Share

Chapter 4

Author: Peachypie
last update Last Updated: 2024-05-10 19:48:51

Berbeda dengan yang Selena ceritakan tentang calon suaminya dari keturunan keluarga Ellworth. Nyatanya Aiden bukanlah laki-laki menakutkan dan seram seperti bayangannya.

Jika dibayangan Luna Aiden merupakan laki-laki bertubuh tinggi dan besar. Dengan otot di lengan dan wajah garang. Atau mungkin tambahan tato di leher juga garis luka di wajah.

Tapi nyatanya Aiden bak pangeran berkuda putih. Tinggi, memang badannya tampak besar dibanding Luna. Tapi itu wajar karena Aiden laki-laki. Aromanya maskulin namun tak berlebih. Garis wajahnya tegas dengan kedua alis yang tebal. Tatapan matanya?

Jangan ditanya. Luna sampai lupa dunia begitu mata coklat itu menatapnya.

"Terima kasih sudah meluangkan waktumu," kata Aiden begitu mobil mulai memasuki wilayah kediaman Wilson.

Luna terkesiap dari lamunannya. Ia lantas menoleh pada Aiden yang duduk di kursi penumpang bersamanya.

Meski cahaya sedang remang, tapi Luna dapat melihat jelas bagaimana wajah tampan itu. "Sudah seharusnya aku datang. Besok kita akan melaksanakan pertunangan." Luna menjawab dengan pelan dan mencoba tidak menjadi gadis bar-bar seperti sebelumnya.

Bibir Aiden tertarik membentuk senyuman. Begitu mobil berhenti, ia menahan Luna untuk turun. Sedangkan dirinya segera keluar dari mobil dan memutar hingga berhenti di depan pintu mobil Luna.

Luna tersenyum mendapati perilaku Aiden yang manis padanya. Ya, Aiden membuka pintu untuknya. Tidak hanya itu, Aiden juga mengulurkan tangannya begitu tubuh Luna akan keluar dari mobil.

"Ini terlalu manis," ujar Luna berkomentar.

"Tebak, aku belum pernah melakukan ini sebelumnya." Aiden membalas.

"Benarkah? kau belum pernah pacaran?" tanya Luna sedikit terkejut. Tidak mungkin bukan laki-laki setampan Aiden melajang sejak lahir?

Tetapi justru jawaban yang Aiden katakan sama persis dengan pemikiran Luna.

"Aku terlahir untuk dijodohkan dengan keturunan Wilson. Jadi aku tidak berpacaran dengan siapapun."

Luna terdiam. Bagaimana bisa ada laki-laki yang berkonsisten menuruti perintah orang tuanya. Dari cerita Selena, Aiden juga belum pernah bertemu dengan Selena sebelumnya. Tapi laki-laki itu justru menjaga diri dan hatinya untuk seseorang yang akan jadi istrinya kelak.

Sikap Selena sungguh keterlaluan. Bagaimana bisa perempuan itu justru memiliki kekasih sampai mengandung anak dari kekasihnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Aiden yang menjadi khawatir melihat perubahan air muka Luna.

"Eh? Ya aku tidak apa-apa. Terima kasih telah mengantarku pulang Aiden." Luna mengulas senyumnya.

Aiden mengangguk. Masih menggenggam tangan Luna lantas ia mendekat mendekap pinggang gadis itu dan menyandarkan kepalanya pada pundak Luna.

"See you tomorrow, dear."

******

Jika ditanya bagaimana keadaan Luna sekarang. Sudah pasti gugup, tangannya terus berkeringat, nafasnya tak beraturan akibat jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

Selena, memberikan Luna tisu lagi setelah tisu di tangan gadis itu mulai basah oleh keringat. Luna telah memerankan perannya dengan baik kemarin. Tapi bagaimanapun juga Selena harus selalu di sampingnya dan mengawasinya.

Begitu seorang make up artist selesai dengan pekerjaannya, barulah saat itu Luna semakin gugup. Ia melihat pantulan dirinya di depan cermin. Dengan dress panjang berwarna silver pas di badannya kemudian rambutnya yang digelung rapi.

"Tidak apa, kau pasti bisa Luna. Kemarin saja kau telah berhasil meluluhkan Aiden." Selena menenangkan. Kemarin ia juga melihat perlakuan Aiden pada Luna melalui celah jendela.

Luna mengangguk. Memastikan lagi penampilannya hingga akhirnya beranjak dari kursi. Selena menggandengnya. Merangkul lengan gadis itu untuk menuruni tangga di mana acara berlangsung di lantai 1, tepatnya di taman.

Baik keluarga Wilson dan Keluarga Ellworth telah berkumpul. Semalaman Luna membaca file dari Selena tentang silsilah keluarga Ellworth, agar hari ini dia tidak terlalu bingung.

Dapat Luna lihat, Aiden sudah menunggu di pertengahan dekor. Dengan tuxedo berwarna silver juga dan bunga berwarna biru muda di tangannya.

Tunggu. Itu bukan bunga berwarna biru saja, ada beberapa lembar dollar yang dibentuk seperti bunga di bagian tengah buket.

Dengan langkah pelan, Luna mulai menarik bibirnya untuk tersenyum. Ia harus menampakkan kebahagiaan di depan kedua keluarga terhormat ini.

"Menantuku secantik ini ternyata," kata Andreas Ellworth, ayah Aiden berbisik pada Arthur Wilson.

Arthur terkekeh menghilangkan rasa gugupnya. Beliau juga mengkhawatirkan hal yang tidak diinginkan terjadi. "Dia telah berusaha keras untuk pantas bersanding dengan tuan muda Aiden."

"Tidak perlu bersusah payah begitu, selama dia keturunan murni dari Wilson. Itu sudah cukup pantas untuk Aiden," balas Andreas bak menekankan bahwa selama gadis itu merupakan keturunan dari keluarga Wilson semua akan baik-baik saja.

Tetapi justru hal tersebut semakin membuat Arthur gugup. "Ekhmm.." mencoba menenangkan dirinya Arthur berdeham.

Selanjutnya acara berlangsung dengan lancar. Ibu Aiden memasangkan cincin pada jari manis Luna, begitu juga sebaliknya Brianna memasangkan cincin pada jari manis Aiden. 

Acara pertunangan hanya mendatangkan sedikit tamu. Ini permintaan dari keluarga Wilson yang hanya ingin acara berlangsung secara intimate saja. 

Namun disisi lain, Giselle Ibu Aiden menatap Luna dengan penuh kecurigaan. Bukan bermaksud curiga, tetapi ketika melihat garis wajah Luna dia merasa asing dan berbeda dengan wajah keluarga Wilson yang lain. 

Mungkin karena make up atau perawatan anak muda zaman sekarang yang membuat garis wajah Luna menjadi berbeda. 

Tak lama berikutnya, acara berlangsung pada tahap makan-makan bersama. 

Kali ini Luna duduk tepat di samping Aiden. Kata orang tua agar mereka lekas lebih mengenal satu sama lain juga. 

"Bagaimana kuliahmu?" tanya Aiden melupakan pertanyaan ini ketika bertemu kemarin. 

"Aku sudah menyelesaikannya bulan kemarin. Masih harus menjalani koas dan ujian lagi." Luna menjelaskan sesuai dengan materi yang telah Selena berikan. 

Aiden mengangguk-angguk. "Sudah mendapatkan rumah sakit untuk koas?" 

"Sudah, mungkin senin nanti aku sudah bisa datang."

"Aku akan mengantarmu," kata Aiden yang sontak malah membuat Luna panik. 

"Ahh tidak perlu, kau tidak perlu repot-repot menjemputku kemudian mengantarku. Kau pasti sibuk juga dengan pekerjaanmu Aiden." Sebisa mungkin Luna menghindari hal tersebut terjadi. Karena sungguh, hari senin Luna kembali pergi bekerja ke Bellagas kantornya. 

Aiden terkekeh."Tidak masalah Luna, aku pemilik perusahaan. Aku bisa datang kapanpun aku mau. Dan sekarang aku tunanganmu. Aku ingin melakukan hal ini agar kau tahu bahwa kau bisa bergantung apapun padaku."

"Tidak apa-apa Aiden, aku terbiasa hidup mandiri. Ku rasa untuk berangkat pergi aku juga bisa melakukannya sendiri." Luna kembali menolak. Berusaha untuk tetap mempertahankan egonya. 

Tanpa sadar kalimat tersebut justru menyakiti perasaan Aiden. Laki-laki itu jadi merasa bahwa tidak ada bedanya mereka bertunangan dengan tidak jika Luna hanya mengandalkan dirinya sendiri. 

"Tolong jangan berbicara begitu." 

Luna menelan ludahnya merasa tak enak dengan raut wajah Aiden kali ini. Sorot matanya tampak terluka. 

Tapi ia juga tidak bisa berangkat terlambat ke kantor jika harus pergi ke rumah sakit dulu. Ayolah harus bagaimana dia sekarang?

****** 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti   Chapter 100

    Luna melepas pelukannya, ia menatap Aiden dalam diam lalu membawanya keluar ruangan. "Mau ke mana?" tanya Aiden dengan langkah yang terus mengikuti Luna. Setelah berada di taman belakang, barulah Luna berhenti. "Aku punya ide." Luna lalu duduk dan menarik tangan Aiden untuk duduk juga. "Apa itu?""Bagaimana jika aku meninggalkanmu?" Aiden langsung berdecak tidak suka dengan pertanyaan itu. "Mau ke mana lagi? jangan coba-coba untuk meninggalkanku Luna.""Ini hanya sebuah ide. Jika aku selalu dijadikan tawanan untuk Robert atau entah nanti siapapun itu karena mereka tahu aku adalah kelemahanmu. Bagaimana jika kita berpura-pura berpisah saja. Jadi ada atau tidaknya aku di hidupmu itu tidak akan membuatmu lemah." Luna menjelaskan. Tapi melihat raut tidak suka Aiden membuatnya harus meyakinkan laki-laki itu. Luna mengambil tangan Aiden dan menggenggamnya. "Kita harus menyelesaikan ini. Dan kita harus menang."Aiden hanya diam sembari menatap pada kedua mata Luna. Semua yang dikatakan

  • Pengantin Pengganti   Chapter 99

    Luna sedang menyusui Aaron begitu Aiden datang. Wajahnya langsung berseri melihat putra mereka yang sedang minum. Sebelum melepas jasnya, Aiden mendekat untuk mencium puncak kepala Aaron lalu berganti mencium pipi Luna. Ia sangat adil untuk hal ini. Luna tidak banyak berkomentar, ia hanya tersenyum dan ekor matanya melihat ke arah Aiden yang masuk ke kamar mandi. Dalam hati banyak menyesali kenapa dirinya mudah diperdaya hingga menyakiti banyak orang. Mungkin saja jika sedari awal tidak menerima tawaran Selena hidupnya akan damai, walau hidup tanpa kekasih akibat diputuskan waktu itu. Tidak masalah, laki-laki bukanlah satu-satunya tujuan hidup bukan?Tapi tidak boleh berpikir begitu, sekarang sudah ada Aiden yang rela melakukan apapun untuknya. Ia akan aman.Bertepatan dengan Aaron yang sudah memejamkan mata, Aiden keluar dari kamar mandi dengan aroma sabun yang menguar. "Sudah tidur?" tanya Aiden dengan suara pelan. Luna mengangguk. Aiden membuka lemari dengan perlahan takut j

  • Pengantin Pengganti   Chapter 98

    Tidak ada yang menduga bahwa kegiatan panas mereka ternyata menjadi sebuah ancaman untuk Aiden. Entah mendapat dari mana namun kini Luna telah menodong pistol yang sontak membuat Aiden langsung mundur ke belakang.Kedua alisnya menyatu menjauh dari tubuh Luna.Istrinya itu dengan wajah yang masih memerah akibat gairah, juga deru napas yang belum teratur memegang pistol dengan erat."What happen Luna?" Tanya Aiden terbata dengan kebingungan.Itu bukan pistol bohongan. Aiden mengenali nomor seri pada emboss pada bagian sampingnya. Dimana Luna mendapatkan itu?Aiden sudah memastikannya sendiri bahwa nama Luna bersih. Benar-benar bersih bukan merupakan agen intel, seorang tangan kanan mafia, atau sebagainya itu. Lagipula yang kini Aiden bingungkan hanyalah, apa yang sedang terjadi sekarang.Tapi melihat mata Luna berkaca dengan wajah yang sok dikuatkan itu membuat Aiden mengerti sesuatu."Siapa yang menyuruhmu?" Tanya Aiden lembut ia bergerak ke samping kasur dan duduk dengan tenang meski

  • Pengantin Pengganti   Chapter 97

    Luna kembali bersama Aiden. Ia pulang ke Seoul duduk di samping suaminya. Jong Min masih di Jeju. Sengaja menambah masa liburannya dan Giselle telah membantu Jong Min untuk membawa Krystal ke sana melancarkan lamaran yang Jong Min rencanakan. Tidak butuh waktu lama mereka sudah mendarat di Incheon Airport. Giselle sangat senang mendorong troli bayi dimana Baby A tertidur disana.Luna dan Aiden saling bertaut tangan menyembuhkan rasa rindu. Ngomong-ngomong Aiden sudah menyiapkan nama untuk anaknya. Aaron Santana Ellworth. Kata Luna anak mereka lahir sebelum natal tepat ketika salju turun. Entah kenapa nama itu yang terpikirkan dalam kepala Aiden. Tapi jika melihat bayinya, kulit seputih salju itu cocok dengan nama tersebut. Luna tersenyum kala kedua pandangan Aiden terus memandangi troli yang Giselle dorong. Mertuanya itu langkahnya lebih dulu ada di depan mereka. "Terima kasih," kata Aiden sedikit mendekatkan dirinya pada Luna agar terdengar. "Terima kasih untuk apa?" tanya Luna

  • Pengantin Pengganti   Chapter 96

    "Maaf aku terlambat, sesuatu yang hectic terjadi tadi haha.." Aiden terkejut. Ia diam memandang Luna dengan balutan gaun putih berbahan tipis itu. Begitu juga Giselle yang tidak mampu berkata apapun. Memastikan lagi apakah ia salah lihat atau bagaimana. "Luna?" Aiden mencoba menyebutkan nama itu. Barangkali ia salah orang akibat terlalu lama memikirkan istrinya. Tapi perempuan yang ia sebut Luna itu juga terkejut. Suasana menjadi hening untuk beberapa saat dan Jong Min menebak apa yang sedang terjadi. "Kalian saling mengenal?" tanya Jong Min dengan raut cerianya. Kebetulan yang membahagiakan bukan? orang yang kau kenal mengenal teman barumu. Aiden beranjak dari duduknya mengabaikan pertanyaan Jong Min. Ia menatap Luna untuk beberapa saat. Bagaimana mata itu kembali menatapnya. "I found you," lirih Aiden langsung menarik tangan Luna membawanya pergi dari meja. Ada banyak yang harus mereka obrolkan secara empat mata. Giselle yang melihat kepergian mereka hanya dapat berdoa semog

  • Pengantin Pengganti   Chapter 95

    Senyum Jong Min merekah melihat Aiden berjalan ke arahnya. Tamu yang ia tunggu tunggu datang juga. "Sudah lama menunggu?" tanya Aiden juga tersenyum. "Tidak begitu, aku baru datang juga. Ibumu?" Jong Min beralih pada wanita di samping Aiden. Aiden mengangguk memperkenalkan Ibunya pada Jong Min. "Bu ini Jong Min dia sempat menolongku waktu itu."Senyum Giselle merekah. Entah bantuan apa yang Jong Min lakukan pada Aiden, tapi itu sudah menjadi hal baik baginya. Tidak semua orang saling membantu ketika belum mengenal bukan?"Giselle," ucap Giselle memperkenalkan namanya. "Aku Jong Min. Sangat disayangkan, kau lebih cocok menjadi kakak Aiden daripada Ibu." Jong Min memuji wajah Giselle yang tampak awet muda. Mendengar itu Giselle jadi tertawa renyah. Ia suka sebuah pujian. Mereka pun segera duduk pada kursi yang telah disediakan. Di atas meja telah terhidang beberapa makanan yang baru saja tiba ketika mereka sedang asik berkenalan tadi. Pada sela makan malam, Giselle bertanya-tanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status