Share

Kembali Terluka

Penulis: Ummu Amay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 17:54:43

Alex marah karena merasa telah dihina oleh Shania. "Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan? Senang-senang di kafe dan tersenyum bahagia dengan laki-laki lain?"

Shania terkejut. "Kamu memata-matai aku?" tanyanya tak percaya.

"Kau pikir aku tidak ada kerjaan selain memata-matai kamu."

"Lantas, dari mana kamu bisa tahu kalau aku ada acara di kafe?"

"Brian tidak sengaja melihat kamu di sana." Alex menjawab kesal.

"Heh! Anak buahmu ada di sana, lantas di mana bos-nya berada? Apakah sudah ada di rumah? Atau sedang di tempat wanita lain?" tanya Shania menyindir.

Shania tidak asal bicara atau menuduh. Ia mulai curiga kalau Alex kerap bersama seorang wanita sebab dari aroma parfum di kemeja kerjanya yang tak sengaja pernah tercium.

"Apa maksudmu wanita lain? Tentu saja aku sudah pulang. Kamu lihat sendiri aku sudah ada di sini ketika istrinya baru kembali dari luar." Alex terlihat menyembunyikan sesuatu.

"Mana aku tahu. Entahlah, terlalu sulit mempercayai ucapan seorang lelaki yang bahkan tak pernah menganggap istrinya ada."

Setelah berkata demikian, Shania memilih pergi. Ia berjalan menaiki tangga, menuju kamarnya.

Shania tak tahu kalau Alex mengejarnya. "Apa-apaan kamu, Alex?" Terkejut Shania ketika suaminya itu berdiri di belakangnya saat ia baru saja melepas pakaian.

Alex terdiam saat melihat punggung mulus istrinya. "Kau pikir aku berselera melihatmu?" ucap Alex menghina.

"Lagipula untuk apa bersikap sok polos begitu. Aku ini suamimu. Kita bahkan pernah melakukan hubungan suami istri."

"Jangan mengungkit satu kejadian yang bahkan aku tak mau mengingatnya."

"Tak mau, bukan berarti tak pernah terjadi. Mau bagaimana pun juga itu bukan hal tabu yang tidak boleh kita lakukan."

"Tapi, kamu melakukannya dalam keadaan mabuk."

Seketika ada seringai yang hadir di bibir Alex. Lelaki itu kemudian mendekat saat sang istri menutupi tubuhnya dengan handuk.

"Apa yang kamu lakukan? Aku mau mandi!" seru Shania ketika tiba-tiba Alex mendekat dan mendorongnya.

Alex diam saja. Ia lalu menarik kedua tangan Shania ke atas kepala. "Le-lepasin aku, Lex?" Suara Shania mendadak bergetar. Antara perasaan takut dan gugup menjadi satu.

"Waktu itu aku mabuk dan kamu terus menerus mengingatnya. Apakah itu berarti kamu mau kita mengulangi hal tersebut dalam keadaan sadar seperti sekarang?" tanya Alex yang entah ada angin apa tiba-tiba peduli dan mau menghampiri Shania di kamarnya.

Selama ini mereka memang tidur terpisah. Alex yang sejak awal tidak serius menikahi Shania, memilih untuk tidur sendiri dan membiarkan Shania tidur di kamar yang lain.

"Kamu mau melakukan ini bukan?" tanya Alex yang kemudian menempelkan bibirnya ke bibir Shania.

Shania jelas menolak, tapi tak bisa berbuat apa-apa sebab kedua tangannya yang dipegang erat.

Alex lalu melepas ciumannya. Seringai kembali hadir di bibirnya. "Jangan pura-pura!Kamu senang aku menciummu seperti tadi bukan?"

"Tidak. Sama sekali tidak."

Namun, penolakan Shania justru mendapat serangan. Alex kembali mencium istrinya bahkan mendorongnya, membawa ke tempat tidur.

"Alex, lepaskan!" seru Shania dalam kesempatannya melepas pagutan. Tapi, lagi-lagi Alex tak peduli. Ia bahkan sudah mendorong istrinya itu ke atas ranjang.

"Jangan macam-macam, Lex! Aku enggak akan pernah maafin kamu kalau sampai, ehm!"

Tak ada lanjutan kemarahan Shania sebab Alex yang sudah kembali membungkam mulut Shania. Lalu, masih dalam pagutan dengan penolakan yang istrinya berikan, Alex melepas lilitan handuk yang menutupi tubuh sang istri.

"Lex!" seru Shania berekspresi tak percaya saat Alex membuatnya telanjang untuk kedua kalinya. Momen malam pengantin yang berakhir kesakitan Shania, kembali membuat perempuan itu merasakan kengerian.

Namun, ketika Alex akan kembali menyerang, ponsel di sakunya tiba-tiba berdering. Alex berhenti dan memilih untuk memeriksa gadget-nya.

Lalu, "Iya, halo!" sapa Alex seraya melepas pegangan di kedua tangan Shania. Serta merta istrinya itu melepaskan diri dan menjauh.

"Ada apa?" tanya Alex dengan suara lembut. Ia fokus dengan si penelepon, tapi tatapannya tajam mengawasi gerakan Shania.

"Aku akan kesana sekarang."

Setelah berkata demikian, Alex bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan Shania yang terlihat lega. Tapi, lagi-lagi ia kecewa karena kepergian Alex yang selalu tiba-tiba.

"Kemana sebenarnya kamu pergi, Lex?" Shania bertanya pada dirinya sendiri.

Melupakan Alex yang tadi hampir kembali melecehkannya, Shania melanjutkan rencananya untuk membersihkan diri. Nyeri di hatinya saat melihat sang suami langsung berubah tak peduli demi seseorang yang tidak ia tahu.

**

Pagi hari Shania bangun kesiangan. Ia tidak bisa tidur semalaman karena terus menangis meratapi pernikahannya yang tidak sesuai kenyataan.

"Ah, kenapa jadi begini?" tanya Shania ketika ia melihat wajahnya di cermin.

Kedua matanya tampak bengkak sisa tangisannya semalam. Sekarang, ia bingung bagaimana cara menutupinya.

"Bagaimana aku pergi bekerja dengan muka seperti ini," ucapnya kesal.

Sejenak ia berpikir, lalu ia tersenyum seolah menemukan solusi.

"Kita coba cara itu dulu," ucapnya kemudian pergi keluar kamar. Ia berjalan menuju dapur untuk mencari sesuatu. Tas kerja sudah ia bawa sekalian. Jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh, mau tak mau membuat Shania harus melakukannya dengan cepat.

"Ada yang Ibu butuhkan?" Seorang pelayan bertanya ketika Shania muncul di dapur.

"Iya," jawabnya. "Tapi, saya bisa ambil sendiri."

"Oh, iya." Pelayan itu lalu undur diri untuk melanjutkan pekerjaannya.

Shania berjalan menuju kulkas. Di dalam sana ada sesuatu yang dicarinya.

"Semoga ini berhasil," ucap Shania seraya mengambil sepotong timun dari dalam kulkas.

Shania lalu mengiris tipis timun tersebut menjadi beberapa lembar. Setelah itu, ia menempelkannya di kedua mata.

"Segarnya," ucap Shania sembari duduk di kursi ruang makan.

Beberapa menit berlalu, Shania baru menyadari jika tidak ada orang lain di ruangan tersebut selain dirinya.

'Mungkin ia tidak pulang semalam,' batin Shania membicarakan Alex.

Ada rasa nyeri yang kembali hadir demi membayangkan kondisi pernikahannya yang menyedihkan. Perasaan menjadi orang asing di kehidupan pernikahannya sendiri, membuatnya terkadang ingin melepaskan diri.

Tapi, Shania teringat kedua orang tuanya. Bagaimana pun pernikahannya baru seumur jagung. Apa kata orang nanti mengenai kehidupan rumah tangganya yang hancur karena keegoisannya.

Ya, tak bisa dipungkiri, pernikahan yang seharusnya tidak terjadi itu, juga karena perasaan cinta yang Shania miliki terhadap Alex. Ia yang merasa bahagia karena tiba-tiba mendapat lamaran dari kawan baiknya itu, langsung menerima lamaran tersebut tanpa pikir panjang. Padahal Shania tahu dengan pasti jika cinta Alex hanya untuk Maura seorang.

'Aku harus terima ini, bukan?' gumam Shania pilu.

Masih dalam kegiatannya menempelkan irisan timun di kedua mata, tiba-tiba ada bulir air mata yang terjatuh.

'Kenapa aku cengeng sekali, Tuhan?' batin Shania kemudian mencoba menghentikan tangisnya.

Tak lama kemudian Shania melepaskan irisan timun dari kedua matanya. Lalu, ia ambil cermin kecil untuk melihat kondisi wajahnya sekarang.

"Bagaimana bisa hilang kalau aku terus menangis," ucap Shania sembari menepuk-nepuk kedua pipinya.

Shania berusaha melupakan Alex. Meski sulit, ia harus melakukannya. Namun, ketika perempuan itu bertekad untuk melupakan apa yang terjadi, tiba-tiba ia harus menahan rasa sesak dan nyeri di dadanya saat melihat sebuah gambar di ponselnya.

"Benar dugaanku, bukan?"

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Tamu Tak Diundang

    Suasana hening dan menenteramkan di satu pagi di kantor Alex tiba-tiba berubah bising. Suara teriakan dari seorang perempuan menggema hingga terdengar di kantor Alex. "Bagaimana bisa kalian melarangku masuk!" seru perempuan tersebut dengan mudah Alex kenali. 'Maura,' gumamnya.Brian yang tengah membacakan jadwal harian Alex berhenti berbicara karena mendengar suara Maura yang juga ia kenal. "Apakah aku harus meminta bantuan security untuk mengusirnya?" tanya Brian meminta pendapat Alex. Atasan sekaligus sahabatnya itu hanya merespon dengan tatapan yang tak dimengerti. "Apakah kamu mau menemuinya?" tanya Brian lagi enggan melakukan sesuatu sebab khawatir tidak sesuai keinginan Alex. "Biarkan dia masuk." Alex sudah memberi perintah, untuk itulah Brian segera izin keluar untuk mempersilakan Maura masuk. Pintu terbuka. Brian berdiri di ambang pintu dan melihat pemandangan buruk di pagi hari itu. "Pak Brian, maafkan kami. Kami tidak bisa menahannya." Salah seorang sekretaris Alex me

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Berbalik Sikap

    Alex ternyata belum tidur ketika Shania masuk kembali ke kamar. Rasa kesal yang masih hatinya rasakan, membuatnya malas melihat keberadaan lelaki itu di kamarnya. "Mereka sudah pulang?" tanya Alex. Ia yang terlihat tengah membaca buku milik Shania, menatap tersenyum. "Ehm, ya. Baru saja." Shania menjawab dingin. Hal itu jelas Alex sadari. Tapi, lelaki itu memilih untuk pura-pura tak tahu. "Istirahatlah kalau begitu." Alex beranjak bangun setelah meletakkan buku ke atas nakas. Shania tak menjawab. Ia berjalan menuju boks putranya, memperhatikan kondisi bayi itu yang ia tinggalkan cukup lama. "Tadi dia sempat menangis. Aku pikir haus, tapi ternyata popoknya basah." Alex tersenyum menjelaskan. Shania menengok tanpa kata. Ia lalu memeriksa bayinya sekali lagi sebelum pergi. Semua terlihat baik-baik saja. Shania pun lantas berbalik, melangkah menuju kamar mandi. Alex tak bicara lagi sampai Shania menghilang ke balik pintu kamar mandi. Sikap istrinya masih terlihat kesal atau mungki

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sikap Alex yang Berbeda

    Seketika area taman berubah hening, yang tadinya ramai dengan keseruan serta tawa teman-teman Shania, mendadak diam membisu sebab kehadiran Alex di tengah-tengah mereka. Fiersa dan beberapa temannya yang tidak tahu mengenai hubungan Alex dengan Shania, memandang takjub sekaligus tak mengerti. Mereka mengenal sosok Alex, tapi bagaimana bisa pengusaha itu ada di kediaman Shania. Hanya Ethan yang terlihat santai. Ini adalah kali kedua dirinya berjumpa dengan Alex di rumah Shania. Terlebih setelah ia tahu hubungan suami istri yang terjalin di antara mereka yang membuatnya lebih bisa bersikap tenang dan tidak terpengaruh sedikit pun atas kehadiran Alex yang tiba-tiba. "Aku permisi dulu." Setelah menyadari suasana yang mendadak canggung, Shania berinisiatif untuk meninggalkan tempat. Ia memilih untuk mengajak Alex supaya pergi meninggalkan keseruan teman-temannya. Rachel tampak mengangkat kedua bahunya, dan membiarkan Shania pergi bersama Alex. Setelahnya, ia kembali mengajak semua oran

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Keseruan di Kediaman Harrison

    Keluarga Harrison tengah melangsukan makan malam. Beberapa teman Shania, termasuk sahabatnya diundang oleh sang tuan rumah. Makan malam berlangsung penuh kehangatan dan keceriaan sebab salah satu anggotanya yang tak pernah berhenti untuk bercerita. Siapa lagi kalau bukan Rachel —sahabat Shania. Gadis itu datang bersama Ethan dan beberapa teman lainnya yang merupakan anak buah Ethan di kantor. Fiersa, teman Shania yang sudah tahu kalau temannya itu hamil, cukup kaget dan dibuat terkesima dengan fakta mencengangkan mengenai jati diri perempuan itu. Ia bahkan hampir tak bisa menelan makanan yang dihidangkan oleh para pelayan di rumah Shania saking shock-nya. "Apakah Bapak sudah tahu tentang fakta ini?" Fiersa sampai bertanya pada Ethan, sang atasan, saat pertama kali sampai di rumah Shania. "Ya, tidak mungkin aku tidak tahu," jawab Ethan tersenyum. "Sejak kejadian di rumah sakit, aku akhirnya mencari tahu.""Jadi, awalnya juga tidak tahu?"Ethan menggeleng. "Sama seperti yang lainnya

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Cara Alex

    Alex kaget mendengar ucapan Maura. Dilihatnya ekspresi kesal yang ditunjukkan oleh kekasihnya itu setelah mengatakan sesuatu yang merujuk pada sosok Shania. "Aku pergi dulu. Nanti kamu bisa hubungi aku lagi kalau sudah selesai istirahat." Pada akhirnya Alex memilih untuk meninggalkan apartemen. Berusaha sekali mengabaikan kalimat sindiran yang tadi Maura lontarkan. "Apa yang sudah perempuan itu lakukan padamu?" Maura hampir berteriak saat Alex sudah akan membuka pintu mobil. Beberapa orang yang hilir mudik di sekitar mereka, menengok karena penasaran. Termasuk petugas security yang tadi diminta Alex untuk membantu mengangkat koper dan barang milik Maura ke unit apartemen, diam di tempat sambil memperhatikan keributan yang selama ini tak pernah terjadi pada pasangan tersebut. "Aku sedang tidak mau berdebat, Maura. Jadi, lebih baik kamu istirahat sekarang. Jangan lupa makan dulu. Aku sudah pesankan makanan melalui pesanan online. Sekitar sepuluh menit lagi sampai."Alex benar-benar

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengantar Pulang

    Suasana bandara tampak ramai dengan banyaknya orang di area kedatangan atau pun keberangkatan. Alex adalah salah satu dari banyaknya orang tersebut, menunggu kedatangan Maura dari luar negeri. Sebulan penuh wanita itu berada di benua biru untuk menyelesaikan sebuah proyek desain. Sebuah desain yang ia menangkan dalam sebuah lelang di adakan oleh salah satu perusahaan terkenal yang ada di sana. Alex sudah menunggu sekitar tiga puluh menit, namun tanda-tanda kemunculan wanita itu masih belum juga terlihat hingga sosok Brian muncul membawa makanan yang ia pesan. "Kenapa kamu tidak makan di restoran saja? Kenapa harus dibungkus seperti ini?""Tidak apa-apa. Aku lagi mau makan santai saja," ucap Alex seraya duduk di area tunggu. "Kamu tidak mau?" Alex mengangkat satu bungkusan satunya. Brian menggeleng. "Untukmu saja."Alex mengangkat bahunya cuek. Ia lanjut menikmati makanan yang sedang dikunyahnya. Suasana hatinya terasa lain. Sesuatu yang membahagiakan ia rasakan sebab perhatian Sha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status