Share

3. Sosok Misterius

"Apa yang kau lakukan pada Ibuku?"

Tatapan Dallen terlihat begitu menyala ketika ia bicara dengan Elena yang membawa ibunya ke rumah sakit. Dallen tidak sempat pulang setelah dari bandara, tapi langsung ke rumah sakit setelah ia meminta Elena untuk langsung membawa ibunya ke sebuah rumah sakit.

"Apa kau mengadu tentang sikapku pada anak itu? Kau pasti melakukannya, kan? Apa kau tahu kalau akhir-akhir kesehatan Ibuku sedang tidak baik? Kau telah menambah beban pikirannya dengan menjual cerita sedih murahan tentang anak sialan itu." Dallen kembali menyerang Elena dengan kata-katanya.

Elena mengepalkan tangan sebagai usahanya dalam mengendalikan emosi karena dihadapkan pada orang seperti Dallen yang begitu mirip dengan ayahnya. Dallen tahu betul kalau kesehatan ibunya sedang tidak baik, tapi dia masih saja bersikap arogan seperti ini.

"Saya yakin, sikap Anda pada Hannah adalah beban pikiran terbesar Bu Liana saat ini." Elena memberanikan diri untuk membalas ucapan Dallen.

"Sebaiknya kau jaga ucapanmu." Dallen memperingatkan Elena.

"Anda sudah tahu kalau kesehatan Bu Liana sedang tidak baik, tapi Anda masih saja sering tidak ada di dekatnya. Anda masih memiliki seorang ibu yang menyayangi Anda, jadi jagalah ...."

"Kau ..." Dallen mendekat ke arah Elena dengan tangan kanan yang terangkat dan terlihat seperti ingin memukulnya, tapi seorang dokter datang dan menghentikan aksi gila Dallen.

"Tidak bisakah kau fokus pada ibumu dulu?" pria yang akrab disapa dokter Daniel ini bicara dengan sedikit membentak Dallen.

"Paman Daniel, bagaimana keadsan Ibuku?" tanya Dallen yang tampak begitu khawatir.

"Kau ikut denganku." Daniel berjalan lebih dulu menuju ke ruangannya dan diikuti oleh Dallen.

Sedamgkan Elena hanya bisa berharap kalau keadaan Liana akan baik-baik saja. Elena juga tidak bisa terlalu lama di sini. Elena harus segera pulang karena tugasnya adalah mengasuh Hannah. Sekarang pun Elena sudah mendapatkan pesan singkat yang memintanya untuk cepat pulang karena takut jika nanti Hannah bangun.

"Ibumu menderita leukemia mieloblastik akut. Penyakitnya baru dipastikan hari ini. Perkembangan kanker darah jenis ini sangat cepat dan agresif. Aku sudah meminta ibumu agar tetap di rumah sakit karena harus segera mendapatkan pengobatan, tapi dia menolak karena mengkhawatirkan Hannah."

Dallen terdiam setelah mendengar kondisi ibunya dari Daniel yang merupakan dokter, sekaligus pemiliki rumah sakit ini dan merupakan teman baik ibunya sejak mereka masih muda.

Dallen sedih, terkejut, dan marah di saat yang bersamaan. Ibunya menderita sakit separah itu, tapi tidak memberitahunya dan sekarang malah menunda pengobatan hanya karena mengkhawatirkan Hannah.

Kenapa ibunya harus membahayakan dirinya sendiri demi seorang anak pembawa sial?

"Jangan berpikir untuk menyalahkan Hannah. Ibumu tidak akan khawatir jika kau bisa bersikap lebih baik pada putrimu sendiri." Daniel seakan bisa membaca isi pikiran Dallen.

Dallen mulai malas jika sudah ada pembahasan tentang anak itu. Daniel sama seperti ibunya yang selalu menekannya untuk menerima Hannah sebagai putrinya, tapi mereka tidak pernah peduli dengan lukanya.

"Tolong berikan perawatan terbaik untuk Ibuku," ujar Dallen.

"Aku akan melakukannya tanpa kau minta, tapi semua itu tidak akan berguna jika ibumu tidak mau menerima pengobatannya. Kau harus membujuknya, hilangkan rasa khawatirnya, baru kita bicarakan pengobatannya. Kau masih bisa bersikap selayaknya seorang anak, kan?"

Daniel pergi meninggalkan Dallen yang masih terdiam di tempat duduknya. Dallen tampak memghela napas karena masih tidak percaya dengan semua ini. Setelah Rosa, mendiang istrinya meninggal karena memilih untuk melahirkan anak itu, sekarang ibunya juga sampai menunda pengobatan karena mengkhawatirkan anak yang telah membunuh istrinya.

"Dia benar-benar pembawa sial," gumam Dallen. Tangan Dallen terlihat mengepal dan ia memukul meja kerja Damiel.

***

Karena tidak enak jika harus meminta supir pribadi Bu Liana untuk mengantarnya pulang, Elena akhirnya memilih pulang dengan naik bus. Dalam perjalanan Elena kembali menerima kabar tentang Hannah yang untungnya saat ini masih tidur dengan nyenyak.

Elena memasukan ponselnya ke dalam saku seragamnya, lalu menyandarkan kepalanya kepalanya di kaca jendela bus. Pandangannya kini fokus pada seorang anak perempuan yang sepertinya baru berusia 5 tahun yang sedang dipangku oleh ayahnya.

Anak perempuan itu terlihat sangat bahagia sampai membuat Elena ikut tersenyum saat melihatnya tertawa karena obrolan dengan ayahnya. Mereka terlihat sangat manis sampai membuat Elena iri melihatnya.

"Kenapa aku dan Hannah tidak bisa seperti itu? Kesalahan apa yang kami lakukan sampai mendapatkan sosok ayah yang bahkan tidak menginginkan kehadiran kami? Ini hukuman atau apa?" Elena bergumam sendirian.

Tidak lama, Elena kini sudah sampai halte tujuannya. Elena turun dari bus dan sekarang akan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki karena kediaman Liana sudah dekat. Sampai akhirnya, Elena tiba di rumah megah itu, tapi ia malah melihat pemandangan yang tidak terduga.

"Siapa pria itu? Kenapa dia mengambil Hannah?" Elena bertanya-tanya pada dirinya sembari mempercepat langkahnya karena ia tidak mengenal pria yang saat ini menggendong Hannah dan Liana tidak pernah mengatakan apa-apa tentang hal ini.

"Maaf, Anda siapa? Kenapa Anda membawa Hannah?" Elena terlihat panik.

"Aku akan membawa Hannah pergi jauh dari keluarga yang tidak pernah menginginkan kehadirannya." Pria muda dengan setelan jas rapi ini bicara sembari masuk ke dalam mobil bersama Hamnah yang masih tertidur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status