Share

6. Lepaskan gaun itu

Author: Liachuu
last update Last Updated: 2023-06-14 22:58:47

Terkadang, Arletta sama sekali tidak paham kenapa Davian bisa bersikap dingin dan perhatian secara bersamaan. Dan semua itu nyaris membuat Arletta terpesona dibuatnya. Meskipun dengan cepat dia juga berusaha menepisnya. Tidak mungkin dia malah terpesona pada seorang pria yang bahkan memiliki nama wanita lain di dalam hatinya dan bahkan melibatkan Arletta ke dalam sebuah pernikahan yang tidak diinginkan ini.

Arletta juga harus cepat menyadarkan dirinya sendiri. Kalau dia tidak lebih dari seorang pengantin dan juga ibu pengganti. Dia bukanlah seorang gadis yang dipilih untuk benar-benar bisa merasakan rumah tangga yang bahagia.

"Apa Sena sudah tidur?" tanya Davian saat dia baru saja melihat Arletta keluar dari kamar miliknya di sana.

Arletta menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Davian. "Iya, dia sudah tidur di kamar aku," jawabnya. "Apa acaranya sudah selesai?" tanya Arletta pada akhirnya. Dia bertanya karena memang penasaran.

Sebab, sebelumnya Davian mengatakan akan meyelesaikan acaranya. Mengatakan pada Arletta kalau dia tidak perlu melanjutkan acara resepsinya lagi.

Pun begitu, Arletta menghela nafasnya lega saat Davian nampak menganggukkan kepalanya. "Tapi, ada satu hal yang ingin aku bicarakan," ucap Davian kemudian.

Lantas, rasanya helaan nafas yang dilakukan Arletta sebelumnya harus kembali dia tarik lagi. Saat gadis itu juga dengan jelas melihat raut wajah serius yang ditunjukan oleh Davian. Membuatnya menjadi berdebar sendiri bersamaan dengan rasa penasaran yang sudah dia rasakan sekarang.

"B–bicara apa?" tanya Arletta dengan gugup.

"Masuklah, kira bicara di dalam," ucap Davian pada akhirnya.

Pria itu sudah mengisyaratkan Arletta untuk masuk kembali ke dalam kamarnya. Di mana itu jelas membuat Arletta menjadi semakin gugup dibuatnya. Bagaimana tidak? Bagaimana pun ini adalah malam pertamanya dengan pria tersebut. Meskipun mereka sudah sepakat kalau tidak ada sentuhan atau semacamnya dalam pernikahan mereka berdua.

Setelah masuk ke dalam kamar yang sama, Arletta bisa melihat kalau Davian menutup rapat pintunya. Sekali lagi, itu membuat Arletta harus menelan ludahnya dengan susah payah. Menatap Davian di hadapannya dengan begitu gugup bersamaan dengan tangan yang meremat gaun pengantin yang saat ini masih dia kenakan.

"M–mau bicara apa, Tuan?" tanya Arletta sekali lagi saat dia hanya mendapati Davian yang hanya diam seraya menatapnya.

"Biarkan aku tidur bersamamu malam ini," ucap Davian dengan raut wajah yang masih begitu dingin.

Arletta lantas membulatkan matanya. Dia terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh pria yang baru saja menyandang status sebagai suaminya tersebut. "Apa?! Kenapa harus di sini? Maksudku, kenapa harus bersama aku? Memangnya kenapa dengan kamar milikmu, Tuan. Aku—"

Gadis itu tidak dapat melanjutkan kalimatnya. Saat Davian kini sudah melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah Arletta. Langkahnya begitu yakin tanpa keraguan sama sekali. Membuat Arletta juga harus melangkah mundur demi menghindarinya.

Setidaknya, sampai kaki Arletta sudah menyentuh ranjang dan nyaris terjatuh seandainya tangan milik Davian tidak menahan pinggangnya. Walaupun Arletta kini harus merasakan tubuhnya menempel pada pria itu dengan posisi yang begitu dekat. Hingga dia harus mendongak dan menahan nafasnya untuk beberapa saat ketika menatap wajah dingin Davian di sana.

"Kau gugup?" tanya Davian tanpa merasa bersalah sama sekali.

Sungguh, Arletta benar-benar tidak mengerti dengan pria yang ada di depannya ini. Dia pura-pura tidak mengerti atau memang bodoh? Bagaimana mungkin tidak gugup saat seorang pria meminta tinggal di kamar yang sama dengannya? Dengan tambahan, mereka sedang menjalani malam pertama sebagai suami dan istri sekarang! 

"T–tuan, lepaskan aku!" bisik Arletta padanya.

Dia masih ingat kalau Sena masih tertidur di ranjangnya sekarang. Dia tidak mau jika suaranya dapat membangunkan bayi itu.

"Kenapa? Pipi kamu menjadi bersemu merah seperti itu, Arletta," ucap Davian sekali lagi.

Satu alis pria itu sudah terangkat saat menatap Arletta yang masih berada di dalam rangkulannya. Dia menunduk saat perbedaan tinggi mereka berdua kini terlihat cukup jelas.

Sekali lagi Arletta menelan ludahnya dengan susah payah. Kegugupan itu semain menjadi saat dia sama sekali tidak dapat memberontak di dalam rengkuhan tangan Davian. Pria itu terus menahan tubuhnya dan seolah tidak berniat untuk melepaskan gadis itu. Membuat Arletta hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali sembari menatapnya.

"Apa yang mau kamu lakukan, Tuan Davian. Kita sudah sepakat untuk tidak saling menyentuh satu sama lain. Di mana itu berarti tidak ada malam pertama!" ucap Arletta pada akhirnya.

Sebenarnya dia tidak mau mengatakannya secara gamblang. Hanya saja, pria di hadapannya yang membuat dia terpaksa mengatakan hal ini. Kembali memperingatkannya atas apa yang sudah mereka sepakati sebelum melakukan pernikahan ini.

Satu.

Dua.

Tiga...

Davian tertawa.

Lebih tepatnya mungkin terkikik geli setelah mendengar penuturan Arletta di sana. Seolah apa yang dikatakan oleh gadis itu adalah hal lucu yang bisa mengocok perutnya. Bak sebuah komedi di tengah malam.

Untuk kali pertama, Arletta dapat melihat tawa Davian. Tawa dari pria dingin yang sebelumnya selalu berwajah dingin dan datar. Pria yang hanya tersenyum palsu saat berhadapan dengan beberapa tamu pentingnya.

"Kenapa malah tertawa begitu?" tanya Arletta dengan kening yang sudah mengernyit menatap Davian.

Baiklah, dia kembali nyaris terpesona pada sisi lain dari seorang Davian Navileon. Beruntungnya dia segera menarik diri ke dalam kesadarannya sebelum terpesona lebih jauh pada pria menyebalkan nan menyeramkan itu.

"Tidak, lupakan!" Tegas Davian yang segera mengubah raut wajahnya begitu saja.

Ya, seperti dua sisi yang berbeda. Sekarang, Davian telah menghentikan tawanya dengan tiba-tiba dan lantas kembali menunjukan raut wajah datarnya. Di mana tangannya juga sudah terlepas dari pinggang ramping Arletta. Sedikit mendorong tubuh kecil itu untuk menjauh darinya.

Rasanya ingin sekali membuat Arletta mendecak dan memaki tepat di depan wajah tampan itu. Sayangnya, dia masih tidak memiliki nyali sebesar itu untuk melakukannya. Saat dia juga sadar siapa dirinya, dan siapa pria yang ada di hadapannya.

"Baiklah, jadi katakan apa maksudmu tidur di sini bersamaku?" tanya Arletta dengan kedua tangan yang sudah terlipat d depan dada.

Dengan satu alis yang kembali terangkat, Davian menatap Arletta di sana. "Hanya tidur di ruangan yang sama. Bukan berarti aku akan menyentuhmu."

Arletta mengernyit bingung. "Tapi kau baru saja menyentuhku! Jangan lupakan kalau tanganmu itu baru saja merengkuh pinggangku, Tuan Davian!"

"Ekhm!" Davian berdeham saat Arletta berkata demikian.

Ya, dia tidak mencoba membantah untuk yang satu itu. Sebab dia juga sadar sekali kalau dia telah kehilangan kendali dan malah melakukan hal seperti itu pada istrinya tersebut. Lebih tepatnya istri pengganti. "Lupakan itu. Tenang saja, aku tidak berniat sama sekali untuk meminta jatah malam pertama!"

Davian melangkahkan kakinya tanpa merasa bersalah sama sekali. Dengan tenang, pria itu kini telah melepaskan jas yang saat ini tengah dia kenakan. Bersamaan dengan melepas kancing pada lengan kemejanya dan menggulungnya hingga sebatas sikut sebelum akhirnya mengambil tempat untuk terduduk di tepi ranjang, tak jauh dari bayinya yang sedang tertidur.

"Bisa kau pindahkan Sena ke box tidurnya sendiri?" ujar Davian yang melirik ke arah Sena dan box bayi di sudut ruangan secara bergantian.

Hal itu kembali membuat Arletta menatap pria itu heran dibuatnya. "Kenapa harus dipindah? Apa kau mau tidur di atas ranjang yang sama denganku?!"

"Ya, memangnya kau mau aku tidur di box bayi yang kecil itu?" tanya Davian sekali lagi dengan sikap tenangnya.

Arletta memutar bola matanya malas. "Ya, sekalian juga lipat tubuh kamu di sana," gumam Arletta dengan begitu pelan.

"Aku bisa mendengarnya."

Gadis itu kembali mendecak kesal. "Yang benar saja. Kita sudah sepakat untuk—"

"Oh, God! Apa sesulit itu untuk memindahkan bayi ini dan cukup tidur saja?!" Kesal Davian. "Ini tidak seperti aku akan membuatmu mendesah di bawah tubuhku! Aku juga tidak akan pernah menyentuhmu, Arletta! Kau tidak lebih seksi daripada Tiara!"

Arletta membulatkan matanya terkejut. Dia tidak menyangka kalau Davian akan berbicara segamblang itu padanya. Dan lagi, apa dia baru saja dibandingkan dengan wanita lain? Itu benar-benar hal yang paling tidak Arletta sukai!

"Tahu darimana aku tidak seksi?! Aku bisa lebih seksi kalau gaun besar ini sudah terlepas dari tubuhku!" Tegas Arletta saat itu juga dengan kesal.

Dan saat itu juga, kedua mata mereka telah saling bersitatap satu sama lain. Dengan Arletta yang sudah merutuki dirinya dalam hati karena telah mengatakan hal seperti itu.

"Apa secara tidak langsung kau mengatakan padaku untuk melepaskan gaun itu, Arletta?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   24. Bukan istri pengganti lagi

    "Apa kamu sedih saat Ghava tidak lagi menginap di sini?" tanya Davianq tiba-tiba. Hal itu membuat Arletta nyaris terlonjak dan menoleh ke arah Davian di sana. "Apa maksudnya?" Tidak menjawab, Davian hanya terlihat mengangkat kedua bahunya. Dimana Arletta hanya bisa melihat ketidakramahan Davian di sana. Apa, pria itu cemburu? Rasanya tidak mungkin kalau pria itu cemburu padanya. Karena sejak awal, mereka ini menikah hanya karena keadaan saja. Tidak benar-benar menikah karena ingin menikah dan saling mencintai. Arletta menikah dengan Davian karena paksaan pria itu, dan begitu pun sebaliknya. Davian menikahi Arletta tidak lebih dari meminta pertanggung jawaban wanita itu karena dia harus kehilangan Tiara. Menjadikan Arletta sebagai istri penggantinya dan mengurus bayinya bersama Tiara. Maka sekarang Arletta lebih memilih untuk menyingkirkan perasaan itu. Dia tidak bisa kalau harus berpikir kemustahilan tersebut. Teramat tidak mungkin untuk Arletta. "Aku merindukan Sena," gum

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   23. Kecemburuan

    Arletta tidak begitu yakin apakah dia memang harus berteman dengan Ghava atau tidak. Dia tidak begitu yakin akankah dia memang bisa melakukannya. Saat kenyataannya, dia itu adalah pria yang pernah dia sukai. Pria yang pernah menyita perhatian Arletta selama beberapa tahun. Meski begitu, Arletta juga hanya bisa menganggukkan kepalanya untuk merespon apa yang dikatakan oleh pria itu. Rasanya akan terlalu tak enak kalau dia menolaknya. Bagaimana pun, pasti niat Ghava juga baik. Agar mereka tidak lagi merasa canggung satu sama lain, saat Ghava adalah merupakan salah satu keluarga dekat Davian, suaminya. Jadi, mungkin tidak akan menjadi masalah kalau Arletta mencoba menerima permintaan Ghava untuk berteman di sana dan melupakan apa pun yang pernah terjadi di antara mereka berdua. "Davian pergi kemana?" tanya Arletta kemudian. Ya, dia mencoba mengalihkan pembicaraan mereka sekarang. "Entahlah, katanya dia harus menemui temannya. Mungkin dia juga akan segera kembali," jawab Ghava k

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   22. Berteman?

    "Jangan melewati batas yang lebih jauh! Sena juga masih kecil, kamu juga harus ingat kalau pernikahan kita cuma sementara. Aku tidak mau hamil, aku masih mau melanjutkan sekolahku!" Tegas Arletta yang sudah memegang perutnya sendiri. Davian langsung menoleh ke arah Arletta saat gadis itu berkata demikian. Dia juga melihat Arletta yang sedang meremat perutnya sendiri. Seolah gadis itu sudah merasa ngilu sebelum dia benar-benar membuatnya hamil. Tapi, jelas Davian juga tidak akan pernah menghamilinya. Dia jelas tidak pernah sekali pun memiliki pikirannya yang seperti itu. Tidak pernah sekali pun terlintas di dalam pikirannya untuk membuat Arletta hamil di sana. Gila saja kalau dia benar-benar membuat gadis itu hamil. Pasti semuanya akan semakin merepotkan. "Jangan terlalu percaya diri. Aku juga tidak akan melakukannya," ucap Davian kemudian dengan begitu yakin. Di mana setelahnya, Davian langsung berjalan untuk memasukan obat yang berada di tangannya itu ke dalam tempat sampah yang

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   21. Penyubur kandungan

    Melipat kedua tangannya di depan dada, sekarang Arletta tengah menatap pria yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Dia menatap Davia yang baru saja mengatakan pada Arletta untuk tidur lagi dan memberikan beberapa obat-obatan yang sudah diberikan padanya. Meski begitu, Arletta sekarang lebih memilih untuk tetap terdiam menatap Davia yang berdiri tak jauh dati sofa yang saat ini tengah dia duduki. Memperhatikan saat pria itu tengah berbicara dengan seseorang di seberang telfonnya. "Baiklah, kabari aku lagi kalau kalian sudah selesai," ucap Davian sebelum akhirnya mengakhiri panggilan tersebut. Dimana dia juga lantas kembali menyimpan ponselnya pada saku celana yang dia kenakan saat ini. Davian juga sudah menoleh pada gadis yang masih saja melipat kedua tangannya di depan dada. Dengan sorot mata gadis itu yang menatapnya dengan lekat, seolah penuh tanya. Bahkan, Selatan juga yakin setelah ini Arletta memang akan melayangkan beberapa pertanyaan pada dirinya. "Bukankah sudah a

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   20. Pikiran liar

    Apa yang dikatakan Ghava semalam membuat Arletta benar-benar terus memikirkan hal itu. Dia benar-benar tidak mengerti sepenuhnya akan apa yang pria itu katakan padanya, akan tetapi, dia juga tidak berniat bertanya padanya secara langsung. Sebab, entah kenapa Arletta malah merasa takut jika dia mengetahui apa yang sebenarnya dimaksud oleh Ghava.Untuk itu, Arletta juga lebih memilih untuk melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Ghava begitu saja setelah dia berkata demikian. Tanpa bicara apa pun lagi, Arletta lebih memilih melarikan diri. Tanpa dia memikirkan tentang pagi ini dimana dia harus kembali berhadapan dengan Ghava."Ayo keluar, Ghava mungkin sudah bangun juga. Kita harus sarapan," ucap Davian yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaiannya yang sudah rapi.Arletta menoleh ke arahnya. Dia menatap Davian dengan cukup ragu. "Apa hari ini kau mau membantu Ghava?" tanya Arletta kemudian.Davian menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa?"

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   19. Nostalgia

    "Kalian saling mengenal bukan?" tanya Davian. Membuat Arletta menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan. "Kalau begitu, sedekat apa kalian dulu? Karena sepertinya, Ghava memang terlihat senang sekali saat bertemu dengan kamu."Seharusnya pertanyaan yang diberikan oleh Davian adalah pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Akan tetapi, entah kenapa Arletta kesulitan untuk menjawabnya. Entah apa yang harus dia katakan pada pria itu. Dia terlalu bingungkan apakah memang harus mengatakan semuanya dengan benar atau tidak. Meski begitu, Davian kini menatapnya dengan begitu lekat. Sorot matanya menajam dengan raut wajah yang terlihat begitu dingin. Semua itu jelas membuat Arletta jadi semakin gugup dibuatnya."Sebenarnya ... Ghava itu, dia pria yang aku suka saat di sekolah dulu," jawab Arletta pada akhirnya. Ya, dia mengatakannya. Dia mengatakan yang sesungguhnya pada Davian. Sebab, Arletta merasa jika dia tidak haru mengatakan sebuah kebohongan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status