Home / Fantasi / Pengantin Raja Naga / Bab 1. Yu Jie.

Share

Bab 1. Yu Jie.

Author: Abigail Briel
last update Huling Na-update: 2023-05-18 03:14:03

Lima belas tahun kemudian...

Pagi hari keributan terdengar dari rumah salah seorang Bangsawan yang sangat terpandang di wilayah Zhejiang. Seorang gadis cantik berusia 15 tahun sedang duduk bersimpuh di lantai dengan sebagian tubuh atasnya basah terkena air yang telah disiramkan oleh Ibu tirinya padanya. Gadis belia itu bernama Yu Jie yang artinya giok yang indah, Yu Jie telah kehilangan Ibunya ketika ia berusia 5 tahun.

Di hari pemakaman Ibunya... Ayahnya pulang ke kediaman dengan membawa seorang wanita dan seorang bocah perempuan yang usianya lebih tua 3 bulan darinya, juga ada seorang bocah laki-laki berusia 3 tahun. Tidak hanya itu, keesokan harinya wanita itu bahkan diangkat sebagai Nyonya kediaman.

Dan pagi ini, setelah sepuluh tahun Li Mei menjadi Nyonya di kediaman Yu, untuk ke sekian kalinya Li Mei kembali menyiksa anak tirinya Yu Jie. Kecantikan Yu Jie membuatnya iri terhadap anak tirinya itu, hingga ia selalu menghukum Yu Jie atas kesalahan-kesalahan kecil yang tanpa sengaja Yu Jie lakukan. Dan itu tentu saja atas persetujuan dari suaminya Yu Zhuting.

Sejak belasan tahun yang lalu Li Mei telah menjalin hubungan dengan Yu Zhuting, tetapi Ibu Yu Zhuting tidak mengijinkan Yu Zhuting menikahinya karena ia berasal dari keluarga yang berkedudukan rendah. Yu Zhuting bahkan dijodohkan dengan Shu Xiuying putri dari Pemilik salah satu Sekte besar yang kedudukan keluarganya setaraf dengan keluarga Yu Zhuting. Dari pernikahan tersebut lahirlah Yu Jie 3 bulan setelah Li Mei melahirkan Li Qui, putri pertamanya hasil dari hubungan terlarangnya bersama Yu Zhuting.

Meski telah menikahi Shu Xiuying... Yu Zhuting secara diam-diam masih terus menjalin hubungan dengan Li Mei. Dan setelah kematian Shu Xiuying... Yu Zhuting membawa Li Mei beserta kedua anaknya ke kediaman Yu. Walaupun diangkat menjadi Nyonya kediaman, hubungan Li Mei dengan Ibu Yu Zhuting sangat buruk. Selain itu, Ibu mertuanya itu juga sangat memanjakan Yu Jie dan malah memandang sebelah mata terhadap kedua anaknya. Hal ini yang membuat Li Mei semakin membenci Yu Jie.

Hari ini di saat Ibu mertuanya pergi ke Kuil, Li Mei sengaja memanfaatkannya untuk menghukum Yu Jie. Selama 10 tahun ini ia selalu melakukannya apabila Ibu mertuanya tidak berada di rumah. Ia bahkan mengancam akan memberikan hukuman yang lebih berat lagi jika Yu Jie berani melaporkan apa yang ia lakukan terhadap anak tirinya itu kepada Ibu mertuanya.

Yu Jie yang polos dan belum memiliki akar kultivasi hanya bisa menerima semua perlakuan dari Ibu tirinya juga kedua Saudara tirinya.

"Ingat baik-baik, jika Nenek sampai mengetahui hal ini..."

"Ti... Tidak Ibu, Nenek tidak akan tahu," sahut Yu Jie cepat sambil menundukkan wajahnya ketika Li Mei memberi peringatan padanya agar ia tidak mengadukan apa yang Li Mei lakukan hari ini padanya.

"Bagus kalau mengerti," cetus Li Mei, ia tersenyum miring pada Yu Jie yang tampak berantakan di hadapannya. "Sekarang ganti pakaianmu sebelum Nenek kembali!" titahnya.

Yu Jie mengangguk patuh, perlahan-lahan ia mencoba untuk berdiri tegak, melawan rasa sakit pada kedua betisnya yang sebelumnya telah dipukul oleh salah seorang pelayan kediaman yang merupakan suruhan Li Qui.

Tadi, tak lama setelah Neneknya meninggalkan kediaman bersama beberapa orang pelayan untuk berdo,a di Kuil... Tiba-tiba Ibu tirinya Li Mei memintanya untuk pergi ke ruang dalam Kediaman. Tetapi di saat ia melewati pintu, kedua betisnya dipukul dengan menggunakan kayu dari belakang hingga membuatnya jatuh tersungkur tepat di depan sepatu Li Mei dan Saudari tirinya Li Qui.

Meski beberapa pelayan menyaksikan apa yang terjadi padanya... Tetapi tidak ada seorang pun yang bersedia membantunya. Di sisi lain, Li Mei justru menambah penderitaannya dengan menyiramkan segayung air bekas cucian piring ke atas kepalanya. Sementara Li Qui, Saudari tirinya itu malah terbahak senang melihat perlakuan Li Mei padanya. Seolah apa yang terjadi padanya adalah sebuah lelucon yang sangat lucu.

Saat itu, Yu Jie sama sekali tidak bisa melawan pasangan Ibu dan anak itu. Karena ia terlahir dengan meridian yang bermasalah juga tubuh yang lemah. Dan meski Neneknya selalu memanggil seorang Guru bela diri ke kediaman untuk mengajarinya... Akar kultivasi miliknya tidak pernah bisa terbuka. Seorang Biksu yang pernah diundang Neneknya untuk memeriksa tubuhnya pernah berkata...

"Maaf Nyonya Besar Yu, aku menemukan kejanggalan pada tubuh Nona Besar. Ada tekanan yang cukup kuat dari dalam tubuh Nona Besar, tekanan itu menutup akar kultivasi Nona Besar agar tidak terbuka."

"Lalu bagaimana Kepala Kuil? Apakah Jie selamanya tidak akan bisa mempelajari ilmu bela diri?"

"Amitabha, tekanan tersebut sebenarnya bisa diatasi, hanya sayangnya kekuatanku tidak cukup untuk melakukannya. Nyonya besar membutuhkan seseorang yang memiliki akar kultivasi ribuan tahun untuk membuka akar kultivasi Nona Besar."

Mengingat percakapan Neneknya dengan Biksu Kepala Kuil yang merupakan Pimpinan dari Sekte Tubuh Emas... Yu Jie hanya bisa tersenyum kelu. Dengan tertatih ia mencoba meninggalkan ruangan dalam kediaman agar ia bisa segera mengganti pakaiannya.

"Heh jelek, ingat! Jangan mengadu!"

Yu Jie tersenyum getir mendengar peringatan dari Saudari tirinya itu, dan tanpa menghentikan langkahnya ia menganggukkan kepalanya lalu segera keluar dari ruangan bagian dalam kediaman. Sembari berpegangan pada dinding luar ruangan... Ia meneruskan langkahnya menuju kamarnya. Setelah satu dupa, ia akhirnya tiba di dalam kamarnya. Duduk meringis di atas dipan sambil mencoba mengangkat celana panjang yang berada di balik hanfu yang ia kenakan. Ia menarik celana itu hingga ke lutut dan menemukan kedua betisnya telah membiru dan lebam.

Sejujurnya Yu Jie lupa ini sudah yang keberapa kalinya ia mendapatkan perlakuan kasar seperti ini dari Ibu tiri dan juga kedua Saudara tirinya. Karena sebelumnya ia telah menerima banyak perlakuan kasar sejak wanita siluman yang menyebut dirinya sebagai Ibu tiri itu datang ke kediaman keluarganya.

Belum lama Yu Jie menurunkan celananya dan ingin beranjak dari dipan untuk mengganti pakaiannya... Salah seorang pelayan yang pergi bersama Neneknya pagi ini tiba-tiba berlari melewati ambang pintu kamarnya yang terbuka. Pelayan itu adalah pelayan yang selalu setia kepadanya dan tidak pernah terpengaruh dengan keberadaan Li Mei beserta kedua anaknya. Pelayan itu bernama Chun, Chun bahkan berani membela Yu Jie di hadapan Li Mei ataupun di hadapan kedua anak Li Mei.

"No... Nona, apa yang terjadi?" tanya Chun cemas ketika ia melihat keadaan Yu Jie. Ia berlari menghampiri Yu Jie dan membantu Yu Jie untuk duduk kembali di pinggir dipan. "Eng, Nona. Apakah Nyonya Mei yang telah melakukannya?" tanyanya lagi setelah ia mengamati penampilan Yu Jie yang tampak mengenaskan.

Empat tahun yang lalu, Chun dikirim untuk bekerja pada Nyonya Besar pemilik kediaman ini yang merupakan Nenek Yu Jie. Ia dikirim untuk membalas jasa Nenek Yu Jie yang pernah membayar biaya pengobatan Ibunya di saat Ibunya terkena demam tinggi di depan Kuil. Dan karena ia mengerti sedikit ilmu bela diri, Nyonya Besar sengaja menempatkannya di samping Yu Jie untuk menjaga cucu kesayangannya itu. Hanya saja, sesekali Chun akan pergi untuk menemani Nyonya Besar ke Kuil. Di saat Yu Jie tidak berada di dalam penjagaannya, ia kerap menemukan Yu Jie terluka. Namun yang membuatnya tidak mengerti... Mengapa Yu Jie selalu memintanya untuk tidak mengatakan hal itu kepada Nyonya Besar?

"Nona, sampai kapan Nona akan membiarkan mereka terus menyiksa Nona seperti ini?" protes Chun sebal.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (8)
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
rasa gemes yg bikin penasaran
goodnovel comment avatar
Liya liyana
bisa merasakan bagaimana di posisi yu jien
goodnovel comment avatar
MAF_0808
kesel banget ama yu jien kenapa diem aja diperlakukan begitu
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Raja Naga   Bab 104. Kembali Ke Alam Langit.

    Setelah Raja Iblis dikirim kembali ke Sungai Akhirat-- Feng Huang pun menjentikkan jarinya untuk mengembalikan Kaisar Gao yang sedang terluka ke kapal yang ditumpangi oleh Shu Haocun dan keempat Tetua Sekte. Ia dan Jinlong tidak menghampiri para Kultivator di kapal itu, melainkan hanya melambaikan tangan saja dari atap Istana Jinlong. Di saat yang sama, Hong Hu juga berpamitan pada Feng Huang dan Jinlong untuk kembali ke rakyatnya yang masih berada di hutan perbatasan. Sepeninggal Hong Hu, Feng Huang dan Jinlong memutuskan untuk kembali ke Alam Langit demi menemui para Dewa dan Dewi yang selama lebih dari 500 tahun telah dibiarkan hidup tanpa Pemimpin mereka. ***Keesokan harinya, keadaan di Benua Zhejiang kembali seperti sedia kala. Di Istana Taiyang, dua Tabib Istana sibuk bolak-balik ke ruangan kerja Kaisar Gao untuk mengobati Kaisar mereka itu. "Bagaimana keadaan Yang Mulia?" tanya Gong Fai pada seorang Tabib yang baru keluar dari kamar pribadi Kaisar Gao.Tabib itu mengernyit

  • Pengantin Raja Naga   Bab 103. Tertangkapnya Raja Iblis.

    Tanpa Feng Huang duga, Jinlong yang sejak tadi telah mencoba untuk tidak tertawa keras-- Kini justru terbahak di sampingnya. Melihat tingkah Suaminya itu, ia pun menghela nafas gusar. "Huftt!" ia mengerucutkan bibirnya lalu melemparkan pandangannya pada Raja Iblis yang saat ini telah berdiri tegak di atas rerumputan sambil menatap ke arahnya.Sejak Feng Huang menampakkan wujudnya, semua yang berada di balik kabut tebal sudah mengetahui di mana ia berada, termasuk Raja Iblis."Sekarang kamu sudah muncul? Bagus, jadi terimalah pembalasanku!!" teriak Raja Iblis yang langsung menyerang Feng Huang dengan senjata andalannya, yaitu pemusnah raga Dewa.Feng Huang menghindari serangan tersebut hanya dengan memiringkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya pada Jinlong, membuat serangan Raja Iblis itu tidak berhasil menyentuhnya dan justru melewatinya begitu saja."Apakah dia pikir ini adalah pertempuran 515 tahun yang lalu?" dengusnya.Jinlong hanya tersenyum smirk mendengar ocehan Istrinya i

  • Pengantin Raja Naga   Bab 102. Kemunculan Feng Huang.

    "Bukankah itu maksud kedatanganku ke sini?" "Jika kamu bertemu dengannya, apakah kamu akan melakukan pertarungan dengan jujur kali ini?!" tukas Jinlong sambil menatap Raja Iblis dengan sebelah alis terangkat naik. "Selain itu, aku juga masih ingat bahwa di pertempuran kita yang terakhir kali di Alam Langit-- Saat itu kamu telah melukai Permaisuriku secara diam-diam." Lanjutnya lagi, di saat yang sama salah satu sudut bibirnya terangkat naik membentuk senyum sinis. Senyum Raja Naga itu yang seolah merendahkan kemampuannya, tentu saja membuat Raja Iblis menjadi geram. Ia bahkan berjanji di dalam hatinya akan membuat Raja Naga menyesali apa yang telah dilakukannya dengan cara membunuh Feng Huang di hadapan Raja Naga."Mengapa tidak perintahkan saja Istrimu untuk menampakkan wujudnya?!" cetus Raja Iblis lantang dengan kedua tangan yang terkepal dan rahang yang mengeras.Sesaat kemudian, suara pekikan pheonik memenuhi semua area di balik kabut tebal. Bersamaan dengan itu, seekor pheonik

  • Pengantin Raja Naga   Bab 101. Di Mana Ratu Pheonik?

    Di dalam Istana Jinlong, saat ini Jenderal Shui sedang menahan lengan Jenderal Xiao yang sedang terbakar amarah agar tidak mengejar Raja Iblis. Dan sekeras apapun Jenderal Xiao memberontak, ia hanya terus menatap Sahabatnya itu. "Lepaskan, Jenderal Shui!!" teriak Jenderal Xiao garang sambil menyentakkan lengannya yang sedang dipegang oleh Jenderal Shui. Namun Jenderal Shui semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Jenderal Xiao hingga ia mendapatkan pelototan dari Jenderal Xiao. Beberapa saat yang lalu, sebelum mengejar Jenderal Xiao ke dalam Istana-- Jenderal Shui dan Hong Hu bekerja sama terlebih dahulu untuk menjatuhkan ketiga bawahan Raja Iblis. Sebab saat itu, Raja Naga sedang menghukum Jenderal Tiong dengan mengurung sebagian tubuh sebelah bawah Jenderalnya itu di dalam bongkahan batu es. Bahkan kedua kepalan tangan Jenderal Tiong ikut dibuat membeku.Setelah membuat ketiga bawahan Raja Iblis tak lagi berkutik, ia lalu menitipkan mereka pada Hong Hu untuk mengejar Jenderal

  • Pengantin Raja Naga   Bab 100. Kesalahan Jenderal Tiong.

    "Rajaku, hanya 3 Iblis yang masih bertahan sejauh ini. Dan dengan sisa kekuatan ini hamba pikir kita tidak akan bisa menghadapi Raja Naga juga kedua Jenderalnya. Jadi... Bagaimana jika kita..."Raja Iblis tidak menanggapi ucapan dari salah seorang bawahannya itu, ia justru melirik ke arah Istana Jinlong. Kebetulan kini ia telah berada sangat dekat dengan Istana tersebut, jika ia bisa secepat mungkin berkelebat ke dalam Istana untuk menemukan Feng Huang lalu membunuhnya-- Maka pengorbanan beberapa bawahannya kali ini tidak akan sia-sia.Hanya masalahnya, di bagian mana Istana wanita itu berada sekarang?Ketika pertanyaan ini berkelebat di dalam benaknya, Raja Iblis pun mendengus gusar.'Apakah aku benar-benar tidak bisa menemukan wanita itu?' ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah pembatas api dan air. Ada beberapa retakan tampak di bagian atas pembatas, melihat hal itu ia tersenyum licik.Namun, tanpa Raja Iblis duga-- Dari Langit tiba-tiba dua buah cincin emas melesat cepat ke arahn

  • Pengantin Raja Naga   Bab 99. Di Ujung Ketahanan Pembatas Api Dan Air.

    Pertarungan di pulau terjadi dengan sengit, serangan demi serangan bahkan beberapa kali mengenai dinding pembatas api dan air. Saat itu terjadi, semua Kultivator yang berada di luar pembatas menahan nafas menyaksikan pertempuran antar Raja Naga dan Raja Iblis. Dan, di tengah-tengah kecemasannya akan nasib Benua Zhejiang, Kaisar Gao pun berpikir. Ia tidak bisa hanya diam saja mempertahankan pembatas sedangkan nasib semua penduduk di Benua Zhejiang dan sekitarnya sedang berada di ujung tanduk. "Te-Tetua Shu!" panggilnya pada Shu Haocun. Shu Haocun sontak berpaling setelah ia mendengar panggilan itu, netra tuanya nanar menatap Kaisar Gao. Mencoba mencari tahu apa yang ingin Kaisar Gao bicarakan padanya. "Ada apa, Yang Mulia?" tanyanya dengan kening berkernyit. "Bisakah Tetua Shu menjelaskan padaku, di mana aku bisa menemukan Permaisuri Raja Naga?" tanya Kaisar Gao. Shu Haocun berpikir sejenak, kemudian ia berpaling ke arah Biksu Changyi. Setelah saling bertukar isyarat... Shu Haocun

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status