Rumah Keluarga Erlangga [09:00 AM]
Erlangga sedang berada di ruangan kerjanya dan memeriksa berkas-berkas perusahaan.
Ayahnya sudah berangkat ke perusahaan sejak satu jam yang lalu dan sang ibu sedang berada di salah satu butik milik keluarga.Mia sudah berangkat kuliah entah sejak pukul berapa dan Melissa sejak subuh tak terlihat di mana-mana, gadis itu tampaknya sudah berangkat kerja.
Dia hanya meninggalkan sebuah notes kecil di atas buku yang semalam Erlangga baca. Isinya mengatakan bahwa ia akan kembali nanti sore. Entahlah, seakan ada yang disembunyikannya. Kemarin, Melissa juga tidak menjawab dengan pasti mengapa ingin bertemu mendadak.Tok Tok Tok!
Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas Erlangga. Pria itu langsung menutup berkas yang sedang ia periksa.
“Masuk,” ucapnya singkat.
“Permisi, Tuan Erlangga, Tuan Rio ingin berbicara dengan anda,” ucap seorang pelayan pada Erlangga.
“Ya, suruh dia masuk.”
Pintu terbuka dan menampakkan Rio yang berjalan masuk ke dalam ruangan Erlangga.
Tak ada rona keramahan seperti biasanya, yang ada hanya tatapan serius dan tajam seolah ia sudah tak sabar ingin berbicara dengan Erlangga. Selain itu, ada sebuah kegelisahan yang kentara sekali.“Pagi, Pak Erlangga,” ucap Rio berbasa-basi.
Erlangga hanya menganggukkan kepalanya, ditegakkan tubuhnya pada kursi kerjanya seolah ia sudah siap menerima kunjungan Rio pagi ini.
“Biar aku tebak, pagi-pagi sekali kau datang ke sini pasti ingin membicarakan mengenai pernikahanku dan Melissa, benar?” tanya Erlangga dengan suara tenang.
“….” Rio hanya diam tak membalas pertanyaan Erlangga.
“Duduklah dulu,” ucap Erlangga.
Rio menarik kursi lalu duduk dengan tenang. Pria itu menatap Erlangga dengan serius. Erlangga membalas tatapan Rio dengan tenang.
“Kenapa kau harus menikah dengan Melissa?” tanya Rio.
“Tak ada alasan lain selain untuk menyelamatkan keluarga kami dari rasa malu,” balas Erlangga.
“Aku melihat kehidupan Melissa semakin penuh dengan tekanan. Aku tidak bisa membiarkan dia hidup seperti itu terus-menerus,” ucap Rio langsung tanpa berbasa-basi.
“Kau ingin menyalahkanku atas apa yang sudah terjadi?”
“Pak Erlangga, kau membuat dia menggantikan posisi Marissa. Itu tidak adil! Kau tahu dia kekasihku–sepupumu sendiri.”
Erlangga tersenyum miring lalu memajukan tubuhnya dan menatap Rio dengan tajam. “Sekarang aku bertanya padamu, mengapa kau membantu Marissa untuk kabur?”
Rio membulatkan matanya terkejut mendengar pertanyaan Erlangga.
Dia tak menyangka sama sekali Erlangga akan bertanya seperti itu. Ternyata, Erlangga sudah tahu segalanya.“Tidak seperti itu tepatnya. Aku tidak membantu Marissa kabur dengan sengaja–”
“Sama saja, kau membantu dia pergi di hari pernikahan kami,” balas Erlangga dengan tenang.
“Dia menyuruhku mencari mobil untuk temannya. Aku tidak tahu kalau mobil itu digunakan untuk melarikan diri, Erlangga,” ucap Rio membela diri.
Dia tahu dia bersalah, tetapi dia tak sepenuhnya berniat membantu Marissa pergi. Memang, wanita itu saja yang sudah memiliki niat untuk pergi.“Ya. Walaupun kejadian sesungguhnya seperti itu, tetapi semua sudah terjadi. Faktanya, adalah kau ikut andil membantu calon istriku pergi.”
“Jadi, kau menggunakan Melissa untuk menebus segalanya? Dia bahkan tidak tahu apa-apa, Erlangga,” ucap Rio menahan marah. Tangan pria itu bahkan sudah mengepal keras.
Namun, Erlangga tetap tidak menunjukkan perubahan ekspresi.“Tidak ada orang lain yang bisa menyelamatkan kerusakan yang akan terjadi hari itu, Rio. Hanya Melissa yang bisa. Lagi pula, aku hanya menyelamatkan nama baik kita semua. Aku tak ingin apa yang sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari menjadi sia-sia lalu kemudian membuat malu keluargaku dan keluarga Melissa.”
“Mungkin nama baikmu dan keluargamu saja, Erlangga. Kau sungguh egois!” ucap Rio penuh penekanan.
“Semua yang terjadi hingga saat ini sudah tepat. Aku tidak ingin repot-repot menjelaskan pada semua orang mengenai kekacauan yang terjadi di hari pernikahanku–”
“--dan memilih mengacaukan kehidupan orang lain? Hanya karena mereka adalah saudari kembar, bukan berarti salah satu harus bertanggung jawab untuk memperbaiki sebuah kerusakan,” potong Rio mulai emosi.
Erlangga tidak tahu sepahit apa hidup Melissa selama ini. Gadis itu sudah cukup berkorban untuk seluruh kehidupannya karena Marissa. Lalu, pria itu menyuruh Melissa berkorban lagi?“Kau tenang saja, bukan hanya Melissa yang dirugikan di sini. Aku juga sangat dirugikan,” ucap Erlangga, santai.
Rio menghela nafas kasar.
“Kau sungguh egois, Erlangga. Melissa sudah sangat berkorban banyak untuk Marissa. Dia merelakan pendidikan dan cita-citanya lenyap begitu saja, sekarang bahkan untuk satu hal penting dalam hidupnya, dia juga harus berkorban? Tolong pikirkan sekali lagi Erlangga–”
“--Lalu, aku harus menceraikan Melissa? Itu tidak mungkin! Ini adalah sebuah pernikahan yang sudah terjadi. Dia adalah istriku yang sah di mata Tuhan dan Hukum. Mungkin, kau yang sebaiknya berpikir kembali untuk melanjutkan hubunganmu dengannya,” ucap Erlangga dingin.
Rio lantas berdiri dari kursi tempatnya duduk.
Dia tak mengerti dengan jalan pikiran Erlangga. Mengapa Erlangga begitu teguh mempertahankan pernikahannya dengan Melissa? Tidak mungkin pria itu ingin membalas dendam padanya atas apa yang sudah ia lakukan sehingga membuat Melissa pergi. Erlangga tak sekekanak-kanakan itu. Atau dia ingin membalas sakit hatinya pada Marissa melalui Melissa?“Tinggalkan Melissa, Rio. Dia adalah istriku sekarang,” ucap Erlangga membuyarkan lamunan Rio.
Rio rasanya ingin membalas ucapan Erlangga, tetapi dia sadar bahwa tak ada satu hal pun yang bisa mematahkan ucapan Erlangga, termasuk atas nama cinta.
Memangnya kalau dia mencintai Melissa, dia punya hak yang utuh untuk memiliki Melissa saat ini? Rio lantas memijat keningnya memikirkan kata yang tepat untuk sepupu kejamnya ini. “Aku bertanya satu hal padamu, apa kau sungguh-sungguh ingin menjalani pernikahan ini dengan Melissa?”“Aku percaya bahwa apa yang sudah terjadi hingga saat ini tidak terjadi begitu saja. Mungkin, memang harus seperti ini takdir hidup yang melingkupi kita, Rio,” balas Erlangga tegas.
“Aku tidak pernah menganggap pernikahan ini sebagai sebuah permainan, aku tidak akan berani mempermainkan Tuhan,” ucap Erlangga–lagi.
Rio sontak tertegun mendengar jawaban Erlangga.
Erlangga tampaknya serius dengan semua keputusan yang ia ambil. Pria itu mungkin tidak ingin mempersulit keadaan lagi, jadi dia memilih untuk menjalani pernikahan ini walaupun tak ada cinta dan komitmen dari kedua belah pihak. Permasalahannya sekarang adalah, Melissa yang tidak bersedia menjalani semua ini, lalu dirinya sendiri yang tak rela melepaskan Melissa kepada pria lain. Dia sangat mencintai Melissa.“Semuanya sekarang ada di tanganmu, Tuan Rio. Kau bisa tetap mempertahankan hubungan terlarang kalian atau kau bisa meninggalkan istriku,” ucap Erlangga dingin.
Kata-kata istriku yang keluar dari mulut Erlangga benar-benar membuatnya tertekan.
Kalau dia tetap berusaha mempertahankan hubungannya dengan Melissa, itu berarti sama saja dia sudah melawan hukum negara dan jelas-jelas menantang Tuhan.Tetapi dia juga tak memiliki keberanian untuk melepaskan Melissa. Akan seperti apa hidupnya nanti tanpa gadis itu di dalamnya?“Kuharap semua ini bukan karena kau begitu frustrasi dengan hidupmu sehingga begitu pasrah dengan apa yang sudah terjadi,” ucap Rio lalu pergi meninggalkan ruangan Erlangga.
Dia akan mencari jalan keluar lain. Meninggalkan atau mempertahankan Melissa, semua ini sungguh menjadi pilihan yang sangat sulit bagi Rio.Tapi yang jelas, bagi Rio, Melissa adalah segalanya.
****
Rio menemui Melissa.
Mereka janji untuk bertemu dalam rangka membahas masalah Shinta.
Baru saja, Rio mengetahui tentang naskah yang Shinta plagiat karena dokumen aslinya ada di tablet Rio.Rencananya, Melissa meminta bantuan pada Erlangga. Namun, pertemuan mereka terakhir kali membuat dia kesal dah dia tidak mau berhutang budi pada suaminya sendiri itu. Jadi, saat ini Rio lah satu-satunya pria yang ia bisa minta bantuan."Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?" tanya Rio memulai pembicaraan.
"Menurutmu apa yang harus aku lakukan?" sahut Melissa dalam keadaan bingung.
Satu sisi, dia ingin menghancurkan Shinta. Namun, dia tidak sanggup menyakiti sahabatnya itu. Ingin rasanya dia menangis, ini amat sakit saat kau dikhianati oleh orang terdekat.
"Menurutku, ada baiknya kita menempuh jalur hukum."
Kata-kata Rio membuat Melissa terperangah.
"Apakah dia akan dipenjara?"
"Bisa jadi, dia sudah melakukan tindakan kriminal dengan mencuri karyamu. Dia harus mendapatkan hukuman atas perbuatannya itu. Kita tidak tahu lebih tepatnya hukumannya, penjara atau jaminan ganti rugi. Yang penting, naskah nanti yang naik cetak itu dikembalikan padamu. Kau adalah pemilik aslinya, kan?"
Melissa mengangguk pelan, ia amat tertekan oleh situasi ini. ia merasa sangat dirugikan secara material dan psikis.
Sebuah karya yang ia dikerjakannya dengan sepenuh hati sekarang telah di curi oleh sahabatnya sendiri.
"Aku akan mencari pengacara yang terbaik untuk membantumu," tutur Rio.Melissa merasa sangat terharu atas bantuan Rio.
Tanpa disadari, Melissa menghabiskan waktu seharian bersama Rio.Mereka bertemu pengacara dan membahas tindakan hukum seperti apa yang harus mereka tempuh atas perbuatan Shinta.
"Semoga dengan cara ini, aku menebus kesalahanku padamu Melissa," ujar Rio membatin.
Rumah Keluarga Erlangga [Malam hari]Melissa datang ketika makan malam sedang berlangsung. Dia melihat ayah dan ibu Erlangga serta Mia adik Erlangga di meja makan. Tak luput, Erlangga yang juga duduk bergabung dengan keluarganya. Melissa baru sadar bahwa Erlangga memiliki wajah yang sangat pucat.“Selamat malam semuanya. Maaf aku terlambat pulang, kafe sangat ramai hari ini,” ucap Melissa berbasa-basi. Ia melirik jam dinding, masih jam setengah tujuh malam.“Ayo sini makan malam dulu, Melissa. Kau pasti lelah berolahraga,” ucap Hanna.Melissa tersenyum lalu duduk bergabung dengan keluarga Erlangga. Dia merasa asing di tengah-tengah keluarga Erlangga tapi kemudian dia merasa nyaman saat ayah dan ibu Erlangga mengajaknya berbicara.“Kau mau makan yang mana? Ibu ambilkan,” ucapkan Hanna dengan lembut. Melissa semakin merasa tak enak. Marissa memang bodoh karena sudah meninggalkan keluarga ini.“Aku ingin ikan. Oh iya, aku membawakan beberapa kue dari kafe tempatku bekerja. Ini baru
“Apa?” pekik Melissa.Namun, Erlangga hanya diam–meninggalkan Melissa yang berdiri membeku di depan kamar mereka. Luar biasa! Gadis itu bertanya bagaimana Erlangga tahu dia menemui Rio? Setelah Rio pergi menemuinya, Erlangga memerintahkan seseorang mengawasi pria itu dan dia mengetahui Rio bertemu istrinya.BLAMMM!Ketika akhirnya bisa mengendalikan diri, Melissa ikut masuk kemudian menutup pintu. Dia berlari kecil mengejar Erlangga yang sedang berjalan menuju ranjang.“Kau menguntitku?” tanya Melissa kesal.“Tidak menguntit sebenarnya. Tadinya, aku pergi ke kafe tempat kerjamu. Aku ingin tahu di mana tempat istriku bekerja, tapi ternyata bosmu bilang kau tidak masuk. Aku hanya menduga kau pergi menemui Rio, tapi kau justru mengatakan semuanya,” ucap Erlangga dengan senyum seringai. Dia memang tersenyum, tetapi itu dilakukan untuk menyembunyikan kekecewaannya. Siang hari saat jam istirahat, ia sangat ingin mengajak istrinya makan siang. Namun, ia kecewa karena istrinya tidak masuk
Melissa memasuki kamarnya dan Erlangga. Tubuhnya lelah bekerja di kantor penerbitan untuk mengurus kasus Sinta. Juga hari ini pelanggan dan pengunjung sangat ramai di cafe milik Raga. Dia ingin segera mandi dan tidur cepat, tapi ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak tadi. Sejak pagi sampai malam Rio tak menghubunginya sama sekali. Dia yakin Rio tidak mungkin lupa untuk menghubunginya, sesibuk apa pun pekerjaan pria itu, dia pasti selalu menghubungi dirinya.“Kenapa larut sekali baru pulang?”Suara berat Erlangga membuyarkan lamunan Melissa, Melissa mengerjapkan fokus pada pikirannya, ditatapnya Erlangga yang sedang membaca buku di atas ranjang, lama-lama Melissa benar dengan kebiasaan pria itu setiap malam.“Kantor sangat ramai dan banyak kerjaan hari ini. Maaf tidak memberi kabar, apakah ayah dan ibumu menanyakanku?” tanya Melissa sedikit cemas.“Ya, tapi mereka tahu kau pasti sibuk bekerja,” balas Erlangga.“Oh, syukurlah. Besok jadwalmu untuk fisioterapi?” tanya Melissa, dia
07:00 AMErlangga duduk di dalam mobil menunggu Melissa yang belum juga menunjukkan batang hidungnya. Gadis itu tidak mungkin membatalkan rencana pagi mereka hari ini, kan? Dia tidak menunjukkan reaksi penolakan yang berlebihan semalam. Erlangga masih senyum-senyum tipis bila mengingat pertengkaran mereka sebelum tidur, menggoda Melissa suatu hiburan baru baginya.Erlangga menolehkan kepalanya ke arah pintu masuk rumahnya, wajahnya berubah santai saat ia melihat Melissa berlarian dari dalam rumah. Kenapa gadis itu tidak bisa berjalan saja?“Maaf sedikit lama!” ucap Melissa saat dia masuk ke dalam mobil.“Apa saja yang kau lakukan sih sampai selama ini?” tanya Erlangga.Melissa mengangkat kotak bekal makanan yang ia bawa lalu membukanya dengan penuh semangat di hadapan wajah Erlangga. “Tadaaaa~ aku membuat sedikit sandwich untuk bekal kita. Kau akan suka dengan sandwich buatanku, tidak ada yang bisa menolak kelezatannya,” ucap Melissa dengan wajah ceria.Erlangga mendengus lalu menatap
Rehabilitasi MedikMelissa duduk sambil menatap Erlangga yang sedang berlatih ditemani terapisnya. Beberapa kali gadis itu memeriksa ponselnya untuk melihat apakah ada balasan dari Rio tetapi hasilnya masih nihil. Melissa sudah beberapa kali mencoba menghubungi Rio tetapi sampai detik ini juga belum juga tersambung.“Ke mana sebenarnya kau ini?” gumam Melissa sambil terus mencoba menghubungi ErlanggaPada percobaan ke sembilan akhirnya panggilannya tersambung. Melissa mulai bersemangat. Panggilannya akhirnya tersambung.“Hallo!” sembur Melissa begitu Erlangga mengangkat panggilannya.“Hallo Melisa,” balas Rio dari seberang.“Rio, kau ini ke mana saja sejak kemarin tak bisa dihubungi,” ucap Melissa dengan cemas.“Maaf ponselku mati, chargernya hilang entah di mana,” ucap Rio.Melissa mengembuskan napas lega saat mendengar jawaban Rio. Setidaknya pria itu baik-baik saja. Dia pikir sesuatu yang buruk mungkin sudah terjadi pada Rio.“Apakah ada sesuatu yang terjadi?” tanya Melissa.“Kenap
Melissa tercekat mendengar jawaban Erlangga. Erlangga pasti sudah benar-benar gila. “Erlangga, jangan menjadi begitu egois,” ucap Melissa. “Aku sudah membuka lembaran baru dalam hidupku, Melissa hanya cerita lama dalam hidupku. Dia tidak akan pernah menjadi sebuah masa depan untukku. Dia mungkin hanya sebuah sejarah dalam hidupku,” ucap Erlangga. “Tapi aku tidak bersedia menjadi masa depanmu,” ucap Melissa penuh penekanan. “Kenapa sulit sekali untukmu membuka sebuah lembaran baru dalam hidupmu?” tanya Erlangga, pria itu menatap tepat ke manik mata Melissa. “Karena aku tidak pernah mendapatkan apa yang memang ditakdirkan untukku, Erlangga. Aku tidak pernah mendapatkan apa yang memang benar-benar aku inginkan. Aku bukan gadis manja yang bisanya hanya meratapi nasib malang dalam hidupku tapi aku benar-benar sudah bosan selalu mendapat sisa,” ucap Melissa. “Jadi aku adalah sisa?” tanya Erlangga dengan senyum miris. “Tidak tepatnya,” ucap Melissa lalu tertawa kecil. “Kau adalah mili
Cocoa Cafe, Korean Food.11.30 AMMelissa mendorong kursi roda milik Erlangga memasuki kafe. Melissa mengamati seluruh interior kafe dengan wajah berdecak kagum. Erlangga mendongakkan kepalanya sedikit menatap Melissa, dia tersenyum mengejek melihat decak kagum di wajah gadis itu.“Aku tidak tahu di Seoul ada tempat seperti ini,” ucap Melissa.“Apakah di sini semua makanannya terbuat dari coklat?” tanya Melissa lagi.“Tidak juga. Pemiliknya menyukai coklat tetapi tidak semua makanan di sini terbuat dari coklat tetapi mereka memang miliki menu yang sangat lezat untuk jenis makanan yang menggunakan bahan dari coklat,” ucap Erlangga.“Ini tempat favoritmu?” tanya Melissa.“Ya, aku suka menghabiskan waktu di sini. Selain membaca aku bisa mendengarkan musik dan menonton film. Kadang mereka juga mengadakan bedah buku dengan penulis-penulis terkenal dari dalam dan luar negeri juga dari Seoul,” ucap Erlangga.“Di sini bisa menonton film juga?” tanya Melissa.“Ya, kau suka menonton film?” tanya
Melissa hanya memberengut mendengar ucapan Erlangga tetapi dia menjadi penasaran dengan jalan cerita novel yang ia pegang tersebut. Ketika dia sedang sibuk membaca sinopsis novel tersebut, makanan yang mereka pesan datang.“Dua porsi Jeonbok-Juk untuk pelanggan setiaku.” Ucap seorang pria yang membawa nampan berisi Jeonbok-Juk panas.“Terima kasih Lee.” Ucap Erlangga.“Satu bulan tak ke mari sekarang kau membawa seorang gadis ya.” Goda pria bernama Lee tersebut.“Kenalkan ini istriku.” Ucap Erlangga dengan senyuman di bibirnya.“Apa? Ini mengejutkan sekali.” Ucap Lee.“Hallo.” Ucap Melissa dengan senyum di bibirnya.“Ini gadis yang bernama Marissa?” tanya Lee dengan antusias.Senyum sumringah di bibir Melissa perlahan berubah menjadi senyum kikuk. Erlangga menyadari hal tersebut, pria itu lantas berdehem pelan.“Bukan. Ini Melissa istriku.” Ucap Erlangga.“Oh. Maaf, lupakan apa yang aku ucapkan.” Ucap Lee dengan tidak enak ketika melihat perubahan di raut wajah Melissa.“Tidak apa-apa