Share

Chapter 5

Gwen sadar kalau Aiden mengejarnya, dia pun mempercepat jalan nya.

Dan BaaaaaaaaaaaM!!! Gwen menutup kencang pintu kamar Aiden.

"Gwen!! Keluar!" Aiden menggedor pintu kamarnya. "Cepat keluar dari kamar ku!!" teriak Aiden.

"Tuan Muda, apa perlu kita dobrak?" tanya Rery.

"Tidak! Jangan di dobrak! Aku suka ukiran pintu ini! Kita paksa saja wanita gila itu keluar dari kamar ku." jawab Aiden.

"Lalu bagaimana?" tanya Rery.

"Coba kau bujuk atau coba kau bernegosiasi dengan nya. Yang terpenting dia segera membukkan pintu kamar ini. Aku tidak tenang dia berada lama-lama di dalam kamar ku. Bagaimana kalau dia menyentuh sesuatu di rak buku ku?" Bisik Aiden.

Rery pun mengangguk. Dia paham kekhawatiran tuan Muda nya.

"Nona Gwen, tolong buka pintu nya. Ini semua bisa kita bicarakan baik-baik." Ujar Rery.

"Cih! Bisa kita bicarakan baik-baik? Apa kalian kira aku ini anak kecil yang bisa kalian tipu?" seru Gwen dalam hati. "Aku yakin setelah aku keluar kalian pasti akan menendang ku hingga keluar pagar! Jangan kira aku ini bodoh!"

Karena tidak ada jawaban dari Gwen, maka Rery pun melanjutkan negosiasi nya. "Nona Gwen, tidak ada gunanya juga kau menutup pintu itu. Jika tuan Muda Aiden mau, orang - orang nya  bisa saja memaksa mu keluar setelah mendobrak pintu itu. Tapi tuan Muda Aiden ingin hal ini dibicarakan baik-baik, nona." Rery berusaha bernegosiasi dengan Gwen

"Nona Gwen, bagaimana? Kau setuju kan dengan apa yang aku katakan?" tanya Rery lagi.

"Benar juga! Dia bisa masuk dengan cara mendobrak!! Hmmm bagaimana ini?" Gwen pun langsung memutar otak nya.

"Tidak bisa dengan cara keras maka lakukan dengan cara sebaliknya." Ujar nya dalam hati.

"Ehem... Dengarkan aku. Aku Gwen sesungguhnya juga tidak ingin tinggal satu atap dengan tuan Muda Aiden. Namun sayang nya, aku ini hanya lah seekor kelinci kecil yang lemah. Aku tidak bisa membantah apa yang telah diperintahkan pada ku. Nyonya Danieta membawa ku ke tempat ini. Kalau aku pergi dari tempat ini maka aku akan bermasalah dengan banyak orang. Mulai dari anggota keluarga Gavin hingga anggota keluarga Meteo. Jadi mohon maafkan Gwen yang lemah ini tuan muda Aiden, Gwen tidak bisa meninggalkan kamar mu. Lebih baikk Gwen berurusan dengan tuan Muda Aiden saja dari pada berurusan dengan dua keluarga besar itu."Jawab Gwen dari dalam.

"Kira-kira strategi ku ini sudah benar belum ya?" gumam Gwen dalam hati sambil menunggu jawaban dari Aiden.

"Kelinci yang lemah? Yang benar saja! Dia itu bukan kelinci yang lemah, tapi kelinci rabies!" Gumam Aiden dalam hati. "Jadi kau mau memerankan wanita lemah ya Gwen? Baiklah! Mari kita lihat, sampai kapan kau sanggup satu kamar dengan ku."

Aiden pun membisikan sesuatu Rery. Dan tidak lama kemudian, Rery pun menggangguk.

Rery melihat kembali ke arah pintu dan mengetuk pintu kembali. "Nona Gwen, tuan Muda Aiden  barusan mengatakan, kalau dia setuju harus berbagi kamar dengan mu. Tapi tuan Muda Aiden memiliki sebuah syarat?" ujar Rery.

"Syarat?" seru Gwen dalam hati."Pasti syaratnya adalah aku tidak boleh tidur di atas tempat tidur nya. Sungguh syarat standar ceo-ceo dingin di semua novel yang aku baca! Tidak kreatif sekali."  Gwen sudah menebak syarat yang akan di ajukan oleh Aiden.

"Kalau syaratnya tidak satu tempat tidur dengan tuan Muda Aiden, Gwen setuju! Tapi kalau Gwen harus tidur di lantai beralaskan selimut ataupun Gwen harus tidur di atas sofa,  mohon maaf Gwen yang lemah ini tidak bisa tuan Muda Aiden. Gwen harap tuan Muda bisa memaklumi hal ini. Gwen masih muda. Gwen perlu tidur yang berkualitas agar wajah dan umur Gwen tetap sinkron satu dengan lain nya. Gwen tidak ingin wajah Gwen terlihat lebih tua karena Gwen tidak tidur dengan nyenyak."

Gwen sendiri rasa nya mau muntah mendengar perkataan nya sendiri. Bisa-bisa nya dia yang selalu menggunakan kata AKU harus merubah nya menjadi Gwen. Tapi biar saja lah untuk saat ini, hitung-hitung supaya stategi nya berjalan lancar.

"Ternyata memang benar, dia adalah wanita yang pintar." Gumam Aiden dalam hati.

"Nona Gwen  -" Rery yang tadi nya ingin melanjutkan negosiasi nya dengan Gwen terpaksa berhenti karena Aiden mengangkat tangan nya.

"Nona Gwen, aku tahu kau adalah wanita yang cerdas. Dan aku, Aiden juga tidak ingin menyusahkan mu. Jika kau ingin tetap satu kamar dengan ku, baiklah. Aku tidak keberatan. Aku tidak akan menyuruh mu untuk tidur di lantai ataupun di atas sofa, secara di kamar ku juga tidak ada sofa. Kau perhatikan saja sendiri." Ujar Aiden.

Mendengar ucapan Aiden, mata Gwen pun reflek melihat ke seluruh ruangan. Dan benar saja. Tidak ada sofa di dalam kamar nya Aiden ini. Hanya ada dua kursi Jati yang sangat tidak mungkin untuk dijadikan sebagai tempat tidur. "Ternyata, hayalan ku saja yang terlalu tinggi." Ujar nya dalam hati.

"Jadi seperti apa kesepakatan yang kau tawarkan pada ku, tuan Muda Aiden?" tanya Gwen.

"Kita bagi dua ruangan itu. Untuk wilayah mu nanti aku akan minta pelayan membawakan tempat tidur santai tapi mungkin tidak akan seperti tempat tidur ku, karena aku tidak ingin orang-orang yang masuk ke dalam kamar kita jadi bertanya-tanya kenapa ada dua tempat tidur di dalam kamar. Tapi kalau hanya tempat tidur santai maka aku rasa itu tidak akan membuat orang-orang curiga. Paling tidak, kau tidak harus tidur di lantai ataupun di sofa yang sempit." tawar Aiden.

"Sebuah usulan yang cukup adil." ujar Gwen."Lalu bagaimana dengan pembagian wilayahnya?"

"Untuk pembagian wilayah, mulai dari rak buku yang menempel di dinding hingga ranjang ku, itu adalah wilayahku. Selebih nya adalah wilayah mu. Sedangkan kamar mandi adalah zona netral. Kau dan aku sama-sama bisa menggunakannya.

Gwen pun langsung melemparkan lagi pandangan nya ke seluruh bagian kamar Aiden. "Apa dia tidak salah?" gumam Gwen.

"Tadi dia mengatakan wilayah nya mulai dari rak buku yang menempel di dinding hingga ranjang nya. Sedangkan selebih nya adalah wilayah ku? Kalau begitu, artinya wilayah nya lebih kecil dari wilayah ku?"

Untuk memastikan hal itu, Gwen pun bahkan sampai berjalan di dalam kamar Aiden. Dia menggungkan langkah kaki nya, untuk memastikan luas ukuran kedua wilayah nya dan wilayah nya Aiden." Aneh? kenapa wilayah ku lebih luas dari wilayahnya?"

"Apa kau sudah selesai menghitung luas wilayah mu dan wilayah ku Gwen?" ujar Aiden dari luar.

"Dari mana dia tahu kalau aku barusan mengukur luas wilayah ku dan luas wilayahnya?" seru Gwen, kaget.

"Tidak perlu kaget seperti itu." Sambung Aiden lagi. Dan sekali lagi, itu pun membuat Gwen tersentak kaget lagi.

"Apa pintu ini tembus pandang?" seru Gwen langsung meraba pintu masuk kamar Aiden.Lalu Gwen mundur beberapa langkah ke belakang.

"Gawaat! atau jangan- jangan mata nya yang bisa melihat tembus pandang?" Gwen langsung menutup dada nya dengan kedua tangan nya.

"Kau jangan berpikir aneh- aneh Gwen! Pertama pintu kamar ku ini tidak tembus pandang! Dan kedua aku pun tidak bisa melihat apa yang ada di balik pakaian mu itu. Lagi pula untuk mengetahui apa yang ada di balik pakaian mu itu, seseorang tidak harus memiliki kemampuan tembus pandang, dari tingkat ke dataran nya saja semua orang sudah tahu seperti apa isi nya." ujar Aiden penuh cemoohan.

"What?!! Apa kau bilang??" Gwen yang tersulut emosi nya langsung membuka pintu kamar itu sambil berkacak pinggang di depan Aiden.

"Mata Aiden langsung mengarah ke dada Gwen. Lalu Aiden tersenyum mencemooh. "Ternyata memang benar datar." Ucap nya woles lalu memerintahkan Rery untuk mendorong kursi roda nya masuk ke dalam kamar.

"Kau-?!!" seru Gwen tapi tidak diindahkan oleh Aiden.

"Ayo masuk! Kita lanjutkan lagi negosiasi kita tadi." ucap Aiden.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status