Share

Bab 6 Dia kenapa sih?

Penulis: Nuvola
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 20:00:49

Bobby mengetuk pintu sebelum pelan-pelan membuka dan melangkah masuk ke kamar tempat Lucas dan Kiara berada. Lucas duduk di sofa matanya tajam dan dingin menatap ke arah Dokter Rendra yang baru saja masuk.

“Permisi Tuan, Dokter Rendra sudah datang,” ucap Bobby yang tidak ada tanggapan dari Lucas.

"Mohon izin Tuan untuk memeriksa tangan Nyonya,” ucap Dokter Rendra dengan sopan sambil memandang Lucas, mencari persetujuan.

Lagi-lagi Lucas membisu. Tatapannya yang dingin dan intimidatif seolah memancarkan aura kemarahan yang terpendam, membuat ruangan itu terasa lebih dingin dari seharusnya. Dokter Rendra merasakan ketegangan, tetapi dia tetap profesional.

Kiara yang merasakan kecanggungan itu, cepat-cepat berkata, "Silahkan, Dokter.”

Kiara tampak bingung dengan situasi saat ini, dia tidak mengerti kenapa suaminya itu kini tampak sangat marah. Dia pun baru tahu jika seorang tunanetra bisa terlihat dingin dan mengintimidasi dari sorot matanya.

Setelah mendapat persetujuan Kiara maka dokter pun dengan hati-hati memeriksa keparahan luka, sesekali mengajukan pertanyaan ringan untuk mengurangi ketegangan. Kiara hanya mengangguk atau menjawab dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Di sudut kamar, Bobby, menunduk. Dia menyadari dia telah melakukan kesalahan besar yang memicu kemarahan Lucas. Tapi, Bobby tahu bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk berkata apa-apa. Diam adalah pilihan terbaiknya.

Setelah pemeriksaan selesai, Dokter Rendra mengeluarkan salep dari tasnya. "Ini salep untuk luka bakarnya. Oleskan tiga kali sehari setelah dibersihkan," instruksi Dokter Rendra kepada Kiara sambil memberikan salep tersebut kepada Bobby.

"Terima kasih, Dokter," ucap Kiara dengan lembut, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang dia alami.

Dokter Rendra mengangguk, memberikan senyuman simpul, sebelum akhirnya berdiri dan mempersiapkan diri untuk meninggalkan kamar, meninggalkan suasana yang masih tegang. “Kalau begitu saya permisi, Tuan, Nyonya,” pamit dokter Rendra.

“Iya Dok, sekali lagi terima kasih,” ucap Kiara.

Sedangkan Lucas tetap duduk dengan ekspresi yang tidak berubah, tatapan dinginnya mengikuti setiap gerakan dokter sampai pintu tertutup di belakangnya.

Setelah kepergian dokter Rendra dan Bobby, kini Kiara memilih menyibukan diri dengan mengoleskan salep. Dia tak berani melirik ke arah Lucas, entah apa yang memicu kemarahan Lucas dia pun tidak tahu dan tidak berani bertanya.

Kiara membuka tutup salep itu, dia cukup mengalami kesulitan. Hingga tiba-tiba sebuah tangan mengambil alih salep itu.

“Aku bisa melakukannya sendiri, Mas,” ucap Kiara.

“Meskipun aku buta, aku bisa membantumu.” Suara itu begitu dingin membuat Kiara membisu. Dia membiarkan Lucas membantunya mengoleskan salep.

Terdengar ringisan saat Lucas mengoleskan salep membuat pria itu meniup tangan Kiara.

“Jangan bekerja lagi,” ucap Lucas tiba-tiba membuat Kiara menatap pria itu.

“Tapi–”

“Apa kamu tidak mau menghargai suamimu ini?”

“Bukan seperti itu, Mas. Hanya saja aku tidak bisa keluar begitu saja,” ucap Kiara mencoba menjelaskan.

“Jadi kamu ingin terluka lagi?”

“Tentu saja tidak.”

Lucas menutup salep itu dan meletakkannya di atas nakas, dia lalu bangkit tak lagi menanggapi perkataan Kiara. Dia memilih keluar dari kamar, meninggalkan Kiara yang masih bingung dengan sikap Lucas hari ini.

“Dia kenapa sih?” gumam Kiara dengan bingung.

***

Kiara mencoba fokus pada makanannya, mengambil potongan ayam dengan gerakan yang sedikit canggung karena luka di tangan kanannya. Sementara itu, Rina dengan pakaian yang cukup terbuka, bergerak leluasa di sekitar meja makan, sesekali membungkuk sedikit terlalu rendah saat menyajikan makanan kepada Lucas. Kiara menyaksikan ini semua dan merasa terganggu dengan apa yang Rina lakukan. Parfum Rina yang tajam terus menerpa indera penciumannya, mengganggu konsentrasinya untuk makan.

Dia tidak mencoba menggoda Mas Lucas, bukan? Batin Kiara bertanya.

Lucas, makan dengan tenang, sama sekali tidak terlihat terganggu. Kiara mencoba menelan makanannya, tapi gumpalan di tenggorokannya membuat itu sulit. Dia berusaha keras untuk tidak memperlihatkan kecemasannya, tapi matanya tak bisa berpaling dari interaksi Lucas dan Rina.

Makan siang yang seharusnya menjadi saat tenang dan menyenangkan, kini berubah menjadi medan perang batin bagi Kiara, di mana setiap gerak dan aroma menjadi senjata yang tidak kasat mata.

“Akh,” eluh Kiara yang merasakan perih ketika kembali mencoba memotong daging ayam.

Rina hanya menoleh sekilas ke arah Kiara, sedangkan Lucas tetap fokus dengan makanannya. Membuat Kiara mendengus dan mengalihkan pandangannya. Namun, tiba-tiba sebuah sendok berada di depan mulutnya membuat Kiara mendongak.

“Buka mulutmu, kamu kesulitan untuk makan kan?” suara itu menyadarkan Kiara membuat gadis itu membuka mulutnya. Entah mengapa dia merasa begitu senang menyambut suapan dari Lucas.

Jantungnya berdegup dengan kencang mengiringi setiap suapan yang Lucas lakukan.

***

Kiara menarik baju tidur sutra berwarna merah muda dari lemari, kainnya meluncur halus di antara jemarinya. Semua baju tidur yang ada disana semuanya terlihat seksi. Jika Lucas bisa melihat mungkin Kiara tidak akan pernah berani mengenakannya.

Setelah berganti pakaian dia pun duduk di tepi tempat tidur, meraih novel yang belum selesai dibacanya, berusaha mengalihkan pikirannya. Jam dinding berdetak lambat, menandakan waktu yang terasa semakin larut. Lucas belum juga masuk ke dalam kamar, tampaknya dia begitu sibuk bekerja di ruang kerjanya bersama dengan Bobby.

Kiara semakin larut dalam cerita yang dia baca hingga tidak mendengar ketika pintu dibuka dan Lucas masuk ke dalam kamar. Langkah Lucas terhenti sejenak dia terlihat menelan salivanya dengan susah payah hingga kemudian dia terlihat buru-buru mengunci pintu kamar.

“Sudah selesai kerjanya, Mas?” tanya Kiara yang menutup buku novel dan meletakkannya di atas nakas.

Mendengar suara Kiara membuat Lucas meraba-raba mencari tembok. “Iya,” jawab singkat Lucas yang berjalan ke kamar mandi.

Kiara mulai terbiasa dengan Lucas yang terlihat dingin dan tak peduli. Tapi gadis itu tahu dibalik sikap Lucas yang seperti itu, Lucas tetap memperhatikannya. Dia tidak pernah menyakiti Kiara, membuat Kiara mulai merasa tidak keberatan jika terus menjadi istri Lucas.

“Aku kira kamu sudah tidur,” ucap Lucas saat naik ke atas tempat tidur.

“Aku belum mengantuk jadi memilih membaca novel karena bingung harus melakukan apa,” jawab Kiara yang ikut merebahkan dirinya di samping Lucas.

Lucas tidak lagi merespon dia terlentang dengan mata yang masih terbuka. Kiara sesekali melirik ke arah Lucas, dia masih mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara kepada Lucas. Setelah mengatur nafasnya dia pun mengganti posisinya dengan memiringkan tubuhnya ke arah Lucas.

“Mas,” panggil Kiara dengan jantung yang berdetak dengan kencang.

“Ya?”

“Biarkan aku bekerja sampai akhir bulan ya,” ucap Kiara yang berusaha meminta izin kepada Lucas.

Wajah Kiara tampak tegang tapi dia juga tidak menyadari jika dibalik selimut, kaki Lucas menegang. Jika jantung Kiara berdetak dengan kencang karena takut dimarahi oleh Lucas. Berbeda dengan Lucas, jantung Lucas berdetak dengan kencang karena posisi Kiara yang saat ini begitu menggoda.

“Apa uang yang aku berikan kurang?”

“Tidak, Mas. Hanya saja ada yang harus aku selesai terlebih dahulu, lagipula aku bingung harus ngapain jika berhenti bekerja.”

“Apa kamu tidak mau kuliah?”

“Tentu saja mau.”

“Ya sudah kamu lebih baik kuliah daripada bekerja, aku bisa menanggung biayanya hingga kamu lulus,” ucap Lucas membuat Kiara terkejut hingga gadis itu tanpa sadar merapatkan tubuhnya ke arah Lucas.

“Sungguh Mas?” tanya Kiara. Sorot matanya tampak berbinar, dia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

“Ya.”

“Makasih Mas, makasih banyak,” ucap Kiara yang memegang tangan Lucas membuat pria itu menggertakkan giginya.

“Sudah malam, aku mengantuk. Kamu juga harus segera tidur,” ucap Lucas yang kemudian memejamkan matanya.

Kiara masih tersenyum dia lalu melepaskan tangan Lucas dan mengubah posisinya menjadi terlentang. Kiara menatap langit kamar itu, salah satu mimpinya kini mulai terwujud. Rasa bahagia membuat Kiara tidak menyadari betapa tegangnya pria yang berada di sampingnya itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 102 End

    Beberapa Bulan KemudianWaktu berjalan, meninggalkan segala tragedi yang sempat mengguncang hidup mereka. Hari-hari Kiara kini jauh lebih tenang. Lucas lebih sering berada di rumah, menyisihkan waktu untuk menemani istrinya.Hari ini, senja menorehkan warna emas lembut di langit. Di sebuah aula hotel mewah yang dihiasi lampu gantung kristal, deretan bunga mawar putih dan lilin aromaterapi memenuhi ruangan, memancarkan suasana hangat nan elegan. Musik lembut mengalun, para tamu mengenakan pakaian terbaik mereka.Kiara berdiri di depan cermin, mengenakan gaun berwarna pastel yang dipilihkan langsung oleh Lucas. Rambutnya ditata sederhana, tapi senyum lembutnya membuat semua orang yang memandang tak bisa mengalihkan perhatian. Ia masih belum percaya, pesta ulang tahun sebesar ini dipersembahkan hanya untuk dirinya.Lucas berdiri tak jauh darinya, mengenakan setelan jas hitam dengan dasi biru gelap yang kontras dengan sorot matanya yang tajam. Namun saat menatap Kiara, ketajaman itu luluh

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 101 ...

    Di kejauhan, di balik kaca gelap sebuah SUV yang terparkir di sisi jalan, Lucas duduk tenang. Senja memantulkan cahaya jingga ke wajahnya yang tanpa ekspresi, menciptakan bayangan tajam di garis rahangnya. Jayden, yang ada di kursi kemudi, memandang lurus ke arah kobaran api yang masih menjilat langit sore.“Kau sudah tahu Kevin akan mencoba ini?” tanyanya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh suara hujan yang mulai menitik di atap mobil.Lucas hanya mengangguk sekali, matanya tetap tertuju pada kobaran itu. Tak ada kepuasan di wajahnya, hanya dingin dan perhitungan. Tanpa kata tambahan, Jayden memutar setir. SUV itu perlahan melaju menjauh, meninggalkan asap tebal yang kini membaur dengan warna senja yang kian memudar, seolah menelan sisa-sisa drama yang baru saja terjadi.***Di tempat lain, menit terasa seperti jam bagi Kiara. Hujan rintik membasahi kaca jendela ruang tamu, menorehkan garis-garis tipis yang memantulkan cahaya lampu dalam rumah. Kiara duduk di ujung sofa, tubuhnya s

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 100 Mengambil Alih

    Ruang rapat utama Alisher Group siang itu terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun pendingin ruangan sudah lama dimatikan. Para anggota dewan duduk berderet, saling bertukar pandang penuh waspada. Di ujung meja, Lucas duduk tenang dengan jas biru tua dan ekspresi tak terbaca.Di belakangnya, Jayden berdiri bersandar ke dinding, menyilangkan tangan. Tak banyak yang tahu, dialah otak yang menyusun strategi gila ini.***Beberapa minggu sebelumnya, Lucas masih berada di bawah bayang-bayang Harry yang mencoba mengendalikannya. Tapi Jayden datang dengan tawaran yang sulit ditolak.“Aku tahu cara membuatmu jadi pemegang kendali terbesar di Alisher Group,” kata Jayden sambil menggeser map hitam ke arah Lucas.Di dalamnya, ada dokumen transfer saham, daftar pemegang saham minoritas yang siap menjual, dan skema akuisisi yang nyaris mustahil dilawan.Lucas menatapnya lekat-lekat. “Kalau ini gagal, aku bisa kehilangan segalanya.”Jayden hanya tersenyum tipis. “Kalau kau tidak mencobanya, kau

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 99 Menikah Lagi

    “Sayang sudah siang, ayo bangun. Nanti terlambat,” suara Lucas terdengar lembut di telinga Kiara. Ia duduk di tepi ranjang, satu tangannya menyentuh pelan lengan istrinya. Kiara menggerakkan tubuh sedikit, tapi matanya tetap terpejam. “Aku masih mengantuk, Mas,” suaranya terdengar manja dan berat. Lucas tersenyum kecil melihatnya. “Ya sudah, nanti aku suruh Bobby urus izin kamu hari ini, biar tidak usah ke kampus,” ucapnya santai, seolah tak keberatan dengan kemalasan istrinya pagi ini. Mendengar itu, Kiara membuka matanya perlahan dan menatap suaminya dengan heran. “Kenapa kamu tidak marah?” tanyanya. “Kenapa harus marah? Kalau kamu mengantuk, ya tidurlah,” jawab Lucas ringan. Kiara mendengus pelan, “Harusnya kamu marahin aku, maksa aku buat bangun,” gerutunya sambil menarik selimut, lalu bangkit setengah duduk dan bersandar di kepala ranjang. Rambutnya yang acak-acakan membuat wajahnya terlihat makin imut di mata Lucas.

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 98

    Alana menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan tubuh lemas. Ranjang empuk yang biasanya memberi rasa nyaman, malam ini terasa seperti tempat pelarian dari kekacauan pikirannya. Pertemuan dengan Jayden yang semula ia rencanakan untuk menyelesaikan masalah, justru membuat segalanya semakin rumit. Ia menatap langit-langit kamar dengan nafas berat. Kilasan ingatan tentang klub malam itu kembali terputar di kepalanya lampu berkelap-kelip, musik yang terlalu keras, dan keputusan bodoh yang kini menjadi awal semua masalah. “Patah hati yang membuatku bodoh!” seru Alana sambil mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustrasi. Ketukan lembut di pintu membuyarkan pikirannya. “Nona, ini ada kiriman untuk Nona,” suara Bi Ayu terdengar dari luar, membuat Alana mengerutkan kening. “Masuk, Bi,” ucap Alana, suaranya terdengar letih. Ia bangkit perlahan dan duduk di tepi kasur. Pintu terbu

  • Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku   Bab 97 ...

    Langit sore mulai berubah warna, memantulkan semburat jingga di dinding-dinding kampus yang sudah mulai sepi. Suara langkah kaki yang berserakan di trotoar berpadu dengan deru angin, sementara sebagian besar mahasiswa sudah meninggalkan area. Hanya beberapa orang yang berjalan tergesa menuju gerbang, menenteng tas dan buku. Alana keluar dari gedung fakultas dengan ransel tersampir di bahu. Jemarinya sibuk menggenggam ponsel, matanya fokus pada layar saat ia mengetik pesan cepat untuk Jayden. "Kita bisa ketemu di kafe dekat taman kota? Aku mau bicara." Tak sampai lima menit, ponselnya bergetar memberi tanda balasan masuk. "Tunggu di depan kampus. Aku jemput." Alana spontan mengerutkan kening. Ia ingin pertemuan ini santai, tanpa menarik perhatian. Tapi Jayden, seperti kebiasaannya, selalu mengambil alih keputusan. Dengan sedikit kesal, ia mengetik cepat, "Tidak perlu!" lalu menekan tombol kirim.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status