Share

BAB.8 Rahasia Rio

Rumah Keluarga Erlangga [09:00 AM]

Erlangga sedang berada di ruangan kerjanya dan memeriksa berkas-berkas perusahaan.

Ayahnya sudah berangkat ke perusahaan sejak satu jam yang lalu dan sang ibu sedang berada di salah satu butik milik keluarga. 

Mia sudah berangkat kuliah entah sejak pukul berapa dan Melissa sejak subuh tak terlihat di mana-mana, gadis itu tampaknya sudah berangkat kerja.

Dia hanya meninggalkan sebuah notes kecil di atas buku yang semalam Erlangga baca. Isinya mengatakan bahwa ia akan kembali nanti sore. Entahlah, seakan ada yang disembunyikannya. Kemarin, Melissa juga tidak menjawab dengan pasti mengapa ingin bertemu mendadak.

Tok Tok Tok!

Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas Erlangga. Pria itu langsung menutup berkas yang sedang ia periksa. 

“Masuk,” ucapnya singkat.

“Permisi, Tuan Erlangga, Tuan Rio ingin berbicara dengan anda,” ucap seorang pelayan pada Erlangga.

“Ya, suruh dia masuk.”

Pintu terbuka dan menampakkan Rio yang berjalan masuk ke dalam ruangan Erlangga.

Tak ada rona keramahan seperti biasanya, yang ada hanya tatapan serius dan tajam seolah ia sudah tak sabar ingin berbicara dengan Erlangga.

Selain itu, ada sebuah kegelisahan yang kentara sekali.

“Pagi, Pak Erlangga,” ucap Rio berbasa-basi.

Erlangga hanya menganggukkan kepalanya, ditegakkan tubuhnya pada kursi kerjanya seolah ia sudah siap menerima kunjungan Rio pagi ini.

“Biar aku tebak, pagi-pagi sekali kau datang ke sini pasti ingin membicarakan mengenai pernikahanku dan Melissa, benar?” tanya Erlangga dengan suara tenang.

“….” Rio hanya diam tak membalas pertanyaan Erlangga.

“Duduklah dulu,” ucap Erlangga.

Rio menarik kursi lalu duduk dengan tenang. Pria itu menatap Erlangga dengan serius. Erlangga membalas tatapan Rio dengan tenang.

“Kenapa kau harus menikah dengan Melissa?” tanya Rio.

“Tak ada alasan lain selain untuk menyelamatkan keluarga kami dari rasa malu,” balas Erlangga.

“Aku melihat kehidupan Melissa semakin penuh dengan tekanan. Aku tidak bisa membiarkan dia hidup seperti itu terus-menerus,” ucap Rio langsung tanpa berbasa-basi.

“Kau ingin menyalahkanku atas apa yang sudah terjadi?” 

“Pak Erlangga, kau membuat dia menggantikan posisi Marissa. Itu tidak adil! Kau tahu dia kekasihku–sepupumu sendiri.” 

Erlangga tersenyum miring lalu memajukan tubuhnya dan menatap Rio dengan tajam. “Sekarang aku bertanya padamu, mengapa kau membantu Marissa untuk kabur?”

Rio membulatkan matanya terkejut mendengar pertanyaan Erlangga.

Dia tak menyangka sama sekali Erlangga akan bertanya seperti itu. Ternyata, Erlangga sudah tahu segalanya.

“Tidak seperti itu tepatnya. Aku tidak membantu Marissa kabur dengan sengaja–”

“Sama saja, kau membantu dia pergi di hari pernikahan kami,” balas Erlangga dengan tenang.

“Dia menyuruhku mencari mobil untuk temannya. Aku tidak tahu kalau mobil itu digunakan untuk melarikan diri, Erlangga,” ucap Rio membela diri.

Dia tahu dia bersalah, tetapi dia tak sepenuhnya berniat membantu Marissa pergi. Memang, wanita itu saja yang sudah memiliki niat untuk pergi.

“Ya. Walaupun kejadian sesungguhnya seperti itu, tetapi semua sudah terjadi. Faktanya, adalah kau ikut andil membantu calon istriku pergi.” 

“Jadi, kau menggunakan Melissa untuk menebus segalanya? Dia bahkan tidak tahu apa-apa, Erlangga,” ucap Rio menahan marah. Tangan pria itu bahkan sudah mengepal keras.

Namun, Erlangga tetap tidak menunjukkan perubahan ekspresi.

“Tidak ada orang lain yang bisa menyelamatkan kerusakan yang akan terjadi hari itu, Rio. Hanya Melissa yang bisa. Lagi pula, aku hanya menyelamatkan nama baik kita semua. Aku tak ingin apa yang sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari menjadi sia-sia lalu kemudian membuat malu keluargaku dan keluarga Melissa.”

“Mungkin nama baikmu dan keluargamu saja, Erlangga. Kau sungguh egois!” ucap Rio penuh penekanan.

“Semua yang terjadi hingga saat ini sudah tepat. Aku tidak ingin repot-repot menjelaskan pada semua orang mengenai kekacauan yang terjadi di hari pernikahanku–”

“--dan memilih mengacaukan kehidupan orang lain? Hanya karena mereka adalah saudari kembar, bukan berarti salah satu harus bertanggung jawab untuk memperbaiki sebuah kerusakan,” potong Rio mulai emosi.

Erlangga tidak tahu sepahit apa hidup Melissa selama ini. Gadis itu sudah cukup berkorban untuk seluruh kehidupannya karena Marissa. Lalu, pria itu menyuruh Melissa berkorban lagi?

“Kau tenang saja, bukan hanya Melissa yang dirugikan di sini. Aku juga sangat dirugikan,” ucap Erlangga, santai.

Rio menghela nafas kasar.

“Kau sungguh egois, Erlangga. Melissa sudah sangat berkorban banyak untuk Marissa. Dia merelakan pendidikan dan cita-citanya lenyap begitu saja, sekarang bahkan untuk satu hal penting dalam hidupnya, dia juga harus berkorban? Tolong pikirkan sekali lagi Erlangga–”

“--Lalu, aku harus menceraikan Melissa? Itu tidak mungkin! Ini adalah sebuah pernikahan yang sudah terjadi. Dia adalah istriku yang sah di mata Tuhan dan Hukum. Mungkin, kau yang sebaiknya berpikir kembali untuk melanjutkan hubunganmu dengannya,” ucap Erlangga dingin.

Rio lantas berdiri dari kursi tempatnya duduk.

Dia tak mengerti dengan jalan pikiran Erlangga.

Mengapa Erlangga begitu teguh mempertahankan pernikahannya dengan Melissa?

Tidak mungkin pria itu ingin membalas dendam padanya atas apa yang sudah ia lakukan sehingga membuat Melissa pergi.

Erlangga tak sekekanak-kanakan itu. Atau dia ingin membalas sakit hatinya pada Marissa melalui Melissa?

“Tinggalkan Melissa, Rio. Dia adalah istriku sekarang,” ucap Erlangga membuyarkan lamunan Rio.

Rio rasanya ingin membalas ucapan Erlangga, tetapi dia sadar bahwa tak ada satu hal pun yang bisa mematahkan ucapan Erlangga, termasuk atas nama cinta.

Memangnya kalau dia mencintai Melissa, dia punya hak yang utuh untuk memiliki Melissa saat ini? 

Rio lantas memijat keningnya memikirkan kata yang tepat untuk sepupu kejamnya ini. “Aku bertanya satu hal padamu, apa kau sungguh-sungguh ingin menjalani pernikahan ini dengan Melissa?” 

“Aku percaya bahwa apa yang sudah terjadi hingga saat ini tidak terjadi begitu saja. Mungkin, memang harus seperti ini takdir hidup yang melingkupi kita, Rio,” balas Erlangga tegas.

“Aku tidak pernah menganggap pernikahan ini sebagai sebuah permainan, aku tidak akan berani mempermainkan Tuhan,” ucap Erlangga–lagi.

Rio sontak tertegun mendengar jawaban Erlangga.

Erlangga tampaknya serius dengan semua keputusan yang ia ambil.

Pria itu mungkin tidak ingin mempersulit keadaan lagi, jadi dia memilih untuk menjalani pernikahan ini walaupun tak ada cinta dan komitmen dari kedua belah pihak.

Permasalahannya sekarang adalah, Melissa yang tidak bersedia menjalani semua ini, lalu dirinya sendiri yang tak rela melepaskan Melissa kepada pria lain. Dia sangat mencintai Melissa.

“Semuanya sekarang ada di tanganmu, Tuan Rio. Kau bisa tetap mempertahankan hubungan terlarang kalian atau kau bisa meninggalkan istriku,” ucap Erlangga dingin.

Kata-kata istriku yang keluar dari mulut Erlangga benar-benar membuatnya tertekan.

Kalau dia tetap berusaha mempertahankan hubungannya dengan Melissa, itu berarti sama saja dia sudah melawan hukum negara dan jelas-jelas menantang Tuhan.

Tetapi dia juga tak memiliki keberanian untuk melepaskan Melissa. Akan seperti apa hidupnya nanti tanpa gadis itu di dalamnya?

“Kuharap semua ini bukan karena kau begitu frustrasi dengan hidupmu sehingga begitu pasrah dengan apa yang sudah terjadi,” ucap Rio lalu pergi meninggalkan ruangan Erlangga.

Dia akan mencari jalan keluar lain. Meninggalkan atau mempertahankan Melissa, semua ini sungguh menjadi pilihan yang sangat sulit bagi Rio.

Tapi yang jelas, bagi Rio, Melissa adalah segalanya.

****

Rio menemui Melissa. 

Mereka janji untuk bertemu dalam rangka membahas masalah Shinta.

Baru saja, Rio mengetahui tentang naskah yang Shinta plagiat karena dokumen aslinya ada di tablet Rio.

Rencananya, Melissa meminta bantuan pada Erlangga. Namun, pertemuan mereka terakhir kali membuat dia kesal dah dia tidak mau berhutang budi pada suaminya sendiri itu.

Jadi, saat ini Rio lah satu-satunya pria yang ia bisa minta bantuan.

"Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?" tanya Rio memulai pembicaraan.

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan?" sahut Melissa dalam keadaan bingung.

Satu sisi, dia ingin menghancurkan Shinta. Namun, dia tidak sanggup menyakiti sahabatnya itu. Ingin rasanya dia menangis, ini amat sakit saat kau dikhianati oleh orang terdekat.

"Menurutku, ada baiknya kita menempuh jalur hukum." 

Kata-kata Rio membuat Melissa terperangah.

"Apakah dia akan dipenjara?"

"Bisa jadi, dia sudah melakukan tindakan kriminal dengan mencuri karyamu. Dia harus mendapatkan hukuman atas perbuatannya itu. Kita tidak tahu lebih tepatnya hukumannya, penjara atau jaminan ganti rugi. Yang penting, naskah nanti yang naik cetak itu dikembalikan padamu. Kau adalah pemilik aslinya, kan?"

Melissa mengangguk pelan, ia amat tertekan oleh situasi ini. ia merasa sangat dirugikan secara material dan psikis.

Sebuah karya yang ia dikerjakannya dengan sepenuh hati sekarang telah di curi oleh sahabatnya sendiri.

"Aku akan mencari pengacara yang terbaik untuk membantumu," tutur Rio.

Melissa merasa sangat terharu atas bantuan Rio.

Tanpa disadari, Melissa menghabiskan waktu seharian bersama Rio. 

Mereka bertemu pengacara dan membahas tindakan hukum seperti apa yang harus mereka tempuh atas perbuatan Shinta.

"Semoga dengan cara ini, aku menebus kesalahanku padamu Melissa," ujar Rio membatin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status