"Selamat pagi, Meix."Erich berbinar menyaksikan cucu satu-satunya menggandeng mesra Elena. Wanita yang ia pilih sebagai istri Meix. Mata birunya sangat terang penuh semangat, meski kulitnya sudah keriput."Selamat pagi, Elena..." sapanya, tersenyum sumringah.Elena menundukkan wajahnya seraya tersenyum samar, sedikit ragu. "Pagi, Tuan..."Mata Erich menegang. Keningnya berkerut. "Tuan? Kenapa kau memanggilku Tuan. Panggil aku... kakek. Kita ini keluarga, Elena."Meix mencuil pinggang Elena. Mereka sempat bertatapan lama sebelum Elena menjawab. "Ah... Maksudku, Kakek..."Erich mengangguk senang. Lalu pandangannya tertuju pada baju yang dikenakan Elena. "Kenapa kau mengenakan baju Meix. Apa ini... semacam perayaan malam pertama?"Elena menarik kembali ujung kemejanya lebih rendah. "Oh tidak, tidak begitu, Kek. Maaf, aku... aku hanya belum sempat membawa bajuku sendiri," ucap Elena, rona merah tipis menjalar di pipinya.Erich mengangguk, seolah mengerti. "Duduklah. Mari kita nikmati sar
Last Updated : 2025-07-07 Read more