"Megumi, buka pintunya. Ini aku, Kania."Aku membuka mata, ternyata setelah mandi pagi tadi, aku justru terlelap dan melewatkan sarapan. Melirik ke dinding, sudah hampir pukul sembilan. Kenapa Kania mengetuk pintu, apa dia sengaja membawa makanan untukku?Entahlah, jawaban itu akan aku dapatkan begitu kami bertemu. Mata masih sedikit perih karena menangis selama berjam-jam tadi malam. Kalimat yang dilontarkan Mas Abryal sangat menyakiti hati apalagi dalam keadaan hamil begini, rasanya mudah tersinggung."Kania, Mas Daran?" Aku terkejut melihat mereka datang bersama. Setelah menengok ke kanan dan kiri, sepi."Aman, Mami sama Papi ada acara di luar dan pulang malam nanti. Abryal juga ada operasi besar di rumah sakit." Kania menjelaskan seperti tahu apa yang terlintas di dalam benak.Aku meminta mereka masuk, lalu mengunci pintu kamar rapat berharap benar-benar tidak ada yang melihat kami atau sengaja menguping untuk mengadu pada Mas Abryal. Jantungku berdegup tidak normal. Mereka berdua
"Itu hukuman setiap kali kamu mencoba melawan." Mas Daran mengucapkan itu ketika menarik diri.Sial, jantung berdegup tidak normal. Aku tahu ini bukan cinta, tetapi rasa gugup karena mendapat kecupan lembut di bibir. Kenapa bukan Mas Abryal yang melakukannya? Aneh, aku bingung kenapa hanya diam dan bukan memberontak atau memakinya."Kamu suka? Kalau suka, nanti kita ulang.""Mas Daran!" pekikku berhasil membuatnya terkekeh pelan.Entah kenapa, kekehan kecil itu seperti menumbuhkan bunga di musim semi. Aku menjadi semakin bingung berada di dekat Mas Daran. Terlalu banyak teka-teki yang tidak bisa dipecahkan dengan mudah.Mobil kembali melaju, aku sengaja memejamkan mata untuk menghindari obrolan yang mungkin tidak masuk akal. Pada intinya sekarang aku merasa bahagia. Mas Daran adalah kakak ipar yang baik dan suatu hari aku akan membalas kebaikannya.Sayang sekali lelaki tampan di sampingku tidak ada keinginan untuk menikah, padahal dari segi paras dia terbilang tampan. Pun pekerjaan ya
"Kania ....""Daran mana? Tadi bukannya kalian pergi bersama?""Aku di sini." Daran memanggil salah satu asisten rumah tangga, memintanya menyimpan susu ibu hamil itu di dapur juga beberapa buah dan cemilan lainnya. Lumayan banyak. Sekarang dia beralih menatap Kania ketika tangannya kosong. "Kania, tolong kamu pantau Megumi. Dia tidak boleh lelah, tetapi tidak boleh terus bersembunyi di dalam kamar.""Kalian sudah ke dokter buat periksa kandungan?"Aku memilih bungkam, melipat bibir karena bingung mau menjawab apa. Saat melirik pada Mas Daran, dia justru merekahkan senyum setelah mengangguk sebelumnya. Mas Daran menjelaskan bahwa hasilnya memang positif dan surat keterangan itu akan dia simpan sendiri.Kania mengangguk. Setelah Mas Daran pergi entah ke mana, aku membawanya sedikit menjauh dari para pekerja yang mungkin bisa menguping pembicaraan kami. Kania tentu saja tidak tahu apa yang sedang terlintas dalam pikiranku.Sesampainya di sudut ruangan dekat kamar mandi tamu, aku melepas
"Mas Abryal ...." Aku mengulum senyum, menatap penuh cinta kepadanya.Namun, lelaki itu tetap dingin seperti biasa padahal kami baru saja melakukan sentuhan fisik walau tidak seberapa. Di matanya tidak ada binar cinta. Kenapa Mas Abryal seperti itu? Apa memang dia masih belum bisa menerima aku seutuhnya?Menghela napas menanti jawaban. Mas Abryal masih menatap aku lekat. Bibirnya terkunci, mungkin menyesali ciuman yang dia beri tadi. Lantas apa yang harus kita lakukan setelahnya, terus diam sepanjang masa sampai kehidupan luar kembali memberi jarak?"Megumi, ada banyak hal yang semestinya kita bicarakan. Bagaimana dengan kehamilanmu ... sudah periksa kandungan?""Kamu peduli sama aku? Mas, akhirnya kamu percaya kalau anak dalam kandungan ini memang darah dagingmu?"Senyum yang baru saja aku ukir dengan tulus, seketika sirna ketika Mas Abryal menggeleng. "Tidak. Aku hanya penasaran siapa ayah biologis anak itu.""Kalau kamu nggak bisa cinta sama aku seperti dulu, ceraikan saja aku. Ent
PoV Abryal _______________ Aku heran dengan sikap Daran yang selalu ada untuk membela Megumi. Padahal jika kembali ke masa lalu, aku masih ingat betul ketika hendak mengenalkan mereka sebelum pernikahan. Daran adalah tipe lelaki yang tidak suka diganggu apalagi sampai membela seorang perempuan. Memang sebuah fakta bahwa Megumi adalah adik ipar, tetapi apakah wajar jika harus dilindungi seperti itu? Kita berdua, saudara yang tidak memperhatikan satu sama lain. Hal itu yang membuat Daran seharusnya cuek pada Megumi. Bagaimana aku tidak menaruh curiga pada Daran? Dulu sebelum pernikahan, Megumi pernah bersumpah kalau dirinya masih gadis dan kukuh menjaga kehormatan padahal aku hanya memancing kala itu. Pura-pura mengajaknya membuktikan cinta dengan sentuhan fisik yang ditentang orang tua. Malam itu ketika aku mendapat pesan darurat dari Dokter Cindy, aku menyesal karena tidak menyempatkan diri menemui Megumi di kamar. Ya, aku yakin kalau Megumi bersekongkol dengan seseorang. Besar k
PoV Megumi______________"Bagaimana rasanya di-bully?"Aku mengangkat wajah, tidak percaya dengan pertanyaan Mas Abryal. Apa dia sengaja melakukan ini untuk mem-bully aku? Lantas atas dasar apa?Lihatlah, minuman yang aku teguk hingga tandas tadi terpaksa dimuntahkan dan mengotori lantai. Perih seketika menyebar di dalam dada. Aku melempar cangkir hijau itu sehingga pecah berkeping-keping."Sejak tahu kamu sudah tidak perawan, aku banyak diam di tempat kerja dan sulit menyapa ramah beberapa pasien. Dokter bahkan direktur rumah sakit sampai mengancam akan memecat kalau aku mengulangi kesalahan yang sama. Beberapa rekan perawat justru mencibir aku terkait sikap non-profesional dalam pekerjaan dan juga pernikahan kita yang .... Satu dari mereka mendengar curhatan aku ke teman dan menyayangkan kamu yang tidak mengeluarkan noda di malam pertama. Menurutmu, apa aku tidak tertekan?""Kamu curhat ke temanmu tentang aku? Bilang apa kamu, Mas?!""Apa adanya. Aku tipe orang yang nggak bisa mend
Lelaki bertubuh tinggi itu membuka masker dan kaca mata yang dia pakai. Aku menganga sempurna. "Mas Daran?""Ya, seperti yang kamu lihat. Makanya, lebih baik mencintai diri sendiri.""Jadi, karena diduakan, Mas Daran memilih hidup sendiri selamanya?"Lelaki itu mengangguk pelan, aku sendiri menggigit bibir karena merasakan sakitnya. Siapa yang bisa segera sembuh dari luka karena dikhianati? Aku saja yang hubungannya renggang karena kesalahpahaman atau sebut saja dosa—tidak disengaja—terus merasa bersalah dan menyesal.Hidup terkadang sekejam itu. Ketika tulus mencintai sepenuh hati, maka kerap dibalas pengkhianatan. Aku pernah memiliki seorang teman online, pacaran selama tiga tahun lantas putus karena fitnah orang ketiga. Sampai dua puluh tahun berlalu, cinta itu masih bersarang di hatinya, padahal mantan kekasih telah menjalani kehidupan baru bahkan anak keturunan.Dia mengatakan, "Andai aku bisa hidup sebagai kupu-kupu, maka aku pasti bahagia karena bisa terbang bebas mencarinya. A
PoV 3__________"Daran!" Abryal membentak, wajahnya merah padam. Tentu saja karena dia adalah anak semata wayang Yuni. Kedua tangan terkepal sempurna.Anehnya, Kania langsung memeluk Abryal dari belakang, berusaha meredam emosinya. Apabila dua lelaki dewasa saling beradu fisik, bukankah akan terjadi masalah besar yang bisa berakhir penyesalan? Kania tidak ingin ada pembunuhan di rumah itu."Kenapa, kamu marah karena aku mengungkap fakta? Abryal, anak yang paling patuh pada orang tua dan sangat berprestasi. Terkenal baik dan ramah pada semua orang, tetapi bagaimana dengan sikapmu ke Megumi?"Lelaki yang semakin marah itu melepas paksa pelukan Kania, lantas menyerang Daran tanpa ampun. Sebenarnya Daran bisa melawan, tetapi dia sengaja mematung beberapa saat agar bisa melancarkan misi yang sempat tertunda."Mas, kamu bisa membunuhnya!" teriak Megumi histeris sambil berusaha melepaskan mereka.Abryal yang kesetanan langsung mendorong istrinya. Wanita itu terpental sedikit jauh, sikunya s