Sinar matahari pagi menembus celah tirai kamar, menerangi ruangan dengan rona hangatnya.
Jenn membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa ringan dan segar. Tidak seperti malam sebelumnya yang penuh ketegangan dan gugup, pagi ini dia merasa jauh lebih tenang, tidurnya benar-benar lelap, seolah semua lelah dan kekhawatiran semalam terhapus begitu saja. Namun ketenangan itu hanya bertahan beberapa detik saja. Begitu pandangannya fokus, Jenn mendapati Javier duduk bersandar di kepala tempat tidur, masih dengan pakaian tidur satin berwarna gelap. Mata pria itu terlihat berat, rahangnya mengeras, dan ekspresi wajahnya benar-benar terlihat tidak bersahabat. “Astaga...!” Jenn hampir terperanjat. Dengan buru-buru dia duduk dan menarik selimut menutupi tubuhnya lebih rapat, lalu bertanya pelan, “T–Tuan, apakah Anda baik-baik saja?” Javier hanya membuang napas panjang, nadanya dingin dan terdengar jengkelSofia mondar-mandir mandir di ruang tengah kediaman Ludrent. Dia menunggu Thomas pulang ke rumah karena ada hal yang harus dia bahas, tapi sudah hampir jam 11 malam, Thomas belum juga sampai di rumah. Dia panik, dia takut, bahkan dia juga tidak bisa tenang sejak pagi. “Thomas, sebenarnya kau pergi ke mana?” gumam Sofia. Sofia benar-benar menunggu Thomas, berharap Thomas juga akan memberikan bantuan padanya. Beberapa waktu belakangan ini bisnis keluarganya makin menurun, saat ini tidak ada jalan lain selain meminta Thomas untuk membantu agar bisnis keluarganya tidak bangkrut. Sofia melihat ke jendela, tanda-tanda Thomas akan pulang masih tidak ada. Entah ke mana perginya pria itu. Sejak beberapa bulan terakhir ini sulit untuk dicari keberadaannya, bahkan kadang orang suruhannya malah dibuat bingung seolah Thomas sudah menyadari kalau sedang diam-diam diik
Javier menghubungi Ken, meminta kepada Ken untuk benar-benar menghentikan semua dukungan yang sebelumnya diberikan kepada Karina dan keluarganya. “Pastikan kali ini Ibuku tidak bisa memiliki pilihan,” ucap Javier tegas. “Dia cuma tahu melarang ku ini dan itu, sudah waktunya dia paham kalau aku tidak akan pernah memenuhi keinginannya.” Di seberang telepon, dengan tegas Ken menjawab, “Baik, Tuan. Saya akan menghentikan total pengiriman uang, berhenti menopang bisnis Ayah tiri anda, dan membiarkan mereka hidup dengan kemampuan mereka sendiri.” Javier mengakhiri sambungan telepon. Dia tidak ingin ada gangguan lagi dalam hubungan rumah tangganya. Terdengar kejam, tapi hanya ini yang bisa Javier lakukan untuk kehidupannya yang seimbang. Ibunya adalah orang yang telah melahirkannya, tetapi bukan berarti Javier boleh diatur sesuka hati, apalagi yang selalu bertentangan dengannya. Selama beberapa bulan ini, sebenarnya Javier buk
Dengan langkah cepat Karina mendekati Ken, membuat Ken harus membuang nafas dan memasang ekspresi sopan dan penuh hormat kepada wanita itu. “Selamat malam, Nyonya Karina,” sapanya, seperti biasa Jika bertemu dengan wanita itu. Tidak ingin menanggapi basa-basi yang Ken berikan, Karina ingin menanyakan sesuatu yang cukup penting. “Ken, Javier sudah pulang ke sini?” tanyanya. Dengan sopan Ken menganggukkan kepalanya. “Benar. Tuan Javier sudah kembali, sekitar satu minggu yang lalu.” Mendengar itu, Karina pun tersenyum dengan ekspresi kesal. “Dia benar-benar mengabaikan ibu kandungnya sendiri. Apa kau tidak mengingatkan Javier kalau ibunya masih hidup?” Karina benar-benar kesal terhadap Javier. Sudah berbulan-bulan uang bulanannya tidak dikirimkan lagi, bahkan dihubungi juga tidak pernah bisa, dan yang paling parahnya menurut Karina adalah sulit untuk menemui Javier sekalipun dia sudah membuat janji sebelum bertemu.” Ken mencoba untuk tenang dan tersenyum sebagaimana me
Setelah Thomas kembali ke negaranya, Valerie, Jenn, dan Javier pun menjalani kehidupan sebagai mana mestinya. Jenn sering mengajak Valerie untuk mengobrol, membuat kue kering kesukaan mereka bersama, memasak, dan bahkan menonton drama seru yang sedang hits saat ini. Valerie juga benar-benar mempedulikan Jenn. Mulai dari memastikan Jenn memberikan asi tepat waktu, bahkan membantu Jenn saat pumping ASI-nya. Ia juga sering sekali menanyakan menu sarapan dan makan siang apa yang ingin Jenn makan, lalu memasaknya dengan cara yang ia bisa. “Nak, Ibu kupaskan buah ya. Kau sarapan sedikit sekali pagi tadi,” ucap Valerie yang dengan jelas menunjukkan ekspresi khawatir. Jenn menghela napasnya. “Oke. Terimakasih banyak ya, Bu. Sarapan tadi benar-benar kurang fokus karena asiku sudah lebih, jadi buru-buru untuk pompa.” Valerie tersenyum, ia paham benar bagaimana sibuknya Ibu yang baru saja memili
Valerie berdecih sebal. “Sudahlah, kau itu selalu saja kesal kalau aku memuji orang lain. Javier itu suaminya Jenn, artinya menantu kita, kenapa kau kesal begitu?” Tidak berani membantah, Thomas memilih untuk diam karena tidak ingin membuat Valerie mengomel lebih banyak lagi. Itu adalah bagian dari cara Thomas menenangkan Valerie sejak dulu. Dia terlalu mencintai Valerie, apapun akan dia lakukan asalkan Valerie tetapi di sisinya. Malam itu, mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol. Menyudahi obrolan serius, mereka mulai menceritakan masa dulu yang membuat mereka kompak tertawa. Tidak ada lagi perselisihan keluarga, tidak ada intrik untuk saling menyerang seperti sebelumnya, dan yang nampak adalah keharmonisan. Mereka pun kembali ke kamar begitu selesai. Valerie dan Thomas belum bisa tidur walupun memang benar tubuh mereka terasa begitu lelah. Thomas duduk di sebelah Valerie yang kini tengah menatap k
Jenn keluar dari kamar mandi dengan ekspresinya yang nampak kelelahan. Javier menyusul di belakang, tersenyum lega tanpa beban. “Sial... sok membantu, tapi tidak tahunya tanganku pegal dan mulutku...” Jenn merinding dengan ucapannya sendiri, bahkan melanjutkan ucapannya juga tidak sanggup untuk dia lakukan. Javier pun terkekeh geli. “Maaf. Aku juga sudah berusaha sebaik mungkin untuk selesai lebih cepat, tapi memang agak sulit, Sayang.” Jenn hanya melirik sinis. Dia malas menanggapi ucapan Javier. Di lain sisi dia kasihan dengan Javier, sembilan bulan sudah menahan diri, sekarang juga harus tetap menahan sampai satu bulan kedepan. Namun, Jenn juga tidak bisa mengabaikan rasa lelahnya. Susah bernapas saat Javier menelan kepalanya sambil memasukkan lebih dalam bagian intinya. Ah, menggelikan, tapi juga kasihan Javier jika tidak dibantu. Javier langsung menarik Jenn untuk segera istirahat sambil men