Share

Pengasuh Cantik CEO Duda
Pengasuh Cantik CEO Duda
Penulis: Purplexyiii

Jebakan Bir Gratis

"Anda mau memberinya obat tidur?"

Pria berjas hitam dengan rahang tegas itu menarik kedua sudut bibir, pandangannya menatap lekat pada seorang gadis cantik mengenakan hoodie berwarna abu-abu dan celana jeans yang duduk sendirian di sofa memanjang.

"Ya, dia targetku malam ini."

Sang bartender muda mengangguk patuh dan mulai memasukkan obat yang dibawa pria di depannya. Ia kemudian beranjak menuju gadis yang dimaksud oleh pelanggan setianya itu.

Agatha Marvelly menopang dagu dengan mimik lesu. Insiden di mana ia menjatuhkan ponsel iPhone milik senior kampusnya teringat lagi di otak. Agatha berulang kali mengembuskan napas panjang, belum lagi ia disuruh ganti rugi dalam waktu satu Minggu.

Sebagai mahasiswi semester akhir yang tinggal di kos-kosan, bagaimana bisa ia mendapatkan uang 15 juta dalam waktu sesingkat itu?

Maka untuk pertama dan terakhir kalinya, malam ini Agatha memutuskan ke bar guna menenangkan akal sehatnya.

"Mungkin ini bisa membantu Anda tenang."

Agatha yang sedang melamun alih-alih frustasi mengangkat kepala begitu melihat segelas minuman diletakkan di depannya. Ia reflek meneguk ludah. Sekilas terlihat menyegarkan dan menggoda rasa hausnya untuk segera meneguk.

"Gadis cantik seperti Anda tidak perlu membayarnya," celetuk bartender tampan itu dengan senyum ramah.

Agatha mengernyit heran, bingung karena tiba-tiba mendapat minuman padahal ia tidak memesan. Tetapi belum sempat ia membuka suara, bartender itu sudah berlalu pergi. Agatha menatap segelas minuman berwarna kuning keemasan dengan buih-buih putih di permukaannya. Tanpa harus bertanya pun, mahasiswi seperti dirinya sudah tahu itu minuman apa.

"Meminumnya sekali tegukan tidak akan membuatku mabuk, kan? Benar, aku hanya ingin membasahi tenggorokan saja. Lagi pula aku tidak boleh menyia-nyiakan minuman gratis ini."

Agatha mengangguk untuk meyakinkan diri dan berpikir positif. Wajah si bartender tadi tidak mencurigakan, jadi ia pikir bir yang sudah ada di genggamannya itu tidaklah berbahaya.

Agatha merapal doa, lalu meneguk bir itu sekali. Kernyitan di dahinya reflek muncul, ternyata rasanya tidak seenak yang ia bayangkan. Begitu ia meletakkan kembali bir itu yang masih tersisa banyak ke meja, tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut.

"Astaga. Apa aku baru saja tertipu?" ringis Agatha sambil memegangi kepalanya yang semakin pening.

Agatha menyenderkan punggungnya ke sofa. Menatap langit-langit bar yang dipenuhi lampu. Ia mengerjap-ngerjap, berharap rasa sakitnya mereda, tapi bukannya berkurang, tubuhnya justru mendadak lemas. Nyeri di kepalanya semakin menyebar dan terasa ingin meledak.

"Kenapa mataku berat sekali?" gumam Agatha.

Jayden Byanthara sudah memperhatikan Agatha sejak tadi. Tak hanya itu, jemari tangannya mengepal kuat saat melihat pria yang menargetkan Agatha mempunyai ide licik. Ia memang sangat hafal dengan kelakukan pria beresengsek itu.

"Anda mau menolong gadis itu?" tanya sekretaris Jayden yang duduk di sebelahnya. Ia menyadari tatapan sang bos.

"Bawa dia ke apartemen yang kosong."

Jayden mengeraskan rahang, menatap dengan tajam pada pria di sebelah bartender yang kini terlihat tertawa-tawa. Ia sepertinya tidak menyadari kehadiran Jayden di sana. Dan itu kesempatan untuk dirinya segera bertindak.

"Sebelum anak kesayangan papa itu menidurinya," imbuh Jayden tegas. Ia beranjak dari duduknya dan berjalan lebih dulu dengan langkah lebar untuk menghampiri Agatha.

"Target Anda diambil, Bos."

Dari kejauhan, bartender tampan itu menyadari bahwa Jayden akan merusak rencana pelanggannya. Ia membelalakkan mata dan reflek berdiri. Si pembuat rencana yang melihat Jayden pun seketika menggertakkan gigi. Ia langsung berjalan cepat karena gadis miliknya akan direbut musuh. Alisnya menaut geram karena kondisi bar yang semakin sesak menghalangi jalannya.

Di sisi lain, Agatha merasa sekelilingnya tampak buram dan berputar. Ia berusaha mengerjapkan mata berulang kali, tapi rasa ingin menutup kelopak semakin menjadi. Agatha bahkan tidak bisa melihat dengan jelas saat dua orang pria kini berdiri di hadapannya. Ia tanpa sadar sudah memejamkan mata sebab rasa kantuknya semakin menggila.

"Panggil pelayan wanita dan suruh bawa gadis ini ke mobil, biar aku yang mengurus dua curut itu," perintah Jayden yang diangguki siap oleh sekretarisnya. Beruntung ia datang lebih cepat dari si pelaku.

Jayden mendudukkan dirinya ke sebelah Agatha yang sudah tertidur, memperhatikan gadis itu dengan lekat. Penampilannya berbeda dengan perempuan lain yang ada di bar ini, tapi entah kenapa sesuatu di dalam hatinya mendadak aneh. Ia memang belum tahu nama gadis itu, tapi sejak tadi rasa ingin melindungi terus mendesak otaknya untuk bergerak maju.

Tidak berlangsung lama dua pelayan wanita pun datang dan segera memapah Agatha keluar dengan pelan-pelan. Saat itu juga dua pria tadi baru sampai. Jayden sudah berdiri dan menghadang mereka dengan tubuh kekar dan kedua tangan yang ia rentangkan. Sang sekretaris pun juga mencekal lengan si bartender.

"Sial! Lepaskan gadis itu! Dia milikku!"

Jayden tertawa sarkas mendengar pengakuan menjijikkan dari pria yang ia kenali ini. "Memangnya dia akan menyukaimu? Lagi pula, bukankah dia gadis yang biasa saja? Kenapa standarmu menjadi rendah begini?"

"Aku mempunyai segalanya yang wanita inginkan! Dia tidak akan menolak pesonaku! Dan satu lagi! Bagiku semua wanita itu sama saja! Mereka hanya jalang yang menyukai uang!"

Cakra Dirgantara, play boy kelas atas itu berhasil menepis lengan Jayden yang menahan tubuhnya. Tanpa aba-aba ia langsung menarik kerah kemeja Jayden. Matanya terlihat memerah karena menahan letupan amarah.

Jayden hanya diam dan tidak berniat melawan. Sengaja memancing atensi orang-orang yang ada di dalam bar. Seorang pria tampan yang menjadi idaman banyak wanita sedang bertengkar dengannya tentu menjadi tontonan yang lebih menarik.

Saat tangan Cakra terangkat, Jayden menarik sebelah sudut bibirnya dan berbisik, "Bukankah reputasimu akan hancur jika memukulku? Wanita-wanita di sini juga akan takut melihatmu."

Cakra membelalakkan mata sesaat, sebelum akhirnya mendengkus keras dan menghempaskan tubuh Jayden dengan kasar. "Dasar adik tiri sialan!"

Jayden mendecih sambil merapikan kemejanya yang berantakan. Ia pun tersenyum puas saat melihat Cakra yang berbalik badan lalu keluar dari bar. Jayden beralih kepada bartender muda yang berada di cekalan sekretarisnya.

"Obat apa yang dia beri?" tanya Jayden, tatapannya datar dengan aura yang terasa dingin.

"O–obat tidur."

Jayden mengangguk, tebakannya benar. Ia kemudian menepuk-nepuk sebelah pundak bartender itu dan membiarkannya pergi. Orang-orang yang sempat menyaksikan aksi menegangkan itu pun kembali pada aktivitas masing-masing. Sementara Jayden bergegas menuju mobilnya untuk melihat kondisi gadis yang diselamatkannya tadi.

"Anda sungguh mau membawa gadis ini ke apartemen?" tanya Reyhan, sekretaris Jayden itu menyalakan mesin mobil.

Jayden melirik Agatha yang tertidur pulas di kursi belakang. Hanya beberapa detik sebelum menatap ke depan lagi. "Aku tidak tahu di mana dia tinggal."

Reyhan mengangguk paham, lalu mulai menjalankan mobil menuju tempat yang dimaksud Jayden. "Kalau nanti Anna tahu Anda membawa wanita bagaimana?"

Mendengar pertanyaan itu Jayden langsung menoleh dan melempar tatapan tajam. "Memangnya dia akan tidur denganku? Jangan gila. Aku menyuruhmu mencari kamar lain yang kosong."

Reyhan spontan menggaruk tengkuknya dan menyengir kikuk. Lalu tiba-tiba teringat sesuatu. "Tapi kenapa Anda menyelamatkan dia, Bos? Bukankah Anda tidak tertarik dengan wanita?"

Jayden memijit pelipisnya yang berdenyut. Entah apa dosa di masa lalu sehingga mempunyai sekretaris super kepo seperti Reyhan. "Bisa tidak jangan cerewet?"

Reyhan mengangguk paham, selang beberapa detik ia menarik kedua sudut bibir penuh selidik. "Jangan-jangan Anda menyukainya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status