Share

Chapter 2

Keesokan hari nya...

"Jadi ini kediamana keluarga Gavin? Hmm ternyata rumor di luar sana yang mengatakan kalau keluarga Gavin adalah keluarga yang sangat kaya raya ternyata benar. Hampir saja aku kira aku masuk kawasan istana alias kerajaan zaman dulu." Gumam Gwen dalam hati saat dirinya dalam perjalanan ke kediaman Aiden.

Mata Gwen tidak terus bergerak ke kiri dan ke kanan, melihat setiap tempat yang ia lalui. Dan semua tempat yang dia lalui tidak ada yang bentuk nya yang standart atau biasa-biasa saja. Semua nya benar-benar WOW. Dari sini saja sudah jelas kalau keluarga Gavin bukan lah keluarga biasa. Mereka berada di atas nya orang kaya.

Gwen membayangkan, kalau orang kaya memiliki harta setinggi badannya maka kekayaan keluarga Gavin tiga kali tinggi badan nya. "Hmmm.. Sekarang aku mengerti mengapa Angela dan Ibu nya sangat ingin menjadi nyonya Besar di keluarga Gavin. Dengan menjadi nyonya Besar di keluarga Gavin, mereka hanya perlu goyang-goyang kaki selama tujuh turunan." Oceh Gwen.

Mata Gwen kembali melihat ke kiri dan kanan nya.

"Mereka pasti para anggota keluarga Gavin yang perempuan. Aku tebak kalau bukan anak atau cucu keluarga ini, mereka pasti adalah menantu keluarga ini. Gila! Itu gelang atau tali kapal? Gede amat ! Kalau gini sih FIX! Jangan kan tujuh turunan, tujuh tanjakan, plus tujuh belokan juga gak akan habis-habis harta keluarga Gavin.I Seru Gwen.

Sepanjang perjalanan menuju kediaman Aiden, Gwen memang disajikan banyak hal yang dapat membuatnya sadar kalau keluarga Gavin ini adalah keluarga yang kaya raya. Mulai dari setiap kediaman masing-masing keluarga Gavin, hingga perhiasan emas yang di pakai para wanita di kediaman ini. Semua nya benar-benar membawa Gwen ke satu kesimpulan, keluarga Gavin kaya nya setara Raja.

KIni mata nya Gwen menatap sebuah gerbang yang sangat tinggi yang di balik gerbang itu terlihat sebuah bangunan yang sangat besar dan indah yang di cat dengan warna kuning gold yang mendominasi. Barulah setelah nya ada beberapa bagian yang dicat warna coklat tua, tapi ya gak tua-tua banget! sekitaran umur 40-45 lah, hehehe. Otak Gwen memang sering sengklek seperti ini. Terkadang saat dia menggambarkan sesuatu, hanya dia dan Tuhan lah yang tahu maksud nya apa.

"Ayo Gwen masuk. Aiden pasti ada di dalam." Ujar Danieta.

Ya!! Benar! Ternyata sedari tadi yang menemani Gwen menuju ke kediaman Aiden adalah Danieta, siluman ular-ups salah-bibi nya Aiden.

Entah karena Danieta sedang berbaik hati atau memang dia sedang gabut saja, dia saat ini menyempatkan diri nya untuk mengantar Gwen ke kediaman Aiden.

"Buka gerbang nya." Perintah Danieta pada penjaga gerbang kediamana Aiden.

Si penjaga gerbang terlihat ragu-ragu sebab dia sudah di instruksikan oleh asisten pribadi Aiden yang bernama Rery untuk tidak membiarkan siapapun masuk hingga hari pernikahan tiba.

Nah hari ini bukanlah hari pernikahan. Hari pernikahan masih besok pagi. Tapi hari ini tiba-tiba saja nyonya Danieta datang dan memerintahkan supaya gerbang itu di buka. Si penjaga jadi bingung harus berbuat apa. Karena apapun yang dia perbuat, tantangan nya tetap adalah di pecat.

Jika dia tetap menutup pintu gerbang itu maka dia akan di pecat oleh nyonya Danieta. Jika dia membukakan pintu gerbang itu maka dia akan di pecat oleh tuan Muda Aiden. Sungguh dua pilihan yang bukan lagi sulit tapi tidak bisa dipilih.

"Kau akan tetap terus diam begitu? Mau aku pecat?!" Bentak Danieta dengan wajah amat marah pada si penjaga yang sedari tadi malah bengong.

"Seharusnya dalam peraturan yang diberikan oleh tuan Rery, ada sedikit saja SOP dalam menghadapi situasi ini." Ucap si penjaga galau dalalam hati.

Di tengah kegalauan nya yang hakiki itu, untung saja Rery datang. Karena hanya Rery lah yang bisa menghadapi situasi seperti ini. Hal ini karena, tidak ada satu pun anggota keluarga Gavin yang bisa memecat Rery kecuali Aiden sendiri.

"Nyonya Danieta? Tumben sekali nyonya datang berkunjung ke gubuk kami. Angin apa kira-kira yang membawa nyonya bersusah payah ke tempat ini?" Ujar Rery dari dalam pagar.

"Hentikan basa basi mu Rery, dan cepat buka gerbang ini! Kaki ku sudah terlalu lelah berdiri disini." Bentak Danieta lagi.

"Mohon maaf nyonya, tapi instruksi dari tuan Aiden sangat jelas. Beliau tidak mau bertemu siapapun sebelum hari pernikahan." Jawab Rery tetap woles.

"Aku ini bibi nya Aiden! Aku ini bukan orang lain! Cepat buka gerbang ini." Bentak nya sekali lagi.

"WOKE! ini sudah empat kali dia menarik urat leher nya, untuk memerintahkan supaya pintu gerbang ini di buka. Dua ke penjaga gerbang. Dan dua ke pria ini. FIX! Hubungan wanita ini dan Aiden pasti tidak lah baik."  

Dalam diam nya, Gwen terus menganalisis segala yang dilihatnya. Dari bagaimana cara Danieta berbicara, Gwen dapat simpulkan kalau Danieta adalah pribadi yang bossy, arrogant, dan paling tidak suka apa yang dia perintahkan tidak dikerjakan. Wanita ini juga tidak sabaran dan tempramental.

"Selamat lah kau Angela!! Semoga kau dan ibu mertua mu ini bisa akur dan hidup bahagia bersama selama nya." Gwen menunduk agar tawa bahagia nya tidak terlihat oleh siapapun.

"Akhirnya ada juga hal yang memacu adrenalin dalam hidupnya Angela. Aku kira dia akan hidup sebagai putri raja sepanjang kisah hidup nya?

Gwen kembali tertawa kecil. "Tapi akhirnya Tuhan ingat, dalam semua kisah putri di negeri dongeng selalu saja ada peri jahatnya. Dan siapa sangka, peri jahat untuk Angela adalah ibu mertua nya sendiri.” Gelak Gwen dalam hati.

Sebagai pihak yang selalu tertidas di rumah kediaman keluarga Meteo, tidak salahkan kalau Gwen ingin melihat sekali saja, Tuhan itu adil. Jangan dia terus dong yang menjadi pihak yang ditindas.

"Tunggu dulu!" Tiba-tiba Gwen merasa ada mengganjal dalam pikirannya.

"Kalau Angela adalah peri jahat yang sedang menyamar sebagai peri baik. Lalu dia dipertemukan dengan seorang ibu mertua yang kejam. Apa benar Angela yang akan kalah? Bagaimana kalau ibu mertua nya yang akan tremor menghadapi Angela? Atau bagiaman kalau dua-dua nya tremor?" Ucap Gwen dalam hati lalu tertawa lagi membayang Angela dan wanita yang sedang marah-marah di depan nya itu tremor karena ulah lawan mereka masing-masing.

"Jangan tertawa saja Gwen!! itu kan kalau dua-dua nya saling berlawanan. Nah bagaimana kalau peri munafik dan ibu mertua kejam ternyata tidak saling menyerang? bagaimana kalau mereka membuat sebuah aliansi alias mereka bekerja sama? Selamat Gwen!! Kalau sampai itu yang terjadi maka satu-satu nya orang yang akan tremor disini adalah dirimu."

Gwen pun seketika itu berhenti tertawa. Penderitaan hidup seorang Cinderella yang digabungkan dengan penderitaan hidup nya seorang Snow White pun pasti masih akan kalah dengan penderitaan yang akan Gwen rasakan kalau sampai dua devil berjenis kelamin wanita ini berkoalisi.

"Waduh! Bisa runyam hidup ku!" Seru nya tiba-tiba dan langsung mengangkat kepalanya karena di saat bersamaan pintu gerbang besar itu di buka.

"Kau akan aku laporkan ke ayah! Kau akan dipecat Rery!!" Ujar Danieta dengan wajah memerah karena marah.

"Silahkan saja nyonya Danieta." Jawab Rery sambil tersenyum.

"Ayo Gwen." Ajak Danieta pada Gwen, menabrak tubuh Rery sambil membuka gerbang kediamana Aiden dengan kedua tangannya.

Gwen pun mengikuti Danieta dari belakang. Gwen bahkan tidak menoleh sedikit pun pada Rery. Dalam pikiran Gwen, sebaiknya dia tidak perlu buru-buru melihatkan warna aslinya. Dia harus menganalisa setiap orang-orang yang berpengaruh dalam keluarga Gavin ini terlebih dahulu. Baru dia bisa memutuskan dia akan berdiri di kubu siapa.

Hidup selama ini cukup mengajarkannya dengan baik bahwa tidak selalu menjadi orang baik itu baik. Ada kalanya hidup itu harus memiliki taktik. Dan itu lah yang akan Gwen lakukan setelah masuk ke dalam keluarga Gavin. Dia akan menyusun taktik agar dia bisa hidup senang dengan hati tenang.

Terhindar dari drama sabun nya si peri munafik dan juga target kekesalan si mertua jahat.

"Ngomong-ngomong masalah ibu mertua? Kira-kira ibu mertua ku seperti apa ya?" Gwen tiba-tiba teringat dengan ibu mertuanya. Gwen tidak tahu kalau kedua orang tua Aiden sudah meninggal dunia. Adapun yang akan bertindak sebagai ibu mertua Gwen nantinya adalah Bridgette, bibi nya Aiden yang selama ini menjaga Aiden.

"Cepat antarkan nona Gwen ke kamar tuan Muda Aiden." Perintah Danieta begitu mereka sudah masuk ke dalam ruang tamu kediaman Aiden.

"Tuan Muda Aiden berpesan, tidak ada yang boleh masuk ke kamar nya nyonya Danieta. Karena tuan Muda Aiden sedang beristirahat. Jadi saya akan mengantarkan nona Gwen ke kamar tamu saja." Jawab Rery.

Mata Danieta kini meyipit karena tatapan penuh curiga nya ke Rery. Danieta selalu mendapatkan laporan dari mata-mata nya yang dia susupkan ke dalam kediaman Aiden bahwa Aiden kerap mengurung diri berhari-hari di dalam kamar sendirian.

Bahkan pernah suatu ketika, makanan yang diantar ke kamar Aiden tidak rusak sama sekali. Dan itu terjadi beberapa hari. Itu artinya selama beberapa hari itu, Aiden sama sekali tidak makan apapun.

Tentu saja hal ini menjadi sebuah tanda tanya besar dalam benak setiap orang di mansion ini. Kalau makanan ini tidak ada yang menyentuh nya, lantas bagaimana bisa ketika Aiden keluar dari kamarnya dia masih terlihat segar bugar. Sedikit pun tidak terlihat seperti orang yang busung lapar karena tidak makan berhari-hari.

"Ternyata laporan dari mata-mata ku benar adanya. Tingkah laku Aiden ini sangat mencurigakan." Danieta pun menjadi semakin curiga. "Aku akan memastikan nya sendiri saat ini juga! Jangan sampai aku tertipu oleh bocah lumpuh itu tepat di bawah hidung ku!" 

Danieta pun berdiri dan tanpa pemberitahuan sebelumnya Danieta berjalan menuju ke kamar nya Aiden.

"Nyonya Danieta! Apa yang kau lakukan?" Seru Rery yang langsung mengejar Danieta.

"Wah! Apa lagi ini?" Gumam Gwen yang masih setiap duduk di sofa besar itu.

"Aku? Aku ingin bertemu dengan keponakan ku! Kau tidak berhak melarang ku! Aku ini adalah adik ayah nya! Itu artinya, aku ini adalah bibi nya!!!" Danieta langsung menolak Rery yang memblokade jalannya ke samping.

"Hei! Anda tidak boleh ke kamar nya tuan Muda Aiden! Dia baru saja beristirahat!" Cegah Rery yang kini langsung berdiri di depan pintu kamar Aiden sambil merentangkan tangannya.

Bagiamana pun cara nya, Rery harus bisa mencegah Danieta untuk sampai ke kamar Aiden. Jangan kan masuk ke dalam kamar itu, memegang handle pintu itu pun jangan sampai. Karena kalau sampai Danieta tahu kamar Aiden terkunci dia pasti akan menggedor-gedor kamar itu seperti orang gila. Suasana pun pasti akan heboh dan berujung dengan membuka paksa pintu kamar Aiden.

"Tidak!! Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Kalau sampai dia masuk paksa ke kamar tuan Muda dan tidak menemukan tuan Muda di dalam kamar itu bisa bahaya!! Tuan Muda kan baru saja di operasi! Dia pasti belum kembali!!" Seru Rery dalam hati.

"Cepat minggir kata ku Rery!!!!" Teriak Danieta dengan sangat kencang sampai-sampai menggema ke seluruh ruangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status