Share

Chapter 4

"Aku akan keluar tapi Gwen  akan tetap di kamar ini. Karena mulai malam ini dan malam-malam seterusnya, Aiden dan Gwen  akan satu kamar." Ujar Danieta dengan santai sambil berjalan berlalu yang meninggalkan Gwen  yang sejak Danieta mengatakan bahwa dirinya akan satu kamar dengan Aiden sudah menoleh pada Danieta dengan mata yang hampir copot. And then, Danieta hanya melewati nya begitu saja? Apa perlu mata Gwen  copot beneran dulu baru Danieta akan berhenti.

"Ini tidak boleh dibiarkan!" Gwen  pun berlari mengejar Danieta yang sudah sampai di luar kamar Aiden.

"Bibi Danieta- Tunggu aku!" Panggil Gwen  sambil berlari.

Gwen  tahu kalau di dalam rumah ini pasti tidak boleh berteriak apalagi berteriak sambil berlari. Tapi mau bagaimana lagi? Dia berteriak sekarang atau dia yang diteriaki Aiden saat bangun nanti.

Sebuah pilihan yang sama- sama tidak menguntungkan diri nya.

Danieta yang mendengar teriakan Gwen  tersenyum tipis,"ternyata benar yang dikatakan oleh Angela, kalau adik tiri nya ini adalah wanita yang tidak berpendidikan walau telah di sekolah kan oleh tuan besar Meteo. Ini benar-benar sesuai dengan apa yang aku harapkan. Aiden cacat dan istri Aiden pembuat onar. Harapan Aiden untuk mendapatkan semua yang pernah dia miliki hanya akan tinggal angan-angan." Cetus Danieta dalam hati.

Danieta pun menoleh ke belakang. Tapi tentu saja ekspresi wajah bahagianya tadi telah ia rubah. Kini dia melihat Gwen  dengan tatapan terkejut yang di kombinasikan dengan tatapan marah.

"Apa yang kau lakukan Gwen ? Apa kau tidak tahu di dalam kediaman keluarga Gavin, wanita keluarga Gavin di larang berlari! Mereka juga dilarang berteriak! Dan kau melanggar kedua nya! Kau berlari sambil berteriak!" Sentak Danieta dengan mata yang melotot seolah siap untuk menelan Gwen  hidup-hidup.

"Bagus! Aku langsung mendapatkan bentakan darinya di hari pertama.!" seru Gwen dalam hati.

Gwen  yang tadinya berlari langsung stop saat itu juga lalu tidak lama kemudian Gwen  pun berjalan dengan normal. Ya, berjalan normal dengan terpaksa pasti nya, dari pada diri nya di bentak lagi oleh si Danieta Danieta itu.

Lucu saja rasa nya, disaat diri nya masih belum resmi menjadi anggota keluarga ini tapi dia sudah menjadi pemicu amarah calon bibi nya. Gwen tentu saja tidak ingin hal itu terjadi, terlepas dari fakta dia terpaksa menerima pernikahan ini.

Tapi walau pun begitu, bukan berarti Gwen menerima hal itu begitu saja. Sikap nya boleh terlihat lebih jinak dari sebelum nya tadi di dalam hati dia benar- benar mendumel sesuka nya.

"Aku kan belum resmi menjadi wanita keluarga Gavin? Aku rasa sampai resepsi besok, aku masih boleh berlari, berteriak, merangkak , merayap atau pun terbang jika aku memang bisa."  Gumam Gwen  dalam hati sambil terus berjalan dengan tenang.  Prinsip Gwen , hati boleh meledak- ledak tapi wajah harus stay cool.

"Maafkan Gwen, bibi Danieta." Ucap nya begitu dia sampai di depan Danieta.

"Kali ini kau akan aku maafkan Gwen. Tapi tolong tingkah laku mu, kau perhatikan. Ini adalah kediaman keluarga Gavin! Bukan kediaman keluarga Meteo! Jangan kau ikuti semua tingkah kampungan ibu mu yang pembantu itu. Aku tahu nyonya ketiga keluarga Meteo, yakni ibu mu, adalah pembantu yang memanjat ranjang majikan nya!" Ujar Danieta dengan senyuman sinis sekaligus merendahkan pada Gwen, "tapi aku tetap merekomendasikan diri mu untuk masuk ke dalam keluarga Gavin. Aku yakin, walaupun setetes, darah keluarga Meteo ada di dalam tubuh mu." Sambung nya ketus.

Gwen  ingin mengepalkan tangannya agar emosinya yang ada di dalam diri nya tidak meluap keluar. Tapi jika Danieta melihat tangan Gwen mengepal maka Danieta pasti akan tahu jika kata-kata Danieta berhasil memprovokasi Gwen .

"Bertahan Gwen ! Bertahan! Nanti kita keluarkan semua amarah dan kekesalan ini dalam bentuk kentut! Dan biarkan angin yang menyebarkan kombinasi dari nitrogen (N2), hidrogen (H2), oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan metana ke seluruh kediaman Gavin ini. Biar mereka menghirup bau kentut mu yang berasal dari luapan emosi jiwa mu Gwen!" Ujar Gwen  dalam hati.

Setelah menarik dalam pelan, Gwen  pun mengatakan, "maaf bibi Danieta, setahu diri ku, calon pengantin baru akan bertemu di hari pernikahan. Tapi tadi mengapa bibi mengatakan kalau aku akan bermalam di kamar tuan Muda Aiden malam ini? Kami kan baru akan menikah besok, bi?"

"Gwen, dengarkan penjelasan ku baik-baik. Pengantin pria dan pengantin wanita dilarang bertemu sebelum hari pernikahan karena takutnya mereka akan melakukan sesuatu "UNHOLY" sesaat sebelum pernikahan. Maka nya mereka di pisah. Sedangkan kau dan Aiden -?" Danieta menggantung kalimatnya dan tertawa kecil sambil tersenyum sinis pada Gwen, "aku jamin tidak akan melakukan apapun. Karena, jangankan untuk menyentuh mu, untuk berdiri saja “barangnya Aiden" belum tentu bisa. Jadi kau tidak perlu khawatir dan tidak perlu terlalu memikirkan ritual pernikahan. Yang akan menjalani ritual pernikahan yang sarat dengan adat istiadat adalah Theodor dan Angela. Bukan kalian. Kalian hanya akan mengikuti ritual pagi di gereja saja besok." Terang Danieta, lalu pergi meninggalkan Gwen .

"Bodohnya aku bertanya hal itu pada nya!" Gwen  menarik nafas dan memperhatikan Danieta yang pergi dari depan nya. Bahkan sampai Danieta menghilang dari gerbang kediaman Aiden, Gwen  masih melihat nya. Melihat nya dengan seribu mantra kutukan yang Gwen lafalkan di dalam hati.

Setelah Danieta sudah benar-benar tidak terlihat lagi, Gwen  dengan perasaan lemas membalikan badan nya. Dan saat dia membalikkan badan nya, sontak Gwen  terkejut karena Aiden sudah berada di belakangnya.

"Astaga! Naga!!!" ucapnya latah dadakan saking terkejutnya melihat Aiden yang sedang melihat nya dengan tatapan sombong.

"Sejak kapan dia di belakang ku?" tanya Gwen  sambil melihat ke arah Aiden yang sedang duduk di kursi roda dan Rery yang berdiri di belakang Aiden.

"Apa kau nona ketiga keluarga Meteo?" tanya Aiden dengan nada suara dingin plus dengan ekspresi wajah yang juga dingin.

"Benar. Nama ku Gwen ." Jawab Gwen, yang secara reflek malah melihat ke arah "senjatanya" Aiden. Mungkin karena ingin mencari kebenaran dari apa yang dikatakan oleh Danieta tadi maka alam bawah sadar nya Gwen menuntun mata Gwen untuk mencari tahu kebenaran nya.

"Apa yang kau lihat nona Gwen !" Sentak Aiden dengan wajah yang terlihat kesal.

"Apa yang dia lakukan? Apa dia sengaja melihat kaki ku? Cih! ternyata dia sama saja dengan orang-orang di luar sana. Dia pasti sedang mengejek kaki ku yang lumpuh di dalam hati nya. Maka nya dia langsung melihat ke arah kaki ku." Gumam Aiden dalam hati.

Aiden yang tadi nya tidak ingin memasukan Gwen  ke dalam daftar orang-orang yang harus dimusuhi nya, karena tatapan Gwen  barusan jadi berubah pikiran.  Aiden paling tidak suka pada orang yang memandang orang lain dari fisik nya belaka. Memangnya kenapa kalau kaki nya lumpuh? Yang lumpuhkan kaki nya, bukan otaknya. Di luaran sana bahkan banyak orang yang kaki nya baik-baik saja tapi otak nya yang lumpuh. Maka nya mereka sanggup berbuat kejahatan dan tindakan asusila. Karena apa? karena otak mereka telah lumpuh.

Aiden menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya kesal. "Rery, lempar koper nya keluar dari kamar ku! Aku tidak ingin satu kamar dengan nya baik malam ini atau pun malam-malam seterusnya. Biarkan dia tidur di kamar tamu." Perintah Aiden.

Gwen sebenarnya sangat senang dengan perintah yang keluar dari mulutAiden tadi, yang memerintahkan mereka tidur di kamar terpisah. Kalau perlu pisah rumah sekalian.

Tapi permasalahan nya, kalau mereka tidur di kamar terpisah... Ujung-ujungnya  Gwen  lagi yang akan dimarahi oleh bibi Aiden yang bernama Danieta tadi.

"Tunggu tuan Muda Aiden." Gwen  menahan kursi roda Aiden.

"Aku tidak melarang mu untuk bicara nona Gwen, tapi tolong kau jangan menyentuh kursi roda ku." Ucapnya sombong.

Gwen  pun langsung melepaskan tangan nya. "Aku lupa dia penderita OCD akut tingkat dewa."

Setelah Gwen  melepakan pegangan nya dari kursi roda Aiden, Rery langsung menyemprotkan cairan disinfektan ke bagian kursi roda Aiden yang tadi dipegang oleh Gwen.

Gwen  merasa sangat jengkel melihat hal tersebut! Rasanya ingin sekali Gwen  menyentuh seluruh tubuh Aiden. Gwen  ingin melihat, apa setelah itu Rery akan memandikan Aiden dengan cairan disinfektan tersebut.

Tapi tentu saja hal itu tidak Gwen  lakukan. Gwen  menatap Aiden sambil mengetuk-ngetukkan jari nya di kedua sisi tubuhnya. Jujur saja saat ini tangan Gwen memang terasa sangat gatal.  "Tenang Gwen ! Masa baru bertemu sudah mau gelud! Ayo Gwen  tahan!! kau pasti bisa." Gwen  menguatkan diri nya sendiri.

"Cepat katakan hal yang ingin kau katakan." Seru Aiden.

"Aku rasa hal pertama yang harus dilakukan oleh dua orang yang baru saja bertemu adalah berkenalan. Bukan melempar koper orang lain seenaknya."Ujar Gwen sarat sindiran tapi dengan wajah penuh senyuman.

" Aku rasa hal pertama yang harus dilakukan oleh dua orang yang baru saja bertemu adalah berkenalan. Bukan main masuk ke dalam kamar orang lain, yang jelas-jelas orang di dalam kamar itu sedang tidur." Balas Aiden dengan satu alis nya yang sengaja dia angkat supaya auro kesombongan nya lebih kental terasa.

"Apa dia kira dia Chef Juna? Main angkat-angkat Alis kalau bicara sengak?" 

"Paling tidak kita satu pendapat untuk satu hal. Yakni, hal pertama yang harus dilakukan oleh dua orang yang baru saja bertemu adalah berkenalan. Kenalkan nama ku Gwen ." 

Walaupun rasa nya ingin menelan Aiden, Gwen  tetap berusaha bersikap baik. Gwen  mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Aiden.

Selama Gwen  hidup, setahu Gwen  kalau berkenalan itu pasti identik dengan berjabat tangan. Tapi sudah hampir satu menit tangan Gwen ngambang di udara, tidak ada tanda-tanda dari Aiden kalau dia akan menyalami tangan Gwen. Aiden malah melipat tangan nya di dada dan memandang ke arah lain.

"Ck!" desis Gwen  dalam hati.

Gwen  yang sudah kehabisan stok kesabaran langsung mengambil tangan Aiden dan menyalami nya paksa. "Aku ulangi! Nama ku Gwen. Dan kau tidak perlu bersusah payah menyebutkan nama mu. Aku sudah tahu." Ucap Gwen lalu pergi meninggalkan Aiden yang memandang kedua tangan nya dengan mata melotot. Seolah-olah ada banyak kuman di tangan nya saat ini.

"Minum tu disinfektan sekalian, biar bersih luar dalam!" Seru Gwen  dalam hati

"Dan ya! Aku akan tetap tinggal di dalam kamar mu! Aku diantar ke kamar mu oleh bibi mu! Kalau kau keberatan maka kau saja yang keluar dari kamar itu." Ujar Gwen  lalu melanjutkan langkah kaki nya kamar Aiden.

"What??" seru Aiden yang langsung menoleh ke Gwen .

"Rery! Cepat kejar gadis gila itu!" Aiden langsung memerintahkan Rery untuk mendorong kursi roda nya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
jess
Bicara dalam hati tapi pakai tanda baca percakapan langsung. Terlalu banyak juga bicara dalam hatinya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status