Jenn masih berdiri di ambang pintu, matanya menyapu setiap sudut ruangan yang dipenuhi perabotan modern, pencahayaan hangat, dan jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan kota dari ketinggian. “Astaga… apa ini?” gumamnya lirih, antara kagum dan juga bingung.
Javier menutup pintu di belakang mereka lalu berjalan santai masuk ke ruang tamu, menekan remote sehingga tirai otomatis terbuka penuh. Cahaya matahari langsung menyorot ke dalam ruangan. “Cukup bagus, kan?” ujarnya, senyum tipis terukir di bibirnya. “Apa kau suka?” Jenn masih terpaku di tempatnya, lalu menoleh dengan dahi yang berkerut. “Apartemen ini memang bagus, tapi… milik siapa?” Javier berhenti sejenak, menoleh sambil menunjuk dirinya sendiri sambil tersenyum. “Aku pastikan milikku.” Ekspresi Jenn langsung berubah, alisnya menurun, bibirnya mengerucut, dan tatapan matanya penuh dengan rasa sebal. Ia melipat tangan di dada. “Jangan bilang… ini tempat tinggal Anaya SebelumnyThomas benar-benar tidak ingin mengambil risiko sekecil apa pun keputusan yang diambil oleh putrinya. Malam itu setelah Jenn masuk ke kamarnya, ia memanggil salah satu orang kepercayaannya untuk menyiapkan segala sesuatu yang Jenn butuhkan. Seperti yang diinginkan putrinya, rumah kecil di luar kota, fasilitas medis, serta jalur komunikasi yang aman agar Jenn tidak mudah dilacak keberadaannya. Namun ada satu hal yang tidak ia ketahui, sesuatu yang bisa mengubah seluruh rencana yang ada, Jenn sebenarnya sudah resmi menjadi istri Javier. Pendaftaran pernikahan itu dilakukan secara diam-diam oleh Javier jauh sebelum tragedi terjadi. Hal ini berarti secara hukum, apa pun yang dilakukan Thomas atas nama “perlindungan”, bisa dianggap sebagai upaya menyembunyikan istri orang lain.Ah, tunggu dulu! Tapi dia kan Ayahnya Jenn. Ayah kandungnya! Thomas sengaja tidak memberi tahu Jenn, karena ia takut putrinya itu justru mencari Javier dengan alasan pernik
Javier... Ia seharusnya merasa lega melihat Javier di depan matanya, tapi nyatanya ia justru terpaku dengan rasa kesal yang begitu besar. Pria yang tidak pernah lepas dari pikirannya, kini ada di depan matanya, sungguh itu nyata. Padahal, tadi dia benar-benar ingin berlari, dan langsung memeluknya. Namun, sepertinya itu sulit ingin dia lakukan saat ini. Jenn melihat sendiri Javier mendorong kursi roda Anaya di taman rumah sakit. Senyum lembut yang terlukis di wajah pria itu, tawa kecil yang ia lepaskan, bahkan usapan hangat di kepala Anaya, semuanya menusuk hati Jenn lebih dalam daripada luka apa pun yang pernah dia terima. Tanpa sadar, Jenn merasakan bagaimana sakitnya mencintai seseorang. “Kenapa aku membiarkan dia masuk ke hatiku? Kenapa aku mudah sekali terlena? Kenapa...” Tangannya mengepal erat di atas map hasil pemeriksaan. Begitu kuat hingga kuku jarinya memutih. Senyum pahit perlaha
Sementara itu, situasi di tempat Javier berada. Telepon itu datang ketika Javier masih duduk di ruang kerjanya, matanya menatap kosong pada peta dunia yang terhampar di layar. Ken baru saja selesai memberikan laporan singkat soal sulitnya menembus jejak keluarga Ludrent. Namun tiba-tiba, suara cemas dari seberang membuat dunia Javier terasa semakin berat. “Anaya… mengalami kecelakaan, Tuan.” Javier langsung berdiri dari kursinya, jantungnya berdetak kencang. “Kecelakaan apa?” suaranya terdengar menekan, meskipun ia berusaha untuk tenang. “Kecelakaan mobil. Anaya dalam kondisi patah kaki… dan gegar otak. Tidak parah, tapi cukup serius. Dia sendirian di luar negeri. Tidak ada keluarga yang bisa menjaganya. Aku hanya bisa menghubungi kontak utama di ponsel Anaya.” Sekilas wajah Jenn muncul dalam pikirannya. Pencarian itu sudah membuatnya tidak tidur dengan tenang selama berhari-hari, pikirannya tersiksa. Namun, mendengar Anaya dalam kondisi s
Hari itu, Thomas mengenakan setelan jas rapi seperti biasanya. Ia menunggu Jenn yang baru turun dari kamar dengan gaun sederhana namun anggun. Thomas tersenyum bangga, lalu mengajak putrinya itu naik ke mobil.Pria itu memohon kepada Jenn untuk ikut, Jenn pun tidak mampu menolak. Sesampainya di kantor pusat Ludrent, para staf tampak terkejut sekaligus penasaran. Jarang sekali Thomas datang bersama seorang wanita muda selain keluarganya yang lain. Mereka berbisik-bisik, mencoba menebak siapa sebenarnya gadis cantik yang dibawa Thomas. Thomas dan Jenn langsung menuju ruang rapat eksekutif. Begitu pintu terbuka, semua orang berdiri memberi salam. Thomas menepuk bahu Jenn, lalu dengan lantang berkata, “Mulai hari ini, aku ingin kalian semua mengenal putriku, Jennifer. Dia adalah darah dagingku.” Ruangan langsung hening. Beberapa eksekutif saling pandang, ada yang kaget, ada yang bingung. Jenn hanya tersenyum sopan meski jantungnya berdebar ke
Malam itu, Javier duduk di ruang kerja kecil apartemennya. Lampu meja menyala redup, sementara di hadapannya berserakan kertas berisi catatan, alamat, serta peta yang ia coret-coret sejak beberapa hari terakhir. Matanya merah, wajahnya kusut, tetapi tekadnya masih tetap menyala. Email dari Jenn terus terngiang-ngiang di kepalanya, bukti nyata bahwa istrinya masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja. Namun itu juga seperti pisau bermata dua, karena ia tidak tahu di mana Jenn berada sekarang. Dia sangat merindukan wanita itu. Ken masuk membawa secangkir kopi, meletakkannya di meja kerja. “Sepertinya, anda memang harus terus tenang, Tuan Javier. Saya sudah minta beberapa orang melacak lokasi email itu, tapi hasilnya nihil. Mereka sangat pintar menyembunyikan jejak.” Javier mengepalkan tangannya. “Selalu begitu. Setiap kali ada petunjuk, selalu buntu. Seolah ada tembok yang membatasi aku dengan Jenn. Aku bisa gila kalau begini terus.”
Thomas nampak memaksakan senyumnya. Pertanyaan Jenn barusan bisa dia jawab dengan tegas dan jujur, tapi dia sendiri tidak yakin apakah Jenn akan mempercayainya. Kembali menatap Jenn, Thomas pun menanyakan sesuatu sebelum menjawab pertanyaan dari Jenn. “Apa kau akan percaya jawaban Ayah nanti, Jenn?” Tanpa berpikir lama, Jenn langsung menganggukkan kepalanya. “Aku percaya Ayah tidak akan membohongiku. Jadi, katakan saja alasannya, aku akan mencoba untuk mempercayainya meskipun nantinya aku juga akan tetap merasa ragu.” Thomas diam sejenak sebelum dia mulai berbicara, “Ayah juga tidak memiliki keinginan untuk menikah lagi setelah Valerie menghilang. Hanya saja, menguatkan posisi Ayah dalam keluarga membutuhkan pendamping yang resmi. Orang tua Ayah, Nenek dan Kakekmu, mereka berdua meminta Ayah untuk kembali menikahi Sofia daripada harus menjalin hubungan baru dengan wanita lain.” Jawaban itu membuat Jenn terdiam. Entah serumit apa kehidup