kiara kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur yang masih terasa asing. Matanya menatap langit-langit kamar, pikirannya melayang jauh memikirkan hubungan mereka. Kehadiran Rina y

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 4 Rumah Lucas

    Di dapur yang terletak di lantai empat, Kiara dan Lucas sedang menikmati spaghetti buatan Kiara. Cahaya remang-remang dari lampu dapur menciptakan suasana hangat dan nyaman di antara mereka. Kiara sesekali mencuri pandang ke arah Lucas yang dengan lancar menyantap spaghetti tanpa kesulitan. Keterampilannya dalam menavigasi makanan di piringnya hampir tidak terlihat seperti ia memiliki kekurangan penglihatan. Suasana hening menyelimuti mereka, hanya suara garpu dan sendok yang sesekali terdengar. Tiba-tiba, suasana tenang itu terganggu oleh langkah kaki seseorang yang mendekat. "Sepertinya kalian sedang menikmati makan malam yang romantis," ucap Kevin dengan menatap lekat ke arah Kiara. Kehadiran Kevin yang tiba-tiba jelas membuat situasi menjadi tegang, suara garpu ditangan Lucas berhenti sejenak. “Untuk apa kamu kesini?” tanya Lucas dengan nada tegas, meski dia tidak bisa melihat. “Aku hanya ingin menyapa Kakak ipar, karena tadi mungkin aku kurang sopan kepadanya,” jelas Ke

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 3 Keluarga Lucas

    Kiara menggenggam tangan Lucas erat saat mereka melangkah keluar dari kamar. Langkahnya penuh keraguan, namun kehadiran Lucas di sampingnya membuatnya merasa sedikit lebih tenang. Sinar lampu yang hangat menyambut mereka saat pintu ruang makan terbuka. Jantung Kiara berdebar kencang, menanti reaksi keluarga Lucas. Begitu mereka melangkah masuk, semua mata langsung tertuju pada mereka, terutama Kiara. Seperti harimau yang mengincar mangsa, tatapan mereka penuh skeptisisme. Kiara menelan ludah, berusaha menampilkan senyum meski terasa kaku. “Selamat malam,” ucapnya, suaranya nyaris tertelan oleh keheningan. Namun, tak satupun dari mereka menjawab. Mereka menuju ke dua kursi kosong di ujung meja panjang. Lucas duduk dengan tenang, sementara Kiara mengambil tempat di sampingnya. Tamara, ibu tiri Lucas, memperhatikannya dengan saksama. Suaranya tajam seperti pisau saat dia mulai bertanya, “Bagaimana bisa seseorang sepertimu menjadi istri Lucas?” Kiara tertegun. “Saya—” “Saya ingin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status