Share

BAB 2 AKU MELIHATNYA

last update Last Updated: 2025-07-07 09:28:08

"I-iya, Tuan," jawab Elena gugup.

Tak bisa dibayangkan, bagaimana akhirnya hidup Elena jika terus tinggal dengan pria seperti Meix.

Mungkin, hal itu akan membuat hidupnya kembali buruk seperti empat belas tahun silam.

Tak dapat dipungkiri, apa yang didengarnya di gereja katedral, Bellavia—adalah nyata. Dua orang wanita berbisik tentang Meix di hari akad nikah itu.

Suara mereka kini terngiang di telinganya.

"Apa akhirnya Elena yang menjadi istri Meix?"

"Iya. Sepertinya itu dia. Aku sangat kaget saat utusan Vladimir mengirim undangan baru dengan nama mempelai yang berbeda."

"Kasihan sekali gadis itu. Dia akan berhadapan dengan pria Arogan dan dingin seperti Meix."

Dan kini, apa yang dikatakan wanita itu sudah sepenuhnya terjadi.

'Kau memang arogan, Meix. Dasar beruang kutub,' batinnya kesal.

Lalu ingatan yang lain berkelebat. Elena tersentak.

'Benar. Mereka juga bilang Meix mandul?'

Elena memijat keningnya. 'Astaga... Apa yang akan terjadi padaku setelah ini. Apakah aku akan terusir karena tidak bisa mempunyai keturunan? Apa ini yang Vladimir rencanakan. Membuatku semakin tak berharga lebih dari sebelumnya.'

Pandangan Elena tertuju pada Meix yang sedang menurunkan celana. Bahkan, pria itu tak peduli meski ia tengah berdiri menatapnya.

Elena terkesiap. Spontan menutup matanya lalu bergegas masuk ke toilet. Dadanya naik turun. Pipinya memerah bagai buah ceri yang jatuh dari pohon.

"Dasar pria aneh. Apa dia tidak melihat aku berdiri di belakangnya. Bisa-bisanya telanjang sembarangan," desisnya.

Elena segera mangganti bajunya dengan piyama berbahan sutra. Lembut kain itu menempel sempurna mengikuti lekukan tubuh. Lehernya berbentuk V dalam—membuat dadanya sedikit terlihat.

"Apa tidak ada piyama lain? Kenapa ini—"

Suaranya tercekat saat ia menatap dirinya sendiri di cermin. Ia merasa baju ini terlalu seksi meski sudah tertutup sepenuhnya.

"Tapi apa yang harus aku pakai? Aku tidak sempat membawa baju dari Bergdorf."

Ingatannya melesat ke desa Bergdorf tempatnya tinggal selama ini. Sebuah desa terpencil yang terletak di lereng gunung. Desa yang memberinya kehidupan dan cinta yang tulus selama empat belas tahun.

Ia sudah cukup bahagia dengan itu. Namun hatinya tak bisa bohong, Elena rindu Bellavia.

Ia rindu kasih sayang yang pernah didapatkannya waktu kecil. Rindu Ravenhall Estate tempatnya lahir dan tumbuh dengan penuh cinta bersama orang tuanya. Namun semua itu sirna sejak Elena berumur tujuh tahun.

"Semua gara-gara Lucien. Dia membawaku kembali ke Bellavia tanpa mengatakan alasannya."

Elena mencuci wajahnya kasar. Ia melampiaskan amarahnya dengan menggosok sisa make up tanpa kelembutan.

Apa dia berusaha menyakiti dirinya sendiri? 

Di depan cermin, Elena meraba bekas luka di keningnya. Air matanya menggenang di pelupuk mata.

Bayangan saat sebuah sepatu hills menendang wajahnya berkelebat. Darah berceceran. Ia ketakutan dan menggigil sendirian. Tak ada yang peduli.

Elena menutupi keningnya dengan poni. Berusaha menyembunyikan luka yang sakitnya... entah kapan akan menghilang.

Ia terdiam lama. Menatap dirinya yang begitu sial. Entah sampai kapan penderitaannya akan berakhir.

Elena menutup mata. Menarik napas panjang—berusaha menyembunyikan lukanya. Lalu segera kembali ke kamar untuk beristirahat. 

Namun langkahnya terhenti, saat pandangannya tertuju pada Meix yang duduk di atas kasur. Bahunya terlihat kosong tanpa balutan apapun. Hanya selimut yang menutupi bagian bawahnya. Entah bagaimana keadaan di balik selimut itu.

Elena membeku di ambang pintu. Ia menatap Meix yang sibuk memainkan hpnya. Rambut hitamnya tersisir ke belakang menunjukkan wajahnya yang maskulin.

Tanpa terasa, senyumnya tersungging. "Dia tampan juga." bisiknya. "Dadanya bidang dan atletis."

"Apa yang kau lihat?"

Suara Meix membuat Elena tersentak dari lamunan. Ia segera mengalihkan pandangannya. Tertawa berlebihan, meski sebenarnya tak ada yang lucu.

Meix menatapnya tajam. Tangannya bersedekap—dingin.

Elena seketika terdiam. Kepalanya tertunduk. "Itu... Kenapa kau tidak mengenakan baju?" tanyanya hati-hati.

"Aku terbiasa tidur tanpa busana. Apa itu menganggangumu?" jawab Meix santai.

"Tidak," dustanya. Elena segera berjalan menuju sofa di samping ranjang.

"Lalu apa yang kau kenakan?" tanya Meix.

"Baju tidur."

"Aku bisa melihat lekuk tubuhmu dengan jelas. Dadamu menyembul. Kau sengaja menggodaku?"

Tangan Elena bersilang dada. Matanya membulat sempurna. Ia segera berbalik lalu berlari kecil menuju toilet.

"Berhenti!" teriak Meix.

Elena mematung. Ia bisa mendengar suara selimut yang tersingkap, gesekan tubuh Meix yang turun dari ranjang. Langkah kakinya bagai angin topan yang siap menumbangkan Elena kapan saja.

"Mau ke mana?"

"G-ganti baju," jawab Elena gugup.

"Apa kau punya baju?"

Elena mencoba mengingat. Benar. Ia tidak sempat membawa apapun. Bahkan piyama ini ia dapatkan dari hadiah pernikahan. Entah siapa yang memberikannya.

Elena mengeluh samar. "Tidak..." jawabnya lirih.

"Balikkan badanmu."

"A-apa kau sekarang berdiri di belakangku?"

Meix menyeringai. "Iya."

Elena mengembuskan napas panjang. 'Apa yang harus aku lakukan. Haruskah aku melihatnya telanjang?'

"Tidak mau menurut? Apa kau lupa janjimu?" ucap Meix dengan nada mengancam.

Elena merasa terpojok. Otaknya berpikir seribu cara untuk bisa lari dari kondisi ini.

Ia adalah wanita yang cerdas. Ahli dalam science. Elena bahkan mampu memecahkan setiap masalah yang terjadi di desa Bergdorf.

Tapi tidak untuk urusan pria. Di usianya yang sudah dua puluh satu tahun, ia belum pernah berurusan dengan laki-laki. Apalagi... Pria arogan seperti Meix.

"A-aku akan berbalik. Tapi... Bisakah kau pakai baju terlebih dahulu?"

"Kenapa aku harus menurutimu?" tolak Meix.

Elena mengusap tengkuknya. "Bukan begitu. Aku... Hanya merasa tak nyaman."

"Haruskah aku menghampirimu?" ancam Meix. "Lehermu terlihat sangat menggairahkan."

Spontan, Elena membalikkan badannya. Namun matanya masih terpejam. Wajahnya menunduk.

"Buka matamu," perintah Meix dingin.

Elena masih terdiam. Pikirannya berkecamuk. Tubuhnya bergetar. Telapak tangannya mulai basah.

"Aku bilang buka matamu, Nona..." ulang Meix.

Merasa terdesak, Elena perlahan mengangkat wajahnya. Lalu membuka kelopak matanya seolah waktu berjalan melambat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 100 PENGORBANAN YANG MENYAKITKAN

    Elena menyeringai, lalu menarik tangannya kasar. Ia membalikkan badannya—kembali duduk di sofa dengan santai.Ia mengambil gelas jus di meja. Sorot matanya tak ada sedikitpun rasa takut saat menatap Meix, hanya ketenangan yang dingin. "Pastinya bukan anakmu, kan? Bukankah... Kau mandul?"Ia kembali menyeringai seolah meremehkan, lalu menenggak jus itu dengan gerakan pelan.Meix tersulut, tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Matanya memerah, rahangnya mengeras. Ia menarik tangan Elena berdiri hingga gelas itu terjatuh, pecah berkeping-keping di lantai dengan suara keras.Pyar!Tangan kananya menarik pinggang Elena hingga menempel ditubuhnya. Sementara tangan kirinya menarik tengkuk istrinya itu, lalu menyambar bibinya dengan brutal.Pergulatan emosi dan perang bibir pun terjadi. Ciuman yang tadinya penuh amarah, kini ber

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 99 ANAK SIAPA ITU?

    Di rumah sakit, Meix terlihat gusar. Pasalnya, sudah dua hari ia dirawat tapi sekalipun Elena tak pernah datang menjenguknya."Jack, apa Elena sangat sibuk?" tanyanya. Ia duduk di atas ranjang rumah sakit sambil memeluk lututnya, seperti anak kecil yang kehilangan ibunya.Jack terdiam, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seolah mencari sebuah alasan. "Tuan, bisakah Anda tidak memikirkan Nona Elena terlebih dahulu? Tolong fokus pada kesehatan Anda."Meix menundukkan wajahnya, matanya terlihat sayu. "Tidak, Jack. Aku tak bisa hidup tanpanya."Di layar televisi yang sedang menyala, sebuah berita tentang Elena muncul. Dalam tayangan itu, terlihat Elena dan Lucien sedang masuk ke dalam mobil hingga ke ruang kandungan di rumah sakit.Pewarta berita menyiarkan...'Elena Vorontsov, istri dari Milioner Meix Dalton yang baru saja mendapat prest

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 98 DILEMA

    Meix terlihat terkulai di lantai, kemejanya yang terbuka tergeletak di sampingnya. Rupanya, ia berhasil sadar setelah Elena berusaha menggedor pintu, lalu kaget saat melihat wanita yang bersamanya bukan Elena. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia berusaha mendorong tubuhnya sendiri hingga terjatuh ke lantai berselimut karpet wool.Sayup-sayup kelopak matanya terbuka saat Elena masuk. Ia berusaha memanggil Elena meski suaranya hampir tak terdengar. "Elena..." bisiknya samar.Viviane turun dari ranjang dengan tergesa. Matanya melotot menatap Elena penuh dengan keangkuhan. "Berani-beraninya kau mendobrak masuk. Keluar!" teriaknya pada Elena.Elena segera menghampiri Viviane lalu menampar wajahnya dengan keras.Tarr!"Wanita tidak tahu malu! Kau mencoba memperkosa suami orang?!" desis Elena.Jack segera menghampiri Meix lalu membantunya untuk naik ke atas ranjang.Viviane meraba pipinya yang terasa panas dan nyeri. Tatapannya

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 97 HATI YANG TERCABIK

    Di waktu yang sama di balkon dekat ballroom, ketegangan antara Lucien dan Elena terasa begitu pekat, seolah membelah udara di antara mereka. Tuduhan Elena terhadap ibu Lucien bagai percikan api yang membakar amarah pria itu."Apa kau gila?! Dari mana pikiranmu menuduh Ibuku seperti itu?" sangkal Lucien.Elena mendengus, membuang muka. Bibirnya tersenyum miring, napasnya masih memburu berusaha mengatur emosi. "Hanya karena aku amnesia, tidak berarti kalian bisa cuci tangan. Apa kau pikir... Ingatanku hilang sepenuhnya?!"Tangan Lucien mengepal di sisi tubuh, lalu perlahan ia longgarkan, jemarinya bergetar halus. Bahunya naik-turun pelan, menarik napas panjang seolah mencoba menelan bara dalam dadanya."Elena. Saat itu kau masih sangat kecil. Ditambah lagi kau amnesia. Ingatanmu itu bisa saja salah," bujuknya, suaranya melembut, mencoba menembus pertahanan Elena.Elena memaksakan senyum tipis, tapi garis di sekitar matanya menegang. Senyum itu lebih

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 96 TERJERAT AKSI LICIK

    Di sisi lain, jauh dari kesunyian di balkon. Suasana ballroom masih ramai dengan alunan musik dan bincang-bincang dari para tamu yang hadir.Meix menyapu segala area, berjalan melewati beberapa kerumunan berharap menemukan istrinya. Tapi yang ada, ia justru bertemu dengan Viviane."Meix..." Sapa Viviane. Ia menunduk sedikit, lalu mengangkat wajahnya perlahan. Dari balik bulu mata palsunya, tatapannya melirik singkat sebelum tersenyum nakal.Ia memberikan anggur yang sudah dicampur obat perangsang sebelumnya. "Selamat. Perusahaanmu kembali mendapat keuntungan besar."Meix tak langsung mengambilnya, ia melirik gelas itu sebentar lalu kembali menatap Viviane dengan sorot mata dingin. "Apa yang kau inginkan?!" desisnya, matanya menyala penuh amarah."Meix... Berhentilah bersikap kasar padaku. Bagaimanapun juga, aku adalah mantan tunanganmu," ucap Viviane. Nada suaranya sedikit mendesah, penuh godaan.Ia menyodorkan kembali gelas

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 95 SINDIRAN TAJAM

    Tangan Emma bersilang dada, matanya memicing menatap Viviane sambil menyeringai dingin. "Kau? Kau masih punya harga diri datang ke pesta ini?"Viviane mengalihkan pandangan, tangannya yang gemetar meremas sisi gaunnya. "E-elena itu saudaraku..." sahutnya gugup."Perhatian semuanya!"Percakapan mereka kemudian terhenti saat suara teriakan Elena terdengar. Suara riuh dentingan gelas, tawa renyah, dan musik biola yang elegan tiba-tiba ikut mereda."Mohon maaf, aku minta perhatian dari kalian sebentar."Semua mata di ruangan besar itu kini menatap satu titik di panggung, ke arah Elena yang memegang mikrofon. Tak ada yang bersuara, semua fokus hanya pada Elena, seolah menunggu pengumuman yang akan memecah kesunyian."Aku mengucapkan terima kasih kepada kalian semua, karena telah menyempatkan hadir di pesta ini," ucapnya dengan wajah berseri."Aku sangat bahagia dan bersyukur telah menikah dengan Meix." Ia melirik Meix, lalu menggengg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status