Share

6. Mulai Bekerja

Penulis: Blue Ice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-24 20:35:12

Hari ini adalah hari pertama Selina menjadi sekretaris Zander. Dia memilah baju yang sekiranya pantas untuk dikenakan. Akan tetapi, baju Selina rata-rata sudah terlihat lusuh dan kusam. Lantaran, jarang sekali dia membeli pakaian baru setelah diusir dari keluarga Adinata.

“Hanya ini yang paling baik. Aku pakai yang ini saja!” monolog Selina.

Dia mengambil satu set pakaian yang dia pakai saat acara formal di kampusnya dulu. Blus putih dengan rok hitam selutut. Tak lupa dia mengambil blazer hitam satu-satunya yang dia punya.

Setelah memakai pakaian itu, Selina segera turun karena Zander sudah menunggu. Dia sedikit berlari menuju mobil yang sudah terparkir di halaman. Pintu mobil sudah terbuka menampakan Zander yang sudah duduk dengan tenang di sana.

“Maaf..., jika aku terlalu lama,” ujar Selina dengan membungkuk kepada Zander.

Mata Zander langsung menelusuri penampilan Selina dari atas hingga bawah. Dahinya nampak berkerut menandakan dia tak puas dengan penampilan Selina sekarang.

“A-apa penampilanku buruk, Mas? Aku akan menggantinya kalau begitu,” kata Selina segera berbalik.

“Tunggu!” kata Zander tepat sebelum Selina melangkah pergi. Selina menoleh lagi.

“Masuk!” kata Zander lagi dengan gerakan kepala mengisyaratkan pada Selina untuk masuk mobil.

Terpaksa Selina menurut. Mobil hitam mengilap melaju itu mulus di jalanan ibu kota. Di kursi belakang, Selina duduk diam, menatap keluar jendela. Wajahnya tenang, tapi jemarinya saling menggenggam erat, pertanda gelisah yang disembunyikan.

Zander duduk di sampingnya, bersandar santai dengan sesekali melirik penampilan istrinya.

"Aswin," ucap Zander datar dari balik kursi, "mampir ke toko pakaian di jalan Semanggi.”

"Siap, Tuan!" jawab Aswin, asisten pribadi sekaligus sopir kepercayaannya.

Selina penasaran dengan maksud Zander. Pandangannya hanya sesekali melirik suaminya, lalu kembali mematung. Mungkinkah Zander risih dengan penampilannya sehingga ingin berhenti di toko pakaian?

Tak lama kemudian, mereka berhenti di sebuah toko pakaian yang nampak sangat elegan. Hanya melihat interior toko, Selina tahu harga pakaian di dalam sana tidaklah murah.

"Kita mau apa ke sini, Mas?" tanya Selina pada akhirnya.

Zander menoleh, "Kau sekretarisku sekarang. Aku tak mau oranglain meremehkan bawahanku hanya karena pakaian yang tidak layak seperti itu.”

Kata-kata Zander menghujam tepat di hati Selina. Wanita itu hanya bisa meringis malu. Pakaian terbaiknya masih saja dianggap tidak layak. Tapi begitulah kenyataannya.

Zander melangkah keluar duluan. Selina membuntuti di belakang. Pegawai toko langsung menyambut ramah kedatangan Zander. Mereka langsung merapat seperti tertarik oleh magnet tak kasat mata.

“Selamat datang Tuan Zander! Ada yang bisa kami bantu?” tanya salah seorang pegawai.

Zander menarik Selina yang berdiri di belakangnya, “Pilihkan beberapa set pakaian untuknya.”

Para pegawai langsung berbinar. “Baik Tuan! Kami akan memberikan yang terbaik untuk Nona.”

Mereka langsung menarik Selina. Beberapa pakaian langsung dijejeli kepada Selina untuk dicoba. Setelah 30 menit Selina berulang kali mencoba banyak pakaian, akhirnya ada 5 set pakaian yang dianggap Zander bagus.

“Bungkus 4 lainnya. Buang pakaianmu tadi,” kata Zander pada Selina yang hanya bisa menganga.

Semudah itu ya bagi orang kaya membuang-buang pakaian. Padahal satu set pakaian Selina tadi didapatkan dengan hasil menabung berbulan-bulan. Selina mengelus dada, berusaha menahan sabar. Ini masih awal, dia harus menahannya.

Setelah menyelesaikan pembayaran, mereka segera melanjutkan perjalanan menuju kantor. Saat mobil mereka berhenti di depan gedung utama Castellvain Group, para pegawai yang melihat langsung membungkuk memberi salam. Namun bisik-bisik mulai terdengar saat Selina turun dari mobil.

"Itu yang dinikahi Tuan Zander, kan?"

"Katanya dia cuma anak angkat dari keluarga Adinata… Tapi bisa rebut posisi Alenka?"

"Berani sekali muncul di sini."

Selina pura-pura tak mendengar. Dia melangkah anggun, menjaga ekspresinya tetap dingin. Zander berjalan di depan, seolah tak peduli pada bisikan tajam yang menyertai langkah mereka.

Di lantai eksekutif, Zander langsung mengumpulkan beberapa kepala divisi dan memperkenalkan Selina.

"Ini Selina Castellvain. Mulai hari ini dia sekretarisku. Perlakukan dia seperti kalian memperlakukan sekretarisku sebelumnya."

Selina sampai menoleh ke Zander. Terkejut saat namanya sudah disematkan marga Castellvain. Seolah memberikan penekanan bahwa dirinya juga sebagai istri Zander.

Tak ada yang bersuara. Tapi tatapan mereka jelas tak ramah. Khususnya satu wanita muda dengan penampilan stylish dan bibir bergincu merah yang menyeringai, bernama Livia, ketua Divisi Pemasaran.

Selina menyadari tatapan tak ramah itu. Dia hanya melirik sekilas pada wanita itu. Lalu berjalan mengikuti langkah Zander menuju meja kerjanya.

“Ruanganmu di sini. Ada Aswin juga. Jika ada yang tidak kau tahu, tanyakan padanya,” kata Zander.

“Baik Pak!” ujar Selina yang langsung mendapatkan tatapan tajam Zander.

“A-anu, sekarang kan, kita di kantor. Aku hanya ingin bersikap formal seperti pegawai lainnya,” jelas Selina.

Zander mendengus pelan. Namun tak bertanya lebih lanjut. Dia memilih untuk masuk ke ruangannya sendiri.

Selina duduk di meja kerjanya. Dia memijat pelipisnya yang berkedut. Sekretaris? Astaga, sepertinya dia benar-benar gila. Menjadi sekretaris berarti harus belajar dari nol karena dia bukan dari jurusan bisnis.

‘Aku harus memikirkan cara agar bisa menyelinap keluar dari sini.’

Selina melirik Aswin yang berada di meja depan. Aswin nampak cekatan mengerjakan pekerjaannya. Sementara Selina, masih belum ada pergerakan sama sekali.

Tiba-tiba Aswin berdiri membawa setumpuk berkas yang baru saja dia print. Aswin melangkah ke meja Selina. Wanita itu mengerjap bingung saat Aswin menyerahkan setumpuk berkas itu.

“Tuan ingin Anda mempelajari ini. Nona santai saja. Tuan bilang minggu pertama Anda bekerja hanya untuk penyesuaian. Semua pekerjaan yang harus Anda lakukan sudah saya jabarkan di sini,” jelas Aswin.

“O-oh, terima kasih!” kata Selina seraya menerima setumpuk berkas itu.

Detik demi detik terasa begitu lama. Selina hanya membolak-balikkan berkas yang diberikan Aswin tadi. Pikirannya masih fokus pada cara pelariannya. Dia harus pulang ke kediaman Adinata. Firasatnya mengatakan jika dia terlambat ke sana, Ijazahnya entah sudah diapakan oleh keluarga angkatnya.

Siang hari, saat para pegawai sibuk makan siang, Selina diam-diam menyelinap keluar. Dia tahu Zander sedang rapat penting dan ini satu-satunya celah. Zander hanya memanggil Aswin untuk rapat bersamanya. Sehingga hal itu menjadi celah untuk Selina kabur.

Namun saat melewati lobi, Selina bertabrakan dengan seorang wanita. Kopi panas yang dibawa wanita itu tumpah ke baju Selina.

“Punya mata tidak, sih? Lihat, kopiku jadi tumpah!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   55. Pengakuan Dosa

    Zander melangkah pulang dengan hati berkecamuk. Dia sedang mencari celah… untuk menenangkan hatinya yang mulai runtuh oleh banyaknya rahasia. Namun setibanya di ruang tamu, ia tak disambut kehangatan. Yang menantinya adalah ibunya, Sabrina Castellvain, berdiri di ruang tengah dengan mata berkaca-kaca. Wajahnya yang biasanya lembut kini tegang, memegang lembaran cetakan laporan. Entah dari mana ia mendapatkan data itu. “Zander…” Nada suaranya lirih namun bergetar. “Kau tahu tentang Selina?” Zander mendekat, menahan napas. “Apa yang Ibu tahu?” Sabrina menatapnya dengan ekspresi hancur. “Tentang masa lalunya... tentang dia pernah hamil sebelum menikah denganmu…” Air mata jatuh membasahi pipinya. “Aku menyayanginya seperti anakku sendiri. Aku membelanya… aku yakin dia gadis baik. Tapi ternyata aku salah? Aku ini ibu macam apa sampai tak bisa melihat semua ini dari awal?” Zander menahan napas. “Ibu—” “Aku benar-benar hancur, Zander. Selama ini aku pikir dia tulus... polos… Tapi te

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   54. Mencaritahu Kebenaran

    Kata-kata Alenka menyusup seperti racun. Dan ia tahu, bahkan pria setegar Zander sekalipun… bisa goyah jika menyangkut pertanyaan sebesar itu. Namun Zander tetap diam. Matanya perlahan menajam seperti pisau. Bukan karena percaya… tapi karena ia tahu, ada bagian dari masa lalu Selina yang belum pernah ia sentuh. Dan itu membuatnya—meski sedikit—merasa terusik. Melihat reaksi itu, Alenka semakin menjadi. “Anda pikir dia bersih? Dia pintar menyembunyikan dosa, tapi bagaimana jika itu luka yang dia timbulkan sendiri? Anda layak tahu kebenaran bahwa dia bahkan tidak layak jadi istri CEO Castellvain.” Zander menutup mata. Pelipisnya semakin berkedut mendengar kicauan tak jelas Alenka. Dia menarik napas panjang. "ASWIN!" panggilnya. BRAK! Pintu ruangan terbuka dengan keras. Aswin masuk dengan wajah dingin, matanya langsung menatap Zander, menunggu perintah. Ia sudah mendengar cukup dari luar. "Usir Nona Alenka dari ruanganku! Mulai sekarang, jangan izinkan dia memasuki perusahaan!"

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   53. 'Dia pernah Hamil!'

    Selina berpura-pura membaca berkas proyek di sofanya, padahal pikirannya sedang melalang buana. Dia masih kepikiran Alenka yang sudah melihat wajah Zander. 'Bagaimana jika dia menyebarkannya? Musuh Zander bahkan belum bisa terdeteksi. Sepertinya aku perlu melakukan sesuatu!' Selina beranjak dari sofa, mengemasi kotak makanannya yang masih bertebar di atas meja. "Mas, aku ke Pantry dulu, ya. Mau buang sampah, sekalian buat kopi," ujar Selina. Kening Zander berkerut. Pergerakan tangannya dalam mengetik langsung terhenti. Menoleh pada istrinya. "Tidak perlu. Sedikit lagi Aswin datang. Lalu kita pulang!" kata Zander sambil memeriksa arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "O-oh..., baiklah. Kalo begitu aku hanya akan buang sampah," balas Selina. Tanpa menunda lagi, Selina segera pergi membawa bekas makanannya. Langkahnya begitu cepat menuju lift. 'Alenka belum lama turun. Dia pasti masih di sini,' batinnya. Dia ingin memastikan bahwa Alenka tidak menyebarkan masa

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   52. Terbuka?

    Sinar sore menyusup tenang lewat celah jendela besar ruangan CEO Castellvain. Suasana kali ini terasa lebih santai dari biasanya, seolah ada hawa kedamaian tanpa disadari penghuninya. Kotak-kotak makanan yang tadi dibeli Selina dari seberang klinik kini sudah terbuka rapi di atas meja kerja Suaminya. Zander duduk bersandar santai di kursi kerjanya, sementara Selina duduk di sofa kecil dengan kaki bersilang, sesekali menyuapkan potongan ayam ke mulutnya dengan ekspresi puas.“Mmm… ini enak banget,” gumamnya sambil mengunyah, mata terpejam sesaat karena nikmat.Zander terkekeh pelan. “Kamu makan seperti sudah tiga hari tidak diberi makan, Selina.”Selina yang sedang mengunyah mendadak berhenti. Matanya membelalak, lalu buru-buru menutup mulutnya dengan tisu.“Eh, Mas dari tadi liatin aku ya?” gumamnya kikuk.Zander menyandarkan dagunya di telapak tangan, menatapnya tanpa malu-malu. “Iya. Kenapa?”“Jangan ditatap begitu dong... aku jadi nggak enak.” Selina menunduk, menatap nasi di ko

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   51. Harapan pada Takdir

    Tiga bulan telah berlalu sejak kedatangan Rajendra di Klinik Madam. Luka-luka di wajah Zander nyaris lenyap, setelah menjalani perawatan intensif yang ditangani Selina sendiri. Siang itu, Zander menyempatkan waktunya untuk datang ke Klinik bersama istrinya. Sementara di kantor, Aswin yang menjadi penggantinya. Zander berdiri diam di depan cermin itu. Tubuh tegapnya hanya dibalut kemeja putih terbuka di bagian atas, memperlihatkan wajah yang baru, kulit yang dulu tertutup bekas luka panjang yang membuatnya menutupi wajah selama bertahun-tahun. Ia mengangkat tangannya, menyentuh sisi wajahnya perlahan. Bekas luka itu… hampir menghilang sepenuhnya. Hanya bayangan samar yang tak akan terlihat oleh mata awam. "Pokoknya harus hilang bahkan ke berkasnya juga. Aku ingin membungkam mulut-mulut jahat yang pernah mengataimu dengan sebutan Buruk Rupa, Mas. Aku pastikan mereka akan terpukau melihat wajahmu kembali rupawan seperti sediakala." Kini, kata-kata itu terngiang kembali di kepalany

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   50. Puing-puing Masa Lalu

    Hari telah berganti malam. Hujan akhirnya turun deras membasahi halaman depan Klinik Madam, seperti membasuh sisa ketegangan yang masih menggantung di udara. Selina duduk di sisi tempat tidur dalam ruang perawatan pribadi, menatap wajah Madam Natasya yang masih terbaring lemah. Tangannya tak lepas menggenggam tangan wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Sesekali, ia menyeka dahi Madam yang mulai sedikit berkeringat dengan handuk kecil yang dibasahi air hangat. Lampu meja menyala lembut, menyinari ruangan yang didominasi warna putih. Jam di dinding sudah menunjukkan lewat pukul sembilan malam, namun Selina belum menunjukkan tanda-tanda akan pulang. Hatinya masih digelayuti kegelisahan, terlebih sejak pria asing itu menyebut dirinya sebagai ‘putri mereka’. Memang banyak yang mengatakan dirinya dan Madam terlihat mirip. Cara bicara, pilihan busana, bahkan gestur tubuh mereka. Wajar saja, karena Madam adalah panutannya. Tapi… "Madam sepertinya sangat sensitif saat meny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status