Home / Urban / Pengantin Pengganti Milioner Mandul / BAB 3 JANGAN MENDEKAT...

Share

BAB 3 JANGAN MENDEKAT...

last update Huling Na-update: 2025-07-07 09:29:22

"Apa yang aku pikirkan?" gumam Elena. 

Ia mengetuk kepalanya berulang kali. Berharap pikiran kotornya lenyap.

Meix berdiri di depannya dengan boxer ketat. Tidak telanjang seperti yang ia kira.

Meski begitu, Elena bisa melihat keperkasaan Meix menonjol di sela-sela pahanya yang berotot. 

Ia menunduk, membuang muka.

"Ahh... Kenapa aku harus melihat pemandangan ini?" gumamnya.

Meix mendekat. Namun dengan cepat, Elena mundur selangkah. 

"Jangan mendekat..." perintah Elena. Tangannya terulur menahan langkah suaminya itu.

Meix mematung sesaat. Lalu melanjutkan langkahnya tanpa peduli perintah Elena.

Jantung Elena berdegup cepat.Wajahnya pucat. Keringat dingin mengalir. Pupil matanya melebar seraya menatap Meix. Berharap pria dihadapannya itu menghilang.

Ia terus berjalan mundur hingga kakinya tersandung sofa. "Ukh!"

Tubuhnya terhempas. Diikuti  tubuh Meix yang menindihnya. Membuat wanita itu tak bisa berkutik

Mata cokelat Meix menatap Elena bak pemangsa. Jemarinya bermain liar di wajah, hingga turun ke lehernya.

"Apa kau pikir bisa memerintahku, Nona..." desisnya.

Napas Elena memburu. Darahnya berdesir. Ini adalah kali pertama tubuhnya disentuh lawan jenis dengan intens. Ia merasakan aliran listrik menjalar ke otak. Suhu tubuhnya naik. Tenggorokannya terasa kering.

'Apa yang akan dia lakukan? Dan... kenapa tubuhku terasa hangat?' batinnya.

"Kau suka sentuhan ini?" Meix menyeringai. 

Bibir Elena bergetar. Namun tak ada suara yang keluar.

Ia menggeliat saat jemari Meix terus turun hingga menyentuh dadanya yang ranum. Hembusan nafasnya semakin memburu, peluh merembes ke seluruh tubuh.

Bibir pria itu bermain lihai di leher mulus Elena. Tangannya yang kekar semakin turun, mengusap lembut bunga matahari di sela pahanya. Tubuh Elena menggelinjang, mengeluarkan desahan samar.

Meix tersenyum puas. "Sepertinya kau mulai basah, Nona. Haruskah aku masuk sekarang?"

Mata Elena terbelalak. Ia mendorong tubuh Meix sekuat tenaga hingga tersungkur.

"Ugh!" Suara Meix terdengar kecewa. Atau mungkin sakit?

Elena segera bangkit, gelisah. "M-maaf, Tuan. Aku tidak sengaja," ucapnya menyesal.

Wajah Meix tampak bodoh. Rahangnya mengerat, menatap Elena semakin tajam.

Dengan gemetar, Elena mencoba mengulurkan tangan. "B-bangunlah..."

Meix membeku. Tak ada yang bisa menebak isi kepalanya saat ini. Mungkin dia marah karena ditolak, atau justru malu?

Perlahan, ia meraih tangan Elena. Namun bukannya bangkit. Meix justru menariknya hingga Elena tenggelam dalam pelukannya.

"Ahh!" Elena mendorong tubuh Meix, berusaha lepas dari rengkuhannya. "Lepaskan..."

Namun tangan Meix semakin mengerat. Ia menarik tengkuk Elena kasar. Hidungnya menyentuh milik Elena.

"Kau berjanji akan menurut," bisik Meix.

Elena tak bisa berkutik. Hembusan nafas Meix menyapu lembut wajahnya yang memerah. Namun yang ia rasakan justru ketegangan, bukan perasaan suka.

"A-apa yang kau inginkan." Suara Elena bergetar.

Meix memainkan hidungnya di setiap wajah Elena. Sebuah kontrol yang ingin ia tunjukkan, bahwa siapun harus tunduk padanya.

"Kau harus selalu mesra denganku seperti ini, di depan kakek. Aku tidak mau ada penolakan. Di luar itu, jangan coba-coba mendekat. Bagiku... Kau bukanlah siapa-siapa."

Meix mendorong tubuh Elena hingga tubuhnya terjengkang ke karpet wool.

"Hah!" Elena terkejut. Berusaha menahan amarah. Kenyataan pahit itu kini jelas di benaknya.

'Siapa yang akan mendekatimu Tuan beruang? Aku juga tidak pernah menganggapmu suami,' batinnya.

Meix segera bangkit lalu kembali naik ke ranjang. Raut wajahnya datar dan dingin.

Elena berdiri. Wajahnya terlihat murung. Ia menghentakkan kakinya lalu menyibak selimut di sofa dengan gerakan kasar.

Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa, memunggungi Meix. "Sial!" gumamnya. "Hariku benar-benar buruk. Aku harap semua ini hanya mimpi. Semoga esok pria itu lenyap dari pandanganku."

Setelah mengomel sendiri, kelopak matanya seketika terpejam. Mungkin, Elena benar-benar ingin Meix menghilang seperti mimpi buruk yang terus menghantuinya.

"Matikan lampunya, Nona..." perintah Meix. 

Senyap. Tak ada pergerakan, Meix mengangkat wajahnya. "Apa dia sudah tidur?"

Meix meraih tombol di dekat nakas lalu menekannya. Lampu di seluruh ruangan itu padam. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari celah pintu di balkon.

Bersama dengan itu, tubuh Elena seperti tersentak.

Meix menatapnya ragu. "Hei... Apa kau hanya pura-pura tidur?"

Masih tak ada pergerakan.

Kening Meix berkerut. Alisnya tertaut. "Masa bodoh!"

Ia menarik selimut, lalu kembali merebahkan tubuhnya.

Semakin lama, ruangan di kamar pengantin itu semakin hangat. Namun bukan dari pasangan pengantin yang baru menikah, melainkan dari perapian listrik.

Beberapa menit kemudian, Meix ikut terlelap dengan nyaman. Seolah tak ada beban dalam hidupnya.

Berbeda dengan Elena. Tidurnya terlihat gelisah. Ruangan tanpa penerangan seolah menulusuk dalam jiwanya. Membawa gadis malang itu pada sebuah mimpi buruk yang selalu terjadi, kala ruangan disekelilingnya gelap.

"Kau harus hitung yang benar, ya... Aku akan sembunyi."

Teriak Elena kecil, menjauh dari kedua temannya. Ia berlari secepat mungkin, mencari tempat bersembunyi.

"Baiklah... cepat sembunyi. Kalau tidak, aku akan menemukanmu," teriak seorang teman pria.

"Jangan intip, ya," kata Elena sambil tertawa kecil. Ia berjongkok masuk ke kolong meja.

Lalu tiba-tiba, seluruh cahaya menghilang. Ravenhall Estate menjadi gelap gulita.

Jantung Elena berdegup kencang. Ia yang mulai ketakutan, merangkak keluar dari kolong meja. 

Dengan penglihatan yang samar, Elena mengendap untuk masuk ke kamar ibunya tak jauh dari tempatnya bersembunyi.

Namun langkahnya terhenti, saat sebuah bayangan besar keluar dari ruangan itu. Dan dari kejauhan, Elena melihat ibunya telah terkapar di lantai.

"Ibu..." bisiknya dalam ketakutan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 19 MELUNAK PADA TAKDIR

    Elena terperanjat, ia segera menutup mulut—terkejut dengan perintah refleksnya sendiri. 'Ups... Apa yang aku katakan? Kenapa aku malah melarangnya pergi?' batinnya.Bola matanya berputar ke segala arah, mencoba mencari alasan. Jangan sampai Meix sadar dengan pikiran-pikiran konyolnya."Emm.... M-maksudku... Aku mau mengobati lukamu. Iya... Itu. Aku mau mengobati lukamu," katanya gugup, pipinya kembali merona.Meix tersenyum simpul, sebuah senyum kecil yang berhasil ia sembunyikan. "Oke," jawabnya singkat.Ia duduk di sofa, menunggu Elena mengambil kotak pengobatan.Tak lama kemudian, Elena kembali dengan kotak obat di tangannya. Ia mengeluarkan sebuah salep untuk luka memar, mengambil kapas, lalu mengoleskannya pada memar di lengan Meix."Terima kasih..." kata Elena lirih, suaranya nyaris berbisik."Untuk apa?" tanya Meix, tatpannya lurus ke depan."Karena kau sudah menyelamatkanku," jawab Elena, sembari meniup luka Meix.

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 18 MENAHAN HASRAT

    Elena mengangguk, ragu. "I-iya, Kek."Suara pintu ditutup, dan keheningan yang menyesakkan segera menyelimuti ruangan. Elena menunduk, menggaruk kepalanya yang tak gatal, berbagai ilusi kotor beterbangan di benaknya.Meix menghela napas panjang, tatapannya menyapu sekeliling sebelum akhirnya beranjak dari sofa, lalu berjalan pelan menuju Elena. Ia berdiri tepat di depan istrinya, memperpendek jarak di antara mereka.Elena mengangkat wajahnya perlahan. Matanya meneliti tubuh Meix yang masih basah bermandikan keringat, otot-ototnya yang terbentuk sempurna terlihat jelas.Pandangannya kemudian menyentuh bibir Meix, dan seketika, rona merah menyebar di pipinya. Ia buru-buru membuang muka, jantungnya berdebar kencang."Kau tidak dengar apa yang Kakek bilang?" ucap Meix akhirnya, suaranya datar, namun ada nada tuntutan yang tak terbantahkan."Dengar," jawab Elena singkat, masih enggan menatap Meix."Kalau begitu kenapa diam saja

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 17 PERASAAN TERSEMBUNYI

    Dokter itu mengangguk. "Ya... Tentu saja. Saya melihatnya sendiri. Bahkan, dia menolak diobati bahunya yang memar, karena mengutamakan keselamatan Elena."Erich terperanjat, tangan tuanya mencengkeram lengan dokter. Ia menatap lekat-lekat, seolah ingin menarik lebih banyak detail dari setiap kata. "Meix memar? Kenapa? Apa yang terjadi padanya?""Itu... Dia bilang harus mendobrak pintu kamar mandi untuk menyelamatkan Nona Elena," jelas sang dokter.Erich membeku, matanya berkedip lambat. Ia menelan ludah, seolah berusaha mencerna setiap kata yang baru saja didengarnya.Tangan keriputnya menyentuh dada, napasnya terasa sesak. Ia menatap kosong ke arah pintu, seolah bisa melihat Meix yang baru saja dibentaknya di balik sana. Penyesalan menggerogoti hatinya. "Meix... Kakek sudah salah menilaimu," gumamnya, suaranya parau.Elena menunduk dalam, bahunya merosot seolah menahan beban. 'Meix menolongku? Tapi bukankah dia yang mengunciku di kamar mandi?' bat

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 16 KEPEDULIAN YANG TAK TERLIHAT

    Meix berlari dengan napas tersengal. "Dokter... tolong Elena."Dokter mengambil stetoskop dari meja, lalu segera berlari menuju ranjang Elena. "Tuan Meix. Silahkan tunggu di luar."Meix mengangguk, lalu melangkah lemas ke luar ruangan. Ia berjalan mondar-mandir dengan gelisah, sambil sesekali melirik ke dalam IGD lewat kaca kecil di pintu.Tak lama kemudian, dokter keluar memanggilnya. "Tuan Meix. Pasien sudah sadar."Mata Meix berbinar. "Benarkah, Dok? Apa aku boleh menemuinya?"Dokter mengangguk seraya tersenyum hangat. "Tentu... Silahkan, Tuan..."Meix tersenyum lebar, lalu segera berlari menuju Elena. "Elena..." panggilnya lirih.Namun di luar dugaan. Elena membuang muka—tak mau melihatnya.Ujung alis Meix sedikit terangkat. Ia tersenyum tipis, lalu duduk di dekat Elena. Tangannya menggenggam hangat jemari istrinya itu. "Elena... Bagaimana keadannmu?"Elena menarik tangannya kasar. Raut wajahnya datar, ta

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 15 MIMPI BURUK

    Di dalam ruang IGD, selang infus tertancap ke pembuluh darah Elena. Ia belum sadar sejak delapan jam yang lalu, tubuhnya demam dan sesekali kejang hebat, akibat syok berat setelah terkurung dalam kegelapan.Bibirnya terlihat kering, matanya sembab. Keringat dingin menetes di pelipisnya, seolah kegelapan masa lalu itu kembali mencekiknya.Malam itu, saat tubuhnya berjuang melawan syok, pikiran Elena kembali diseret paksa dalam memori kelam. Mimpi buruk kembali datang, memenjarakannya dalam kegelapan yang ia takuti lebih dari apapun."Kau harus hitung yang benar, ya... Aku akan bersembunyi."Teriak Elena menjauh dari dua temannya. Ia berlari mencari tempat bersembunyi."Baiklah... Cepat sembunyi. Kalau tidak, aku akan segera menemukanmu," sahut teman prianya."Jangan intip, ya!" teriak Elena sambil tertawa kecil. Ia berlari menunduk ke kolong meja, berharap teman-temannya tak menemukannya terlalu cepat.Lalu tiba-tiba, seluruh cah

  • Pengantin Pengganti Milioner Mandul   BAB 14 PERASAAN BERSALAH

    Jack berlari terengah-engah, masuk ke dalam kerumunan pesta. Matanya menyapu seluruh ruangan, berharap segera menemukan tuannya."Jack, ada apa?" Suara Meix tiba-tiba terdengar di belakangnya. "Kenapa kau terburu-buru. Apa kau mencariku?""Elena, Tuan. Elena..." ujarnya, dengan napas tersengal. Ia menunjukkan ponselnya pada Meix.Kening Meix berkerut, lalu mengambil ponsel Jack. "Ada apa dengan Elena? Dia meneleponmu?""Iya, Tuan. Tapi tidak ada suara. Saya khawatir terjadi sesuatu padanya," ujar Jack.Meix mencoba mendengarkan ponsel Jack. Dan benar saja. Panggilannya terhubung, namun tak ada suara. Bersama dengan itu, Meix melihat Lucien yang tiba-tiba berlari ke arah toilet.Ia mengembalikan ponsel Jack ke dadanya, matanya membelalak tajam ke arah bayangan Lucien. "Ah... sial! Aku lupa Elena sedang di toilet." Nada suaranya terdengar khawatir, ia segera berlari menyusul Lucien menuju toilet.Sesampainya di sana, Meix sudah me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status