"Tunggu, apa semalam kita ...." Ucapan lelaki itu menggantung di udara.
"Biadab kamu, Mas. Aku nggak nyangka kalau kamu berani merenggut kesucian adik ipar sendiri."
"Meg–"
"Sialan! Kamu merusak masa depan aku!"
Entah apa yang terus dikatakan oleh Mas Daran. Dia adalah kakak kandung suamiku. Lelaki berkulit sawo itu terus saja berbicara, mungkin menjelaskan semuanya dan sayang sekali aku menulikan telinga dengan terus berteriak padanya. Bercinta bersama kakak ipar adalah hal yang tidak pernah ada dalam angan. Ini masalah besar.
Aku mendengkus, menatap kesal pada Mas Daran. Bagaimana mungkin aku bisa seceroboh ini? Lagi pula salah dia karena aroma parfumnya sama dengan Mas Abryal. Apalagi dalam keadaan gelap. Ah, sial. Kalau saja Mas Abryal tahu, mungkin pernikahan kami akan berakhir detik ini juga.
"Mas Abryal mana? Kenapa kamu yang masuk ke kamar?" tanyaku terdengar sinis.
"Meg, aku minta maaf. Ini kecelakaan."
"Kecelakaan? Apa maksudmu? Tadi malam jelas kamu matiin lampu, kan? Terus aroma parfum lemon, maksudnya apa? Sengaja menipu aku?"
Tidak ada pilihan untuk menyudutkan lelaki itu selain menghujaninya dengan banyak pertanyaan. Untung saja kata Mas Abryal, kamar ini dilengkapi dengan alat pengedap suara. Jadi, meskipun kami berteriak, tidak akan didengar oleh siapa pun. Sebenarnya aku ingin mengambil jurus menghilang saja agar rasa malu tidak terlalu menjalar di tubuh.
Mas Daran sendiri sibuk menggaruk kepala. Sialan, tadi malam aku terlalu menikmati bahkan sengaja mengeluarkan desahan kecil sesuai saran teman-teman agar menambah gairah. Ya, kami melakukannya sampai dua ronde. Aku sampai kewalahan dan langsung tertidur setelah melakukan aktivitas menguras keringat tersebut.
"Meg, sekarang aku ingat. Maaf, tadi malam aku tiba-tiba ngerasa panas gitu. Kayak ada sesuatu yang memang harus dituntaskan. Makanya tadi malam pengen langsung tidur aja eh malah belok ke sini. Ngeliat kamu hasratku tiba-tiba memuncak dan semua terjadi begitu saja."
"Suara kamu mirip banget sama Mas Abryal, Mas, makanya aku juga ketipu dan nerima begitu aja. Lagian kenapa pakai parfum adikmu?!"
Tidak ada jawaban. Dia seperti orang bingung yang bodoh, berusaha mengingat semua yang terjadi. Rasa sakit di bawah sana masih sangat terasa, aku sedikit kesulitan berjalan. Entah bagaimana tanggapan keluarga jika tahu kalau aku telah menyerahkan mahkota pada kakak ipar sendiri.
"Biadab kamu, Mas!" umpatku lagi hampir saja meludahi wajahnya. Air mata perlahan jatuh membahasi pipi.
Mas Daran hanya diam, lalu beranjak cepat meninggalkan aku di kamar setelah memakai baju. Tega sekali, padahal seharusnya dia meminta maaf berulang kali atau minimal menjelaskan kenapa dia harus merenggut kesucian aku. Alasan yang dia lontarkan tadi sedikit tidak masuk akal. Aku menghela napas sebelum akhirnya melangkah menuju kamar mandi yang ada di sudut ruangan.
Gemericik air yang membasahi tubuh sedikit mampu melebur segala kesedihan dan amarah yang mengendap dalam dada. Hingga setengah jam berlalu, rasa segar tidak hanya dirasakan oleh tubuh melainkan juga hati ini. Jika perempuan lain menghabiskan waktu dua jam untuk berdandan, tidak denganku. Dalam waktu kurang dari satu jam, polesan natural yang menghias wajah begitu menenangkan.
"Non Megy, ibu menunggu di bawah!"
"Iya!" sahutku tanpa membuka pintu. Suara itu mungkin milik asisten di rumah ini.
Setelah memastikan rambut sudah kering, aku menggulungnya dengan rapi. Rupanya sudah hampir pukul tujuh, waktunya mengisi perut yang sudah keroncongan sejak tadi malam. Pegal di sekujur tubuh begitu mengganggu. Namun, sebelum keluar kamar, aku harus membersihkan noda di seprei.
Kini, kaki mengayun pelan menuruni anak tangga. Setibanya di meja makan, sudah ada mertua di sana. Seorang diri seolah single parent yang sudah berpisah dengan suami. Kami duduk saling berhadapan, terhidang sarapan berupa roti, telur rebus, selai serta dua gelas susu. Canggung sekali, terlebih ketika mengingat bahwa perempuan paruh baya ini menentang hubungan kami.
"Good morning, Honey!"
Aku menoleh, Mas Abryal datang dengan senyum menawan, terlihat sangat bahagia. Dia tampan rupawan, melebihi kakaknya sendiri. Aroma parfum lemon menguar, menusuk hidung. Tiba-tiba teringat kejadian tadi malam membuat bibir begitu kaku walau sekadar mengukir senyum sebagai balasan.
Lelaki itu duduk di sampingku setelah mengusap kepala ini berulang kali. Ibu mertua yang katanya dipanggil Mami hanya mendelik kesal. Ada apa dengannya? Bukankah seharusnya tersenyum agar suasana menjadi cair dan bukan canggung begini? Hey, aku adalah menantu di rumah ini, bukan orang asing yang akan mencuri anaknya.
"Maaf, ya, soal tadi malam. Kamu udah baca pesan mas, 'kan?"
"Pesan apa, Mas?"
"Kamu nggak ngecek pesan yang mas kirim? Lalu tadi malam ngapain aja?"
Sekarang aku melipat bibir. Jawaban apa yang seharusnya aku katakan pada suami sendiri? Tidak mungkin berbohong apalagi jujur. No, jika aku mengatakan semuanya, maka talak tiga pasti langsung jatuh padaku. Mas Abryal pasti punya alasan logis kenapa tadi malam dia tidak ada di rumah.
"Kamu sakit?" Aku menggeleng, Mas Abryal melanjutkan, "muka kamu pucat banget, Sayang."
"Paling kecapean. Mending kamu makan sekarang, tadi malam capek banget, kan?" Ibu mertua menyela membuat kami berdua menurut saja.
***
Selesai sarapan, aku mengikuti langkah Mas Abryal menuju kamar. Sementara pekerjaan rumah akan diselesaikan oleh asisten rumah tangga yang entah siapa namanya. Aku deg-degan, semoga saja hari ini suami tidak meminta haknya atau aku akan ketahuan. Sesampainya di kamar, tentu segera membuka laci nakas untuk mengambil ponsel di sana.
Benar saja, ada pesan dari Mas Abryal yang menjelaskan kalau malam ini dia harus ke rumah sakit karena ada pasien darurat dan membutuhkan dirinya untuk ikut ke ruang operasi. Mas Abryal memang seorang perawat, jadi hal itu bisa dimaklumi meskipun harus menyakiti hati istri sendiri karena ditinggalkan pada malam pertama.
"Kok, kamu diem aja? Biasanya juga ngomong sampai berbusa mulutnya." Ma Abryal terkekeh kecil, dia menjawil hidung ini seperti biasa.
"Mas, aku ... aku hanya–"
"Kenapa? Mau itu-ituan ya, karena tadi malam gak sempat?"
"Tidak." Aku membulatkan kedua mata. "Maksudku bukan gitu, Mas. Cuman ini masih terlalu pagi, apa gak bisa nunggu malem aja?"
Mas Abyral menggeleng. Dia terus memaksa agar aku melayaninya pagi ini juga. Haruskah, sementara rasa sakit di antara kedua paha masih belum hilang? Aku juga takut karena tadi malam kakak ipar meninggalkan jejak di bagian dada. Kalau Mas Abryal melihat, tentu dia akan marah besar, sementara aku ingin pernikahan kami langgeng sampai maut memisahkan.
"Gak ada bedanya antara pagi sama malem, Sayang. Oke?"
Sekali lagi aku menggeleng cepat. Ketika Mas Abryal menarik tangan ini, aku dengan kasar menepisnya. Harus ada alasan untuk menolak, tetapi apa? Lama berpikir, tidak menemukan jawaban. Mas Abryal kini berhasil melepas baju yang aku kenakan. Namun, sepertinya takdir sedang berpihak karena ponsel yang suami letakkan di nakas berdering. Mengintip sekilas, tertera nama dokter Cindy. Siapa dia?
"Hubungan apa, Mas? Aku nggak punya hubungan apa-apa sama Mas Daran selain sebagai adik ipar." Megumi memaksa diri tersenyum sinis. "Harusnya kamu yang takut kalau nanti aku mengumbar kebusukan kamu di depan semua orang.""Baik, silakan. Kita lihat saja siapa yang akan dipermalukan. Aku atau ...." Abryal menoyor bahu kiri sang istri seraya melanjutkan, "kamu!"Megumi tidak memberi jawaban, melainkan hanya mengibas tangan. Cintanya pada Abryal semakin sirna dan tidak ada alasan untuk terus mengalah. Dia sudah muak dianggap sebagai bahan pelampiasan.Andai saja sejak dulu tahu bahwa kehidupan setelah pernikahan akan sangat menyakitkan, Megumi akan memilih hidup sendiri sembari menunggu pangeran dengan kuda putih datang menjemput.Saat hendak memejamkan mata, Abryal dengan kasar menyingkap selimut yang menutupi tubuh wanita itu. Dia sangat marah karena diabaikan, padahal sengaja ingin membuatnya cemburu.Sejak mengetahui bahwa sang istri tidak lagi suci sebelum mereka memulai malam perta
"Dan aku pribadi belum pernah mendengar kabar Pak Daran menikah," lanjut gadis itu mengikis jarak di antara mereka.Jika tidak berusaha, maka selamanya cinta akan bertepuk sebelah tangan. Helen hanya peduli pada perasaannya. Sejak dua tahun lalu, cinta tumbuh di dalam hati, meraja, terus memanggil nama Daran."Aku tidak tertarik sama kamu. Kalau nggak mau dapat masalah, jangan pernah muncul di hadapan aku lagi!""Bagaimana kalau aku bilang ke semua orang kalau tadi Bapak sama wanita itu saling ...." Helen menautkan jari tangan kanan dan kirinya sambil tersenyum penuh misteri. "Aku melihatnya pergi sambil megang bibir bawahnya."Daran tersenyum miring. Dia tidak menduga gadis di hadapannya sangat peka dengan gerak tubuh. Hanya melihat Megumi memegang bibir saja sudah berhasil membuatnya menebak bahwa tadi mereka berciuman.Namun, Daran bukan tipe lelaki yang mudah menyerah. Dia akan selalu mengelak bahkan ketika bukti sudah memberatkan. Semua orang tahu kalau dia masih lajang, lantas j
"Jadi, Cindy ada di balik semua ini?"Daran mengangguk membenarkan. Dia pun geram dan bersumpah akan membalaskan dendamnya. Kesalahan terbesar dokter itu adalah membuat Daran dalam masalah dan menyebabkan seorang gadis kehilangan kehormatan yang berusaha dia jaga untuk suaminya. Akan tetapi, di balik kesalahan itu tersimpan sebuah kebaikan di mana Daran kembali jatuh cinta.Ya, dia mencintai Megumi. Adik ipar yang telah dinodai pada malam pertama sehingga menyebabkan kericuhan besar. Selain tanggungjawab, Daran memang berharap suatu hari bisa menikah dengannya. Akan tetapi, bukan sekarang karena dia ingin membuktikan kebusukan Cindy dan Abryal sebelum keluarga menilai buruk Megumi."Keterlaluan! Jadi, kita harus gimana, Mas?""Kamu belum menjawab pertanyaan aku, Megy!" Daran menyelipkan rambut Megumi ke belakang telinga dengan gerakan lambat.Dua orang dewasa itu menatap satu sama lain, menelan saliva karena ada gelora di dalam dada. Napas kian memburu ketika keduanya saling mengikis
"Kamu nggak usah sok baik, Meg. Urus diri sendiri aja. Kalau bisa bujuk Abryal biar mau ceraiin kamu." Setelah itu, Yuni langsung meninggalkan menantunya tanpa rasa bersalah. Sebagai sesama perempuan, bukankah harusnya saling mendukung agar pernikahan tidak berujung pada perpisahan? Dia benar-benar unik, tidak pernah memikirkan perasaan orang lain dan sungguh, Megumi menyesal menikah dengan kekasihnya. Seorang kekasih yang dulu diagung-agungkan, dipercaya akan memberi kebahagiaan dunia akhirat, ternyata justru melukai di awal pernikahan. Kalau memang terbukti dia bermain api sebelum menikah dengan Megumi, maka wanita itu akan membuat tangannya terbakar oleh api. Cepat atau lambat, pembalasan itu akan tumbuh seiring dengan dendam membara karena dikhianati. Mengepal tangan kuat berusaha menahan emosi di dada. Sesuai saran dari Kania bahwa dirinya harus bisa terlihat santai. "Tadi aku lihat Tante Yuni keluar dari sini. Dia bikin masalah lagi?" Megumi tersentak, lantas menoleh ke sumb
"Dua hari. Kania berjanji akan membongkar kebusukan Abryal dalam waktu dua hari.""Dia seyakin itu, Mas? Bagaimana kalau ternyata Kania tidak berhasil karena Mas Iyal setia sama aku?"Daran menggeleng pelan, berusaha meyakinkan Megumi bahwa suaminya memang telah mendua. Meskipun masih tanda tanya, tetapi kebenaran pasti terungkap cepat atau lambat.Lelaki tampan itu percaya pada Kania. Dia yakin bahwa dalam waktu dua hari akan ada kejelasan mengapa Abryal meninggalkan istrinya di malam pertama mereka.Di rumah itu, selain Yuni, hanya Kania yang paling dekat dengannya. Daran menduga bahwa ada sesuatu yang sepupunya sembunyikan, tetapi memiliki masa untuk mengungkap."Kalau memang Mas Iyal selingkuh, maka aku tidak akan memaafkannya.""Lagi dan lagi kamu memanggilnya Iyal. Masih cinta sama dia?"Megumi memilih diam. Jauh di sudut hati dia memang sangat merindukan lelaki itu. Seorang lelaki yang dulunya begitu baik, lembut dan memperlakukannya seperti princess. Sekarang semua berubah beg
PoV 3__________"Daran!" Abryal membentak, wajahnya merah padam. Tentu saja karena dia adalah anak semata wayang Yuni. Kedua tangan terkepal sempurna.Anehnya, Kania langsung memeluk Abryal dari belakang, berusaha meredam emosinya. Apabila dua lelaki dewasa saling beradu fisik, bukankah akan terjadi masalah besar yang bisa berakhir penyesalan? Kania tidak ingin ada pembunuhan di rumah itu."Kenapa, kamu marah karena aku mengungkap fakta? Abryal, anak yang paling patuh pada orang tua dan sangat berprestasi. Terkenal baik dan ramah pada semua orang, tetapi bagaimana dengan sikapmu ke Megumi?"Lelaki yang semakin marah itu melepas paksa pelukan Kania, lantas menyerang Daran tanpa ampun. Sebenarnya Daran bisa melawan, tetapi dia sengaja mematung beberapa saat agar bisa melancarkan misi yang sempat tertunda."Mas, kamu bisa membunuhnya!" teriak Megumi histeris sambil berusaha melepaskan mereka.Abryal yang kesetanan langsung mendorong istrinya. Wanita itu terpental sedikit jauh, sikunya s
Lelaki bertubuh tinggi itu membuka masker dan kaca mata yang dia pakai. Aku menganga sempurna. "Mas Daran?""Ya, seperti yang kamu lihat. Makanya, lebih baik mencintai diri sendiri.""Jadi, karena diduakan, Mas Daran memilih hidup sendiri selamanya?"Lelaki itu mengangguk pelan, aku sendiri menggigit bibir karena merasakan sakitnya. Siapa yang bisa segera sembuh dari luka karena dikhianati? Aku saja yang hubungannya renggang karena kesalahpahaman atau sebut saja dosa—tidak disengaja—terus merasa bersalah dan menyesal.Hidup terkadang sekejam itu. Ketika tulus mencintai sepenuh hati, maka kerap dibalas pengkhianatan. Aku pernah memiliki seorang teman online, pacaran selama tiga tahun lantas putus karena fitnah orang ketiga. Sampai dua puluh tahun berlalu, cinta itu masih bersarang di hatinya, padahal mantan kekasih telah menjalani kehidupan baru bahkan anak keturunan.Dia mengatakan, "Andai aku bisa hidup sebagai kupu-kupu, maka aku pasti bahagia karena bisa terbang bebas mencarinya. A
PoV Megumi______________"Bagaimana rasanya di-bully?"Aku mengangkat wajah, tidak percaya dengan pertanyaan Mas Abryal. Apa dia sengaja melakukan ini untuk mem-bully aku? Lantas atas dasar apa?Lihatlah, minuman yang aku teguk hingga tandas tadi terpaksa dimuntahkan dan mengotori lantai. Perih seketika menyebar di dalam dada. Aku melempar cangkir hijau itu sehingga pecah berkeping-keping."Sejak tahu kamu sudah tidak perawan, aku banyak diam di tempat kerja dan sulit menyapa ramah beberapa pasien. Dokter bahkan direktur rumah sakit sampai mengancam akan memecat kalau aku mengulangi kesalahan yang sama. Beberapa rekan perawat justru mencibir aku terkait sikap non-profesional dalam pekerjaan dan juga pernikahan kita yang .... Satu dari mereka mendengar curhatan aku ke teman dan menyayangkan kamu yang tidak mengeluarkan noda di malam pertama. Menurutmu, apa aku tidak tertekan?""Kamu curhat ke temanmu tentang aku? Bilang apa kamu, Mas?!""Apa adanya. Aku tipe orang yang nggak bisa mend
PoV Abryal _______________ Aku heran dengan sikap Daran yang selalu ada untuk membela Megumi. Padahal jika kembali ke masa lalu, aku masih ingat betul ketika hendak mengenalkan mereka sebelum pernikahan. Daran adalah tipe lelaki yang tidak suka diganggu apalagi sampai membela seorang perempuan. Memang sebuah fakta bahwa Megumi adalah adik ipar, tetapi apakah wajar jika harus dilindungi seperti itu? Kita berdua, saudara yang tidak memperhatikan satu sama lain. Hal itu yang membuat Daran seharusnya cuek pada Megumi. Bagaimana aku tidak menaruh curiga pada Daran? Dulu sebelum pernikahan, Megumi pernah bersumpah kalau dirinya masih gadis dan kukuh menjaga kehormatan padahal aku hanya memancing kala itu. Pura-pura mengajaknya membuktikan cinta dengan sentuhan fisik yang ditentang orang tua. Malam itu ketika aku mendapat pesan darurat dari Dokter Cindy, aku menyesal karena tidak menyempatkan diri menemui Megumi di kamar. Ya, aku yakin kalau Megumi bersekongkol dengan seseorang. Besar k