Share

Chapter 3

"Nyonya Danieta! Anda tidak bisa berbuat seenaknya seperti ini dikediaman tuan Muda Aiden. Disini bukan kediaman anda yang bisa mau terobos seenaknya." Rery sekuat tenaga nya menghalagi Danieta di depan pintu kamar Aiden.

"Minggir kau Rery!" Danieta mendorong Rery ke samping hingga tersungkur ke lantai.

Gwen yang melihat hal tersebut reflek menolong Rery. "Anda tidak apa-apa?" tanya Gwen masih menggunakan bahasa yang formal karena ini adalah pertama kali nya dia bertemu dengan Rery.

Rery berdiri dengan bantuan Gwen namun Rery tidak menggubris perkataan Gwen. Karena ada hal yang lebih urgent yang harus dia lakukan yaitu menghalangi bibi nya Aiden masuk ke kamar Aiden

"Di kunci?" seru Danieta dalam hati. "Untuk apa seorang lumpuh mengunci diri di dalam kamar? Sungguh mencurigakan!" Danieta pun langsung menggedor keras pintu kamar Aiden.

"Nyonya Danieta! Anda sungguh keterlaluan." Seru Rery marah. "Saya akan memanggil pelayan untuk mengantar anda pulang ke kediaman anda." Rery menarik tangan Danieta. Niat Rery hanya satu. Dia ingin Danieta segera pergi dari tempat itu.

Sekali lagi Danieta menyentak tangan Rery. Dan dengan tatapan penuh curiga Danieta melihat pada Rery. "Apa kau menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa benar Aiden ada di dalam kamar itu? Atau jika benar dia ada di kamar itu, jangan-jangan dia tidak sendiri di sana?" Tanya Danieta penuh selidik.

"Tuan Muda Aiden sedang tidur nyonya. Kenapa kau ini orang nya curigaan sekali." Ujar Rery yang sama sekali bukan lah jawaban yang Danieta cari.

"Kalau benar tuan Muda mu ada di dalam sana kenapa kau tidak minta dia membuka pintu ini? Atau kenapa tidak kau saja dengan kunci cadangan." Ujar Danieta.

"Apa-apaan ini? Kenapa kalian berdua ribut-ribut di sini?"

Dari arah belakang Danieta dan Rery terdengar suara yang sangat berat menyela perdebatan mereka.

"Ayah?" Ujar Danieta langusng berjalan ke arah ayah nya.

"Ayah? Apa itu artinya kakek ini ini adalah Tuan Besar Gavin?" Ujar Gwen dalam hati. 

Gwen yang baru menyadari hal itu pun langsung berdiri dan memberikan salam pada Garrand Gavin.

"Hallo kek. Saya Gwen. Senang bertemu kakek disini." Ujar Gwen memperkenalkan diri nya dengan sangat hormat sambil sedikit membungkuk.

"Gwen ? Apa kau putri ke tiga keluarga Meteo yang akan dinikahkan dengan Aiden?" tanya Garrand Gavin pada Gwen.

"Benar ayah. Dia adalah Gwen, calon istri Aiden. " Sela Danieta.

"Aku sengaja membawa Gwen ke kediaman Aiden agar Gwen dan Aiden dapat saling mengenal sebelum acara nanti malam. Tapi begitu aku sampai disini, dia menghalangi ku untuk bertemu dengan Aiden." Ucap Danieta sinis.

"Tuan Besar, aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Untuk apa aku menghalangi nyonya Danieta bertemu dengan tuan Muda Aiden. Tapi permasalahannya saat ini tuan Muda Aiden sedang tertidur. Tidak mungkin aku membangunkan tuan Muda Aiden yang baru saja tertidur hanya karena kedatangan nyonya Danieta." Jawab Rery membela dirinya.

Garrand Gavin melihat ke arah Danieta dan Rery bergantian. Lalu sesaat kemudian..

"Cepat buka pintu kamar Aiden." Perintah Tuan Besar Gavin.

"Tapi pintu itu dikunci oleh tuan Muda Aiden dari dalam kamar, tuan Besar. Tuan Muda memang selalu mengunci pintu kamarnya jika dia tidur." Rery masih saja mencoba berkilah.

"Kalau begitu, panggil pelayan untuk membuka paksa kamar Aiden." Perintah Tuan Besar Gavin.

Danieta yang mendengar perintah sang ayah langsung tersenyum sumringah. Dia tidak sabar untuk melihat apakah Aiden benar-benar ada di dalam kamar atau tidak.

"Apa lagi yang kau tunggu? Cepat panggil pelayan untuk membuka pintu ini." Perintah Danieta pada Rery.

Rery yang sudah tidak ada pilihan lain, akhinya terpaksa meminta pelayan untuk membawakan kunci cadangan kamar Aiden.

"Semoga kau sudah berada di dalam kamar tuan Muda! Kalau tidak, tamat lah riwayat kita berdua." Ujar Rery dalam hati, harap-harap cemas apa yang terjadi setelah dia membuka pintu itu.

"Ssssssssssssssreet..."

Terdengar pintu terbuka kamar Aiden di buka oleh Rery. Dan saat pintu itu terbuka terlihat Aiden sedang tertidur pulas di atas ranjang nya.

"Tuan Muda?" Seru Rery dalam hati sambil menyembunyikan ekspresi terkejutnya di balik wajah tenangnya.

"Aiden? Ternyata dia benar berada di dalam kamarnya?" seru Danieta dalam hati berjalan masuk ke dalama kamar Aiden.

Tidak nya Danieta, Tuan Besar Gavin dan Gwen ikut masuk ke dalam kamar.

Mata Gwen terus memperhatikan Aiden yang sedang tidur di atas tempat tidur super besar. Sekilas semua terlihat sangat normal. Kamar lalu di dalam nya Aiden tidur. Normal bukan?

Tapi entah mengapa Gwen merasakan ada hal yang mengganjal. Tapi apa? Gwen terus berpiki dan berpikir sambil memperhatikan ke sekeliling ruangan diam-diam.

"Benar!!" Soraknya dalam hati. "Aiden kan lumpuh? Tapi mengapa aku tidak melihat kursi roda di sekitar  tempat tidur nya?" Mata Gwen pun langsung mencari keberadaan kursi roda Aiden."Dimana kursi roda nya? Tidak mungkin kan dia jauh dari kursi roda nya?" Pikir Gwen.

Setelah melihat ke sekeliling nya, akhirnya Gwen menemukan apa yang dia cari.

"Aneh sekali. Kenapa kursi roda nya Aiden malah berada di dekat meja kayu besar itu?" Gwen pun kembali melihat ke arah tempat tidur, dimana Aiden sedang tertidur pulas di atasnya.

"Apa dia menendang kursi roda itu setelah dia sampai di tempat tidur?  Loh bukan nya kaki nya lumpuh? Kalau pun di dorong pakai tangan, tetap masih tidak mungkin secara posisi kursi roda itu sangat rapi."

Gwen kembali memutar otak nya untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang dia ciptakan sendiri. "Apa dia terbang dari tempat itu ke tempat tidur nya? Atau apa mungkin dia ngengsot? Saingan dong dia sama suster ngengsot?" Gwen terus menganalisa semua kemungkinan yang mungkin bisa menjadi alasan mengapa posisi kursi Aiden saat ini jarak sangat jauh dari posisi Aiden tidur.

Mungkin bagi orang lain hal ini tidak terlalu mengusik tapi bagi Gwen, hal malah ini sangat mengusik. Karena dalam pikiran Gwen tidak mungkin seorang Aiden yang jelas -jelas lumpuh bisa berpindah dari tempat Aiden memarkirkan kursi roda nya ke tempat tidur Aiden yang jarak nya sangat jauh.

Sebenarnya, ingin sekali Gwen berpikir normal seperti orang-orang kebanyakan, "Ya mungkin saja si Rery yang memindahkan kursi roda itu setelah Aiden berbaring di atas tempat tidur." Orang normal pasti akan berpikir seperti itu.

Tapi sayangnya otak Gwen memang terbiasa untuk berpikir secara tidak normal.

Dalaam pikiran Gwen, jika benar Rery yang meletakan kursi roda ke samping meja kayu besar, lantas bagaimana cara nya Rery keluar dari kamar Aiden sementara kamar Aiden, kalau faktanya Aiden lah yang mengunci kamar dari dalam? Apa si Rery punya ilmu debus tingkat tinggi gitu sehingga dia tembus dinding? Atau apa si Rery satu perguruan dengan Ant-man sehingga Rery bisa mengecilkan tubuh nya dan keluar melalui lubang kunci? IMPOSSIBLE.

Setelah menganalisa segala sesuatunya, hanya ada satu kata di dalam pikiran Gwen saat ini yaitu "MENCURIGAKAN".

Apa yang dilihatnya di dalam kamar Aiden membuatnya curiga. Semua ketidakmungkinan antara satu hal dengan hal lain nya membuat Gwen merasa ada yang Aiden sembunyikan dari orang banyak.

Hanya saja pikir Gwen, ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan kalau Aiden tidak lumpuh. Gwen harus menyelidiki hal ini lebih dalam lagi. Karena bagaimana pun Aiden akan menjadi suaminya. Jangan sampai dia dikadali oleh suami nya sendiri. Pura-pura lumpuh eh ternyata pergi dugem saat Gwen tengah tidur lelap.

Iya kalau Aiden hanya pergi dugem, bagaimana kalau dia ternyata menyembunyikan fakta kaki nya tidak lumpuh karena sedang bergabung dengan orgnisasi terlarang dan sedang melakukan ritual terlarang seperti yang ada di film-film.

Atau bisa saja malam-malam Aiden mendaki gunung cermai atau duduk bersemedi di tepi laut Selatan dan pulang-pulang nya langsung menargetkan Gwen sebagai tumbal pasugihan nya, "beuh! Bisa sia-sia hidup ku." gumam Gwen dalam hati.  "Niat hati ingin hidup mewah, senang dan tenang di kediaman keluarga Gavin ini, eh ujung-ujung nya malah jadi tumbal pasugihan! OGAH!"

Dengan tenang,  Gwen terus mengamati wajah Aiden. "Hmmm wajah tidak bisa di jadikan jaminan. Wajahnya memang tampan tapi siapa yang bisa menjamin seperti apa sebenarnya pria yang ada di balik wajah tampan itu. Aku harus berhati-hati." Ujar Gwen dalam hati.

"Nah kalian lihat sendiri kan kalau tuan Muda Aiden sedang tidur." ujar Rery yang akhirnya bisa bernafas lega setelah melihat tuan Muda nya ada di atas tempat tidur.

"Selesaikan segera urusan mu dengan Aiden, Danieta! Setelah itu datanglah ke ruang kerja ku. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan mu." Ucap Tuan Besar Gavin lalu pergi meninggalkan kamar Aiden.

"Hah? Dia pergi begitu saja?" Lantas untuk apa dia datang kemari tadi?" Gwen terus bermonolog dengan diri nya sendiri.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
jess
Rery inj laki pa perempuan, gampang banget ditumbangkan danieta
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status