Share

BAB.4 Pengganti

Penulis: Han Hyo Joo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-21 00:12:15

Ucapan Hanna sontak membuat Melissa melongo. 

‘Kamar Erlangga?’ 

Namun, Melissa tidak bisa berbuat apa-apa karena semua bertingkah seperti biasa.

“Ah ayo! Mari beristirahat!” ucap Aira mengalihkan kebingungan Melissa.

Semua orang tampaknya setuju dengan ucapan Hanna. 

Setelah drama pernikahan hari ini, mereka semua butuh istirahat yang panjang. 

Tapi, Melissa tak langsung beristirahat. Ia meminta izin pada Erlangga untuk pergi ke paviliun belakang –rumah keluarga Melissa– untuk mengambil beberapa barang di kamarnya.

Lagi pula, dia masih terkejut dengan status kepindahannya ke kamar Erlangga.

Akan jadi apa dia bila hanya berduaan saja dengan Erlangga?

“Ya, Tuhan!” lirih Melissa yang sudah berganti pakaian menjadi baju rumahan.

Gaun pernikahan milik Marrisa sudah dia lipat dengan rapi.

Rasanya seperti mimpi ketika ia menatap gaun indah tersebut. Benarkah dia sudah menikah dengan calon suami kakaknya sendiri?

Melissa pun berdiam lama di dalam kamarnya tanpa melakukan apa pun.

Dia hanya sedang memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah ini. 

“Apakah aku harus berperan menjadi menantu yang baik dan istri yang berbakti pada suami? Atau … dia bisa memilih menjadi Melissa kedua dengan memilih pergi meninggalkan Erlangga?

Tok … Tok … Tok!

“Melissa?” panggil Andy–Ayah Melissa–setelah mengetuk pintu.

“Iya, Ayah?” balas Melissa segera dan membuka pintu kamarnya.

Di sana, ayahnya menatapnya sendu, sama seperti tatapan yang dilakukannya di altar tadi.

“Kau sedang apa? Ini sudah larut, kau tidak mungkin tidur di sini,” ucap Andy, lembut.

“Baik, ayah.”

“Oh iya, suamimu sudah menunggu lama di kamarnya, Nak” ucap Andy mencoba menggoda putrinya.

“Aisshh jangan begitu…”

“Baik… baik,” ucap Andy. Kemudian pria itu kembali menatap Melissa dengan sendu kembali. 

“Maafkan Ayah tak bisa memberikan jalan keluar terbaik untuk semua ini.” 

Melissa hanya tersenyum lemah. Dia tak bisa menyalahkan ayahnya meski dia sempat berharap sang ayah akan berada di pihaknya saat ibunya memaksanya untuk menikah dengan Erlangga. 

“Sudahlah, yah. Semua sudah terjadi,” ucap Melissa tenang. Nyatanya, dia sekarang memang harus menjalani pernikahan konyol dengan Erlangga.

“Jangan membenci Ayah, Nak. Keluarga Tuan Erlangga sudah banyak menolong hidup Ayah jadi–” 

“–Ssst … sudahlah, Ayah! Aku mengerti,” potong Melissa, berusaha menenangkan ayahnya.

“Kau memang putri kesayangan Ayah,” ucap Andy lalu memeluk Melissa dengan sayang.

“Baiklah, yah. Aku harus kembali. Suamiku sudah menunggu,” ucap Melissa dengan candaan. 

Sejujurnya, dia tak ingin berlama-lama bersama ayahnya karena dia takut akan menangis tersedu-sedu.

Dia tahu ayahnya berada di posisi terjepit, sehingga tak bisa menolongnya untuk lolos dari pernikahan ini.

“Hmm, kembalilah,” ucap Andy.

Melissa melepas pelukan ayahnya lalu segera bergegas menuju pintu keluar.

Dia tak melihat ibunya di mana-mana, lagi pula dia sedang tak ingin bertemu dengan wanita itu.

Ibunya bukan sosok yang akan menenangkan hatinya saat ini.

Namun ketika Melissa menutup pintu rumahnya, dia dikagetkan dengan sosok ibunya yang tengah berdiri di teras rumah.

Wajah wanita itu tampak linglung seolah banyak sekali hal yang sedang mengganggu pikirannya.

“Ibu?” panggil Melissa.

Wanita paruh baya itu membalikkan tubuhnya dan menatap Melissa dengan pandangan kosong.

Tatapannya beralih pada gaun pernikahan di tangan Melissa.

Melissa menangkap kesedihan di wajah ibunya. Wanita itu pasti sedang memikirkan Marrisa saat ini.

“Aku kembali dulu ke rumah keluarga Erlangga, Bu,” ucap Melissa.

“Jangan menjadi Marrisa,” ucap Ibu Melissa tiba-tiba.

“Apa maksud Ibu?” tanya Melissa bingung.

“Erlangga milik Marrisa. Mereka saling mencintai. Kau tidak boleh menjadi Marrisa. Jangan mengambil Erlangga dari Marrisa. Ibu yakin Marrisa akan kembali.” 

Deg!

Ucapan sang Ibu memancing kemarahan yang sejak tadi dipendamnya.

“Bukankah Ibu yang menyuruhku menjadi pengganti Marrisa?” tanya Melissa balik.

“Tapi, bukan berarti kau merebut posisinya. Dia tetaplah pengantin Erlangga.” 

Siapa yang mau merebut posisi Marrisa? Rasanya, Melissa ingin berteriak bahwa dia tidak tidak mau menjalani semua ini. Dia mencintai kekasihnya juga. 

“Ibu, tolong dengarkan aku! Erlangga menginginkan pernikahan yang sesungguhnya, tak peduli bersamaku atau Marissa. Dia akan menjalani pernikahan dengan sungguh-sungguh. Bisakah kau membayangkan bagaimana rasanya jadi aku?” ucap Melissa menahan emosi.

Dia luar biasa kesal dengan sikap ibunya. Mengapa di saat seperti ini ibunya justru lebih mencemaskan Marissa daripada dirinya? Di sini, dia berkorban untuk keluarga. Namun, mengapa ibunya lebih mencemaskan “anak kesayangannya” itu?

“Kau bisa menikmati semua kemewahan ini, sementara Marissa tidak ada. Jadi, jangan rebut tempat Marissa. Ibu yakin dia pasti punya alasan dibalik kepergiannya,” ucap ibu Melissa–bersikeras dengan pendiriannya.

“Kalau begitu, suruh aku pergi sekarang maka aku akan pergi! Aku tidak akan mengambil tempat Marrisa, Bu.” 

“Kau?!” Suara sang Ibu meninggi, “Jangan berani-beraninya kau pergi, Melissa. Keluarga Erlangga sudah sangat baik pada kita. Kau, aku, ayahmu, dan Marrisa berhutang banyak pada mereka. Bahkan, kalian disekolahkan sampai sukses!” 

“Menyekolahkan? Jika yang dimaksud Marrisa, itu mungkin, Bu. Semua biaya pendidikan kami dari keluarga Erlangga hanya Ibu berikan pada Marissa. Ibu mengarahkanku pada sekolah kejuruan supaya aku tak perlu berkuliah dan langsung bekerja.”

“Marissa yang Ibu sekolahkan untuk menjadi seorang Fashion Designer yang sangat sukses–”

PLAKKK!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nyaprut
ibu ga tau diri bisa bisa nya membedakan kasih sayang apa lagi kembar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh   BAB. 124

    Dan apa yang dikatakan oleh seseorang tak dikenal itu masuk ke gendang telinganya. Dikta menyisir semua orang yang ada di sekitarnya saat ini. Matanya tertuju pada salah satu spot di mana sosok itu berada. Ya, dia mendapati sosok yang tak dikenal masuk dikerumunannya. Terlihat seringai senyum puasnya itu terulas di mukanya. Ia menggunakan pakaian serba hitam. Sayangnya, Dikta tak bisa melihat sorot mata yang tertutup oleh bayangan topi yang dikenakannya. Tak hanya dia yang puas, melainkan sosok mereka yang ada disitu pun ikut merayakan kekalahan Dikta. Ya, walaupun sementara mereka sangat yakin itu bisa menjadi peringatan agar Dikta bisa mundur dari jabatannya. Agaknya dalam hati mereka masing-masing silih berganti menghina Dikta. Atau mungkin ada yang menertawakan Dikta juga. Entahlah, pikiran Dikta berkecamuk. Bukan karena masalah diseret tapi siapa lagi yang bermain drama dengannya saat ini. Perlahan namun pasti Dikta meninggalkan kantor utamanya dengan tangan diborgol. Keluar

  • Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh   BAB. 123

    Dan apa yang dikatakan oleh seseorang tak dikenal itu masuk ke gendang telinganya. Dikta menyisir semua orang yang ada di sekitarnya saat ini. Ia mendapati sosok yang tak dikenal masuk dikerumunan. Terlihat seringai senyum puasnya itu terulas di mukanya. Mereka sangat puas melihat Dikta, yang diseret paksa bak tersangka sesungguhnya. Agaknya Dikta berat sekali melangkahkan kakinya. Hanya saja Dikta tak bisa menangkapnya dengan jelas, karena polisi lebih dulu menyuruh Dikta untuk masuk ke dalam mobilnya. Sepanjang perjalanan Dikta benar-benar pasrah. Bahkan ia tak berbicara sepatah kata apapun. Diam. Dan mengikuti alur mereka inginnya seperti apa. Namun di balik diamnya Dikta, ia terus mengamati sosok itu dari belakang. Mengingat kembali semua yang dikatakan oleh mereka. Harap-harap ada klu yang menyudutkan pada sosok tersangka. Dikta juga masih ingat siapa saja yang ikut andil di dalam sana. Sehingga Dikta bertekad akan kebebasannya akan menelusuri siapa mereka. Apakah benar yang

  • Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh   BAB. 122

    Tampak nafas pria itu benar-benar tersenggal. Kentara sekali ia sangat kelelahan agaknya. "Ada apa? Minum dulu!" sosor Dikta seiring memberikan segelas air minum. Mengambil dan meneguk airnya dengan rasa tamak. Agaknya ia sangat kelelahan. Baik Sierra maupun Dikta masih menunggu apa yang ingin dikatakan olehnya itu. "Ada apa?" Hosh! Hosh! "Anu, Pak. Itu kantor—" Mata Dikta membulat sempurna mendengarkan hal itu. Kini tatapannya mulai menatap lekat untuk membenarkan rasa jujurnya itu. Sehingga batin Dikta dili seperti sudah dikejar seseorang. Memperhatikan keadaan kamar di manan Sierra berada. Dikta berusaha mencerna kembali 11 "Pak gawat kantor kena sidik oleh pihak terkait dan investor!" sosornya terburu-buru. "Jangan bercanda! Ini tidak lucu!" sanggah Dikta geram. Menelan salivanya kuat-kuat. Sierra hanya bisa menatapnya datar. Karena hal ini sering terjadi. Sierra hanya busa menonton kejadian klasik ini. Ia yakin Dikta pasti terkejut akan apa yang terjadi. Walaupun Sierr

  • Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh   BAB. 121

    Mengangguk. Ia ingin merangkul Sierra, hanya saja lengannya benar-benar tak kuasa menahan nyeri karena luka itu. Ditambah Dikta dihantam berkali-kali saat melawan Sony yang membuat salah satu tangannya kebas.“DIKTA TANGANMU TERLUKA! PAK CEPAT KE RUMAH SAKIT!”Sang pengawal pun langsung menginjak pedal gasnya begitu saja. Sierra benar-benar panik akan apa yang terjadi. Dikta hanya terkekeh melihat tingkah Sierra yang terlalu berlebihan ini. Padahal lukanya tak seberapa dengan rasa khawatirnya itu.Sesampainya di rumah sakit, malah bukan Dikta yang dilarikan untuk di tangani. Tapi malah Sierra yang dilarikan ke ruang UGD. Dikta memboyong tubuh wanita yang merintih kesakitan itu.“Sus, tolong!”Dengan sigap para perawat itu membawa Sierra berlalu menuju ruang UGD. Dikta hanya bisa menunggunya di depan ruangan dengan harap-harap cemas. Ia tak peduli lagi dengan rasa sakit yang diembannya saat ini.Ya, perjalanan yang cukup terjal dari tempat kejadian membuat Sierra mengalami pendarahan d

  • Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh   BAB. 120

    Tapi Bella malah menarik paksa pria itu dalam pelukannya. Pelukan yang selama ini ia elu-elukan setiap malam. Jujur saja, Bella sangat merindukan Dikta kala ini. Ya, dia sangat menginginkan Dikta kembali dalam pelukannya. Kembali merajut dunia yang telah lama hilang. Ternyata Bella baru menyadari, jika Diktalah yang berhasil membangun dunianya terasa megah. Atau bisa dikatakan hanya Dikta yang bisa mengerti segala keinginannya. Bukan Noah maupun kedua orangtuanya. Bahkan bisa dikatakan jika Diktalah yang berhasil membuatnya menjadi istri yang layak. Dia berhasil mengagungkan Bella dengan segala perjuangannya yang tulus itu. Dan tak pernah Bella temukan pada Noah hingga saat ini. Andai saja waktu bisa diputar kembali, mungkin Bella takan pernah melakukan itu. Dan mungkin saja anaknya masih hidup sampai saat ini kan?Dikta menepis segala rayuan Bella yang mulai menjalari tubuhnya. Sungguhpun, Dikta jijik dan muak sekali. “Bella! Lepaskan! Kenapa kau mau menjadi jalang seperti ini,

  • Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh   BAB. 119

    Dari root top bangunan di seberang jalan, tepatnya di seberang kosan Sony, seorang pria mengawasi Sony yang sedang dikepung oleh Dikta dan pengawalnya.Pria itu sudah siap dengan senapan laras panjangnya, bersiap membidik target. Saat itu Dikta menanyai Sony, tapi dia diam ... tidak mau berkata jujur. Setelah dihajarpun Sony ditanya kembali oleh Dikta. “Sekarang!” perintah wanita dari telepon, kepada pria yang menggunakan penutup kepala dengan earpiece di telinganya. Dan ... DOR! Dikta dan ketiga pengawal terkejut, mereka menoleh sekeliling dan mencari sumber suara. Setelah beberapa menit barulah Dikta tahu, seseorang mencoba lari dari rooftop rumah di seberang kostan yang ditinggali oleh Sony. “Di sana! Tangkap!” perintah Dikta menunjuk ke bangunan di seberang kostan, dua pengawal langsung bergerak untuk mengejar penembak Sony. “Urus mayatnya,” titah Dikta pada dua pengawal yang sedari awal memegangi tubuh Sony, dan sekarang dua pengawal itu sedikit gemetar yang mereka

  • Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh   BAB. 118

    Satu persatu masalah menghampiri Dikta, hampir tak berkesudahan, satu masalah selesai satu lagi muncul. Dia hampir gila, merasa ingin menyerah saat ini karena salah satu dari masalah tersebut adalah Sierra. Istrinya itu adalah kekuatannya, harta yang ia punya satu-satunya. Sedang mengandung buah hati mereka, tapi karena termakan hasutan orang dia lebih memilih pergi meninggalkannya. Dikta tidak tahu harus mencari Sierra ke mana. Ponselnya juga tak aktif, tidak bisa dihubungi sama sekali. Dikta juga tak mendapati istrinya ada di rumah kakeknya. Dia tak tahu apakah ada tempat tinggal Sierra yang lain atau istrinya itu hanya tidur di hotel. Dikta akhirnya membiarkan istrinya itu menenangkan diri dan dia berjanji akan mengurus masalahnya supaya cepat selesai. Pagi ini Dikta pergi ke kantor seperti biasanya, hari ini kakek sudah bilang tidak akan mampir ke kantornya, kakek membantu Dikta mencarikan investor baru untuk perusahaan yang dipimpin oleh Dikta itu, pria itu bersyukur sekali.

  • Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh   BAB. 117

    Dikta menerima telepon dari kakek Sierra, menyuruhnya untuk segera datang ke rumah orangtua Bella. “Aku ada di apartemen, Kek,” ucap Dikta, dia seketika teringat amanah dari ayah Bella yang merupakan mertuanya dulu. “Kau harus bawa mayatku juga istriku. Tolong kebumikan kami dengan layak. Aku yakin hidupku sudah tak bisa bertahan lebih lama lagi,” ucap ayah Bella sesaat sebelum dia tewas karena peluru yang bersarang di kepalanya. Dikta tak bisa untuk tidak sedih, marah dan kecewa, perasaan itu campur aduk di dalam hatinya sekarang. Karena sudah ditunggu oleh kakek, dia segera turun dan menuju ke rumah Bella lagi. Beberapa menit kemudian Dikta sampai di kediaman orangtua Bella, bunga duka sudah berjejer rapi di depan gerbang rumah, banyak mobil yang juga berderet-deret memenuhi tepi jalan. Dikta memarkirkan mobilnya, agak jauh dari kediaman mantan mertuanya itu. Dia turun kemudian melangkah masuk ke sana, orang-orang sudah datang untuk melawat. Dikta melihat ada Bella di sana y

  • Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh   BAB. 116

    Dikta terperangah, dia membelakakkan matanya sekarang. Kedua mantan mertuanya itu terkapar, dan malangnya di depan matanya ayah mertuanya dihabisi begitu saja. Dikta yang geram berusaha mengejar siapa penembak yang bersembunyi di gudang tadi. Dikta berlari kencang, melawan rasa sakit kepalanya akibat hantaman tongkat baseball yang mengenai kepalanya. Pria itu kabur, melesat dengan cepat berlari dari arah gudang ke depan. Dari belakang Dikta menyusul berlari kencang, seperti mengenal sosok tersebut, dia mempercepat langkah kemudian menarik jaket hitam yang dikenakan pria yang akan kabur itu. Dikta menarik dengan kedua tangannya hingga pria itu terjerembab. Pria itu menggunakan pakaian serba hitam yakni pakaian serba hitam, sepatu hitam, bertopi hitam, masker hitam dan tak lupa kedua tangannya menggunakan sarung tangan. Dikta menarik masker dan topi pria itu, membuangnya asal, dan ketika semuanya terlepas pria itu tertawa. “Hahaha ... Sudah pas bukan waktunya?” ujar Noah, dia seakan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status