Share

6 - Mansion Gabriel

Penulis: Paus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-08 19:48:58

Tidak pernah sekalipun seumur hidup Evelyn, dirinya membayangkan akan berada pada posisinya sekarang. Duduk di sebuah mobil mewah dengan seorang pria di sampingnya. Pemilik sebuah perusahaan besar.

Mobil saat itu sedang berhenti. Menunggu sampai gerbang Mansion milik Gabriel dibuka. Evelyn tidak berani membayangkannya, bahwa dirinya akan tinggal di tempat semacam itu. Evelyn cukup tahu diri dan tidak berani memimpikan posisi yang lebih tinggi dari hidupnya sekarang.

Tentu dirinya berangan-angan menjadi orang yang lebih baik dengan keuangan yang stabil, tapi tinggal di sebuah Mansion mewah? Itu sama sekali tidak ada dalam bayangannya.

Dirinya lahir di keluarga yang sederhana, cukup berantakan dan jauh dari kata harmonis. Bahkan Evelyn sampai sekarang tidak mengerti kenapa orang tuanya bisa menikah kalau akhirnya mereka memiliki kehidupan yang seperti itu.

Setelah dirinya lebih besar, bahkan dirinya harus membiayai sekolah sendiri. Tidak lagi bergantung pada orang tuanya. Kehidupan sulit dan dirinya harus merangkak dari bawah. Dan pencapaian tertinggi yang dimilikinya sekarang adalah lulus dari perguruan tinggi dan bisa bekerja sebagai guru di taman kanak-kanak. Salah satu impian yang terwujud karena dirinya cenderung sangat menyukai anak kecil. Untuk pernikahan, Evelyn tidak muluk-muluk. Dirinya berasal dari kalangan kaum bawah, rasanya tidak pantas memimpikan seorang pangeran dari kerajaan.

Tapi berada di sanalah dirinya sekarang. Seseorang membukakan pintu mobil untuknya. Saat dirinya melangkahkan kaki keluar, di pintu seberangnya, Gabriel juga keluar dan memutari mobil untuk berdiri di sampingnya.

Evelyn langsung memandangi pria itu. Bergantian memandangi gaun pengantin yang masih terpasang di tubuhnya. "Tapi aku bahkan belum berkemas sama sekali. Semua barang-barangku masih ada di apartemen." Dia berkata sambil memandangi Gabriel lagi.

"Aku bahkan tidak bisa membayangkan sebanyak apa pakaian lusuhmu di apartemen kecil itu. Jadi lupakan saja. Kau adalah istriku sekarang dan buang semua barang-barang yang sebelumnya menjadi milikmu. Aku sudah membelikan yang baru."

"Hah? Apa?" Evelyn kebingungan. "Apa maksudmu mengatakan hal itu?"

Gabriel langsung memutar mata dan memandanginya. "Ini rumahku dan aku yang memberi izin barang apa saja yang boleh masuk ke dalam. Dan semua yang berasal dari masa lalumu, bahkan hal yang kau kenakan kemarin di tubuhmu, aku tidak menerimanya untuk masuk ke dalam rumahmu. Jadi tinggalkan saja. Kau tidak perlu berkemas karena aku sudah menyiapkan semuanya untukmu."

"Apa kau serius? Tapi aku punya banyak hal penting di apartemen."

"Ya, aku tidak suka bercanda." Gabriel berlalu begitu saja meninggalkan Evelyn. Membuat Evelyn mau tak mau mengintilinya di belakang untuk mulai menaiki anak tangga yang berada di teras depan.

"Pekerjaanku? Bagaimana dengan pekerjaanku? Semua hal yang berhubungan dengan pekerjaanku masih ada di sana."

"Aku tahu." Gabriel memutar matanya malas dan berhenti di tengah-tengah tangga. Dirinya memandangi William yang sejak tadi mengikutinya. Gabriel memberi isyarat lewat matanya agar William melanjutkan penjelasan itu.

Asistennya itu pun menganggukan kepalanya mengerti dan maju satu langkah agar berdiri sejajar dengan Evelyn.

"Untuk semua barang-barang penting Anda yang berhubungan dengan pekerjaan, saya sudah membawanya. Sudah memindahkannya juga ke kamar Anda, Nona."

Tatapan Evelyn langsung beralih kepada William. "Bagaimana caramu memindahkannya?"

"Tentu saja dengan mendatangi apartemenmu. Saya mengambil semua barang yang menurut saya penting saja."

"Tidak." Evelyn menggelengkan kepalanya. "Maksudku bagaimana caramu masuk ke apartemenku?"

William kemudian terlihat sedikit menyipitkan matanya. "Dengan koneksi yang saya miliki mungkin. Hanya perlu memberi sedikit bujukan kepada pemilik gedung itu untuk memberikan saya salinan kuncinya," katanya dengan senyum tipis.

Evelyn langsung memutar matanya malas. Tentu saja. Mereka berkuasa dan punya segalanya. Hal kecil seperti itu, tentu saja mereka bisa melakukannya.

Akhirnya Evelyn bahkan tidak mempermasalahkannya lagi dan memilih terus mengikuti Gabriel yang berjalan menuju pintu utama. Susah payah menyeret gaunnya yang cukup berat. Ketika dirinya hampir menginjakkan kakinya di bagian anak tangga teratas, tiba-tiba kakinya tidak seimbang. Mungkin karena high heels yang dikenakannya, ditambah gaun pengantinnya yang membuat semuanya bertambah merepotkan.

Evelyn nyaris jatuh terjengkang ke belakang kalau saja William tidak langsung menyambar tangannya dan membantunya berdiri lagi.

"Tolong berhati-hati, Nona." William berpesan dan Evelyn pun langsung berterima kasih padanya. Dia dengan santainya berjongkok kemudian melepaskan high heels-nya begitu saja. Memilih menempelnya dengan satu tangan.

Yang tidak terduga, saat dirinya baru menegakkan tubuh lagi, tiba-tiba Gabriel sudah berada di sampingnya lalu begitu saja Evelyn merasakan tubuhnya terangkat. Pria itu membopongnya dengan sangat mudah di depan tubuh. Membuat matanya membelalak kaget.

"Aku bisa berjalan sendiri. Turunkan aku!" Evelyn berusaha melepaskan diri dari gendongan Gabriel, tapi pria itu malah mencengkeram tubuhnya lebih kuat.

"Masih ada banyak tangga di dalam, jadi aku tidak mau mengambil resiko membiarkanmu menggelinding ke bawah. Diam saja, oke?" Dia berkata sambil mengembuskan napas dan Evelyn hanya memalingkan wajahnya karena tidak sanggup memandang wajah Gabriel dari jarak yang sedekat itu.

Pria itu berjalan dengan langkah pasti dan tenang. Seolah tubuhnya seringan kapas. Bahkan sebelum mencapai pintu, pintu besar itu sudah lebih dulu berayun terbuka. Memperlihatkan dua perempuan muda dengan seragam serupa di dalamnya. Pekerja di rumah itu.

Gabriel melenggang masuk dengan santainya. Mengabaikan beberapa pekerja di bagian dalam rumah yang nampak hormat melihat kehadirannya. Hal itu justru membuat Evelyn rasanya ingin menghilang saja dari hadapan mereka semua saking malunya dirinya digendong seperti itu oleh Gabriel.

"Aku bilang aku bisa berjalan sendiri." Evelyn berbisik lagi ketika Gabriel sudah mulai menaiki anak tangga.

"Kenapa? Apa kau merasa malu dengan suamimu sendiri?" Gabriel bertanya dengan salah satu ujung bibir terangkat. Menggoda Evelyn.

Gadis itu tidak menjawabnya dan Gabriel hanya terus menaiki anak tangga satu demi satu. Tiba di lantai dua, Dia berjalan ke salah satu pintu ruangan yang ada di sana. William bergerak membukakan pintu dan Gabriel pun membawa Evelyn masuk.

"Tutup pintunya, William." Gabriel memerintah dan asistennya itu langsung pamit undur diri dan bunyi pintu yang tertutup pun terdengar oleh mereka berdua.

Gabriel menurunkan Evelyn di sana. Di tengah-tengah ruangan. Saat itu Evelyn langsung berdeham sambil mengalihkan mata dari Gabriel. Tiba-tiba merasa gugup.

"Aku berada di depanmu. Kenapa memilih memandang ke arah lain?" Gabriel bertanya sambil meraih dagu Evelyn untuk memaksanya menatapnya. Wajah gadis itu merah padam. Membuat Gabriel menarik seringai lebar.

"Tidak perlu gugup begitu," kata Gabriel meraih masing-masing pinggang Evelyn dan menariknya mendekat. Gabriel memajukan wajahnya sampai Evelyn bisa merasakan embusan napas Gabriel di bagian samping lehernya.

"Kita tidak perlu langsung melakukan malam pertama, jadi tidak perlu segugup itu." Dia berkata lagi dan langsung mundur menjauh dengan kedua tangan tenggelam di saku celana.

"Baiklah, kalau begitu aku akan meninggalkanmu. Anggaplah rumah sendiri. Tidak perlu sungkan."

Gabriel memutar tubuhnya dan langsung berlalu menuju pintu. Ketika dirinya ingin meraih gagang pintu, Gabriel terlupa akan sesuatu. Dia berbalik lagi.

"Ah, ya. Untuk semua pekerja yang ada di rumahku ini, anggap mereka semua sebagai pelayanmu. Panggil mereka saat butuh. Sebut saja kau mau apa, biar mereka yang melakukannya."

Gabriel mengangkat jari telunjuknya. Seperti ingin memberi peringatan. "Aku juga tidak suka seorang pembangkang. Kau tidak boleh keluar dari rumah ini tanpa izin dariku. Jadi sebelum kau ingin pergi ke mana pun, kau harus mencariku terlebih dahulu."

"B-baiklah," jawab Evelyn pelan.

"Oke. Aku ada di kamar paling ujung sayap kiri rumah ini kalau kau butuh sesuatu. Tapi usahakan untuk mengetuk pintunya terlebih dahulu. Hanya William yang boleh masuk tanpa perlu mengetuk pintu, itupun kalau ada sesuatu yang mendesak."

"Aku mengerti." Evelyn menganggukan kepalanya dan Gabriel pun langsung membuka pintunya. Pria itu segera menghilang di balik pintu dengan langkah kakinya yang pelan-pelan mulai menghilang.

Saat berbalik, di sanalah kejutannya membuat Evelyn terperangah. Ranjangnya besar sekali. Tapi bukan itu yang menarik perhatiannya, melainkan banyaknya paper bag yang memenuhi nyaris setengah bagian atas ranjangnya itu.

Saat Evelyn mendekatinya dan meraih salah satunya, ternyata isinya adalah sebuah high heels dari merek ternama. Untuk dirinya yang selama ini selalu mengenakan hal-hal sederhana, bahkan berpikir berulang kali setiap kali ingin membeli sesuatu, tiba-tiba dihadapkan barang-barang mewah hanya dalam satu kali kedip.

Itu keberuntungan atau kemalangan?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   64 - Rumah (Epilog)

    Hari lalu Evelyn datang ke rumah Gabriel sebagai pengantin pengganti. Seseorang yang dimaksudkan sebagai alat balas dendam oleh Gabriel. Seorang boneka yang hanya mendapatkan posisi istri agar pasangan Gabriel yang sebenarnya merasa panas untuk hal itu.Tapi hari ini, hari Gabriel kembali ke rumah setelah keluar dari rumah sakit, genggaman tangan itu menunjukkan bahwa semuanya sudah berbeda.Tidak ada lagi istilah pengantin pengganti, hanya ada satu hal. Istri sah dari seorang Gabriel."Akhirnya aku bisa kembali ke sini," kata Gabriel mengembuskan napas panjang. "Suasana rumah sakit memang tidak menyenangkan."Evelyn tertawa di sampingnya sambil mengusapi tangan Gabriel yang sedang digandeng olehnya. "Kalau begitu semangat datang kembali," ucap Evelyn tersenyum lebar. Pria itu menatapnya dan balas tersenyum. Sama lebarnya.Mereka meneruskan langkah sampai tiba di bagian anak tangga teras depan. "Berhati-hatilah," pesan Evelyn dan membawa Gabriel untuk melangkah bersamanya.Pria itu me

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   63 - Janji

    "Bagaimana kalau kita berhenti sampai di sini saja?"Gabriel ingat, ketika Olivia meninggalkannya, Gabriel tidak merasakan apa-apa. Atau lebih tepatnya dirinya hanya merasakan kemarahan yang tidak tertahan. Sangat besar.Hanya ada keinginan balas dendam saat itu. Tidak lebih dan tidak ada hal yang lainnya.Tapi detik ini, saat Evelyn menawarkan kepada dirinya sebuah perpisahan, seakan dunia Gabriel runtuh begitu saja. Semuanya porak-poranda. Hancur berantakan. Gabriel dibuat bertanya-tanya apa memang begitu rasanya patah hati?Dadanya penuh dengan rasa sakit. Itu jauh lebih hebat daripada luka di perutnya.Gabriel tidak sanggup membayangkan kalau hari esok tidak memiliki Evelyn. Gabriel tidak sanggup kalau memikirkan tidak lagi ada perasaan bersemangat saat menunggu makan siang yang akan dibawakan oleh Evelyn."Kau bercanda, 'kan?" tanya Gabriel dengan tawa hambar."Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?" Evelyn balik bertanya dan sialnya wajah itu terlalu serius untuk disebut seda

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   62 - Penawaran

    "Bagaimana Olivia?" Malam itu, Gabriel bertanya kepada William. Tetap tidak bisa mengabaikan gadis itu meski alasannya terbaring di rumah sakit adalah karenanya.Gabriel harus memastikannya bahwa Olivia mendapatkan hukuman yang setimpal. Gabriel harus tahu bahwa gadis itu tidak akan berani untuk mengulangi hal yang sama. Mengganggu dirinya ataupun Evelyn."Tidak bisakah kau memikirkan hal itu nanti saja? Kau belum pulih. Tidak usah memikirkan hal lain terlebih dahulu. Pikirkan saja dirimu sendiri." Evelyn menghembuskan nafas lelah.Tapi Gabriel cepat menggelengkan kepalanya dan beralih dari William pada Evelyn sepenuhnya. "Tidak! Aku harus menyelesaikannya sekarang.""Karena kau mengkhawatirkannya?""Tidak begitu!" Gabriel membuang napas gusar. "Aku perlu memastikan kalau gadis itu tidak akan mengganggumu lagi. Demi Tuhan, aku tidak bisa melihatmu dalam bahaya lagi."Evelyn terkesiap mendengar pengakuan pria itu. Sama sepertinya yang tidak bisa melihat Gabriel terluka, pria itu juga m

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   61 - Tahapan Berbeda

    Setelah operasi yang dijalani oleh Gabriel, paginya Gabriel baru sadar. Hal pertama yang dilihat olehnya adalah ruangan luas dengan keseluruhan cat berwarna putih.Aroma antiseptik yang khas dari suasana rumah sakit menyapa indera penciumannya. Melirik ke samping, Gabriel tercekat mendapati sosok Evelyn yang tertidur di kursi sambil menggenggam tangannya. Kepalanya jatuh di tepian ranjang.Oh, tidak. Tubuh gadis itu akan sakit kalau dia tidur dalam posisi seperti itu. Bagaimana bisa dia tidur di kursi seperti itu saat ada sofa besar di ujung sana?Gabriel tidak bisa membiarkannya. Tubuhnya ingin bergerak agar bisa memindahkan Evelyn ke sampingnya, tapi di waktu bersamaan Gabriel juga khawatir kalau gerakan darinya malah akan mengganggu Evelyn yang mungkin sedang tidur terlalu nyenyak.Tak lama setelah itu, pintu ruangan dibuka dari luar. Awalnya Gabriel mengira bahwa itu mungkin perawat atau dokter, tapi ternyata yang datang adalah asistennya.William nampak terkejut mendapatinya yang

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   60 - Doa

    "Tidak!" Olivia menggelengkan kepala sambil mundur menjauh. Tubuhnya gemetar ketakutan. "Aku tidak melakukan apa pun!" Dia membantah perbuatannya sendiri.Sementara di posisi lain, Evelyn terus meronta-ronta melepaskan diri. Sampai kedua tangannya terasa sakit. Matanya melihat Gabriel yang mulai meringis kesakitan. Evelyn menggelengkan kepala ketika pria itu meraih gagang pisau kemudian mencabutnya begitu saja.Tidak! Seharusnya Gabriel tidak boleh mencabutnya! Evelyn terus menggeleng sambil berusaha melepaskan diri, tapi tidak ada yang bisa dilakukan olehnya sama sekali.Keadaannya kacau. Tapi untungnya, hanya berselang beberapa menit di tengah kekacauan itu, terdengar suara langkah kaki terburu-buru dari arah tangga.Ketika Evelyn mengalihkan mata, dirinya menangkap asisten pribadi Gabriel datang bersama pihak kepolisian. Pria itu dengan cepat memerintahkan pihak kepolisian untuk menangkap Olivia yang sama sekali tidak melawan. Gadis itu langsung diringkus dengan kedua tangan di bel

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   59 - Perlindungan yang Melukai

    Gabriel ingat. Gedung yang saat ini berada di hadapannya adalah gedung apartemen kosong. Pembangunannya dihentikan karena pengelolanya membawa kabur uang penghuni yang sudah membayar uang di awal.Dan seingat Gabriel, Ayah Olivia ikut terlibat juga dalam hal itu. Entah apa sangkut paut pria itu dengan kekacauan pembangunan apartemen tersebut, Gabriel tidak mengerti. Tapi bisa dibilang seluruh keburukan pria itulah yang membuat Olivia tidak berhubungan lagi dengannya.Gadis itu mungkin egois, tapi dia adalah orang yang mau berusaha sendiri. Menolak berurusan dengan keluarganya karena tahu mereka berada pada jalur yang salah. Itu juga yang membuat Gabriel begitu menyayangi Olivia. Karena dia berbeda dengan keluarganya.Tapi sepertinya sekarang Olivia pun sudah masuk dalam jalur yang berbeda.Pertama narkoba, sekarang dia bahkan terlibat langsung dalam penculikan istrinya. Gabriel tidak bisa memaafkannya.Tanpa ragu Gabriel langsung mengambil langkah maju mulai memasuki gedung tersebut.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status