Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin

Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin

By:  Ary  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
22Chapters
630views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Usai perselingkuhan kekasihnya, Elena memutuskan untuk merantau dan berakhir menjadi pengasuh seorang anak perempuan manis dari pria dingin bernama Dallen, pria yang tidak ingin menatap bahkan menyentuh putrinya sendiri. Elena seperti melihat cerminan dirinya sendiri pada balita berusia 4 tahun yang tengah diasuhnya tersebut, diabaikan oleh satu-satunya orang tua yang tersisa lantaran sang ibu telah tiada. Karenanya, Elena bertekad untuk tidak membiarkan Hannah, anak yang diasuhnya tersebut, tumbuh seperti dirinya. Ia akan sekuat tenaga mendorong ayah dan anak itu lebih dekat lagi dengan melunakkan hati si pria dingin. Namun, mampukah Elena melakukan hal tersebut padahal ia hanyalah seorang pengasuh yang dipekerjakan di rumah tersebut?

View More
Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
22 Chapters
1. (Bukan) Pembawa Sial
"Bahkan jika kau berlutut padaku, aku tetap tidak akan mau menemui anak itu, apalagi sampai menenangkannya.”Elena tampak tertegun ketika mendengar ucapan dari pria yang tengah membelakanginya tersebut, sibuk mencari paspor di laci meja kerjanya. Padahal pria itu, Dallen, baru saja menginjakkan kaki di rumah ini lima menit yang lalu, sepulangnya ia dari pertemuan bisnis di luar kota—atau begitulah yang Elena dengar dari asisten rumah tangga di rumah ini. Oleh karena itu, ia datang menemui Dallen untuk meminta pria itu menenangkan putrinya, anak yang kini menjadi tanggung jawab Elena sebagai pengasuhnya. Saat ini anak berusia 4 tahun tersebut sedang demam dan terus memanggil ayahnya.“Lagi pula, kau dibayar untuk mengurusnya. Jadi lakukan pekerjaanmu." Namun, Elena tidak menyangka justru jawaban ini yang ia dapatkan.Elena memang baru tiga hari menjadi pengasuh Hannah dan baru kali ini ia bertemu dengan Dallen. Kabarnya, Dallen memang jarang di rumah, khas pria dewasa yang sibuk menu
Read more
2. Ancaman Seorang Ayah
"Kau memang anak pembawa sial! Sejak kau lahir, yang kau bawa hanya kesialan saja." Elena meremas ponselnya karena untuk yang kesekian kalinya, ia harus mendengar kata-kata kasar dari ayahnya. Meskipun sudah sering, itu tidak membuat rasa sakit yang ditimbulkan karenanya berkurang. Ia baru saja selesai menidurkan Hannah ketika akhirnya ia mengangkat telepon dari sang ayah tadi. Ternyata ayahnya sudah delapan kali menghubunginya, tetapi Elena tidak tahu karena sibuk mengurusi anak asuhnya yang sedang sakit. Sungguh, meskipun sudah mencoba, Elena tidak dapat tidak menyamakan sikap Dallen dan ayahnya sendiri saat ini. "Karena sikap aroganmu yang mengabaikan Ravi, sekarang aku terancam kehilangan rumahku! Sudah ada pria yang mau menerima wanita pembawa sial sepertimu, tapi kau malah meninggalkannya." "Apa?" Elena begitu terkejut mendengar ucapan ayahnya. "Jika sampai besok kau tidak menelepon Ravi dan meminta maaf padanya, maka ayahnya akan menghancurkan rumahku karena aku belum mamp
Read more
3. Sosok Misterius
"Apa yang kau lakukan pada Ibuku?" Tatapan Dallen terlihat begitu menyala ketika ia bicara dengan Elena yang membawa ibunya ke rumah sakit. Dallen tidak sempat pulang setelah dari bandara, tapi langsung ke rumah sakit setelah ia meminta Elena untuk langsung membawa ibunya ke sebuah rumah sakit. "Apa kau mengadu tentang sikapku pada anak itu? Kau pasti melakukannya, kan? Apa kau tahu kalau akhir-akhir kesehatan Ibuku sedang tidak baik? Kau telah menambah beban pikirannya dengan menjual cerita sedih murahan tentang anak sialan itu." Dallen kembali menyerang Elena dengan kata-katanya. Elena mengepalkan tangan sebagai usahanya dalam mengendalikan emosi karena dihadapkan pada orang seperti Dallen yang begitu mirip dengan ayahnya. Dallen tahu betul kalau kesehatan ibunya sedang tidak baik, tapi dia masih saja bersikap arogan seperti ini. "Saya yakin, sikap Anda pada Hannah adalah beban pikiran terbesar Bu Liana saat ini." Elena memberanikan diri untuk membalas ucapan Dallen. "Sebaiknya
Read more
4. Keterpaksaan Menjadi Ayah
"Ibu akan menjalani pengobatan hanya jika kau mau mengubah sikapmu pada Hannah. Atau kau ingin ibu mati secara perlahan?" Dallen merasa begitu sesak saat ini. Ruang geraknya serasa begitu terbatas setelah mendapatkan pilihan yang sulit dari ibunya. Bukannya menyayangi Hannah, tapi Dallen menjadi semakin muak pada anak itu. "Ibu hanya ingin kau dekat dengan putrimu dan sangatlah wajar jika seorang ayah dengan putrinya," ucap Liana lagi. Dallen menghela napas. Tidak ada pilihan lain saat ini, selain menuruti apa yang ibunya inginkan. Dallen rasa ia hanya perlu sedikit berpura-pura demi pengobatan ibunya. Rosa sudah pergi darinya dan Dallen tidak mau kehilangan ibunya juga. "Baiklah. Aku akan melakukan apa yang Ibu inginkan. Jadi, mulai hari ini juga pengobatan Ibu akan dimulai." Dallen dengan berat hati harus mengatakan kerelaannya untuk bersama anak yang baginya hanyalah seorang pembawa sial. "Ibu tahu kalau terpaksa melakukannya, tapi tolong tunjukkan ketulusanmu pada Hannah. Jan
Read more
5. Niat Baik, Tapi Tetap Menyakiti Hannah
"Kau adalah pengasuh yang bekerja dalam pengawasan Ibuku. Lalu, bagaimana bisa dengan mudahnya kau membiarkan anak ini dibawa pergi oleh Dave?" Elena sungguh tidak mengerti kenapa ia selalu salah di mata Dallen. Ia hanya seorang pengasuh dan Dave adalah sepupu Dallen, lalu kekuasaan apa yang ia miliki untuk mencegah Dave membawa Hannah pergi? "Pak Dallen, saya ...." "Tidak perlu banyak bicara. Cepat gendong anak itu dan bawa ke mobilku." Dallen menyela kalimat Elena. "Kau bahkan tidak mau menyebut namanya dan tidak mau menggendongnya, tapi masih bersikeras ingin membawanya pulang?" Dave datang dan langsung membalas ucapan Dallen. "Biarkan saja Hannah di sini dan Elena akan membantuku untuk mengurus Hannah," ujar Dave lagi. "Kau bisa mengambilnya kembali setelah Ibuku sembuh. Jika waktu itu tiba terserah kau akan membawanya ke mana, tapi tolong bawa dia pergi sejauh mungkin." Dallen membalas ucapan Dave dengan nada begitu ketus, lalu mengangkat Hannah dengan cukup kasar sampai mem
Read more
6. Mesum Itu Apa?
"Ayah, minum jusnya. Nenek bilang, Ayah suka jus. Aku sudah mengambilkannya untuk Ayah." Hannah menyodorkan jus pada Dallen yang terlihat menahan diri agar tidak meledakan kemarahannya sekarang. Ketika ibunya mengatakan akan mengawasi semua yang ia lakukam pada Hannah, maka Dallen tahu itu tidak main-main, jadi ia akan lebih berhati-hati. "Maafkan saya, Pak Dallen. Saya tidak tahu kalau Hannah pergi mengambil jus." Elena pun langsung datang untuk meminta maaf. Elena sempat membungkuk pada Dallen, lalu mengambil gelas di tangan Hannah dan mengajaknya segera pergi dari hadapan Dallen. Tangan Hannah sudah cukup memar karena terbentur tadi. Elena tidak mau terjadi masalah yang lebih besar lagi, apalagi jika Hannah sampai terluka. "Berhenti di sana!" Namun, suara dingin Dallen seolah membekukan langkah Elena dan membuatnya seketika terdiam dengan tangan yang menggandeng tangan kecil Hannah. Elena pelan-pelan memutar badannya dan ketika berbalik, Dallen sudah ada tepat di depannya di d
Read more
7. Gawat!
"Aktingmu sangat baik sebagai orang sakit." Liana seketika menoleh ke arah pintu setelah mendengar suara seorang pria. Liana pun tersenyum saat melihat Daniel, seorang dokter yang harus berbohong demi misinya. Liana tahu kalau perbuatan ini bertentangan dengan pekerjaan Daniel, tapi ini benar-benar perlu dilakukan. "Apa kau sudah lupa? Dulu, aku adalah pemeran utama saat pentas drama di sekolah kita," ucap Liana, lalu duduk di sofa yang ada di sana. Liana juga mengambil permen dari dalam tasnya untuk ia nikmati. "Apa kau mau permen?" Liana menawarkannya pada Daniel dan diterima dengan baik oleh pria itu. "Bagaimana perkembangannya? Apa ini berjalan baik?" tanya Daniel yang saat ini duduk di sebelah Liana. "Belum begitu baik, tapi aku harap ke depannya akan lebih baik. Maaf karena melibatkanmu dalam kebohongan ini. Kau adalah dokter dan pasti merasa sangat bersalah karena harus berbohong seperti ini." "Jika itu demi Hannah, maka aku akan melakukannya. Dallen harus menyadari kesala
Read more
8. Apa-apan ini?!
"Tekanan darahnya sangat rendah dan itu membuatnya jatuh pingsan. Dia juga demam dan tolong cek suhu tubuhnya secara berkala. Selain itu, kau juga harus lebih memperhatikan asupan makanannya." Dokter menjelaskan kondisi Dallen pada Elena dan setelah itu pergi dari kediaman pria itu. Elena menghela napas lega karena Dallen ternyata masih hidup. Beruntung Liana pernah memberikannya nomor telepon dokter keluarga ini, jadi ia bisa menghubunginya. Elena pun lebih tenang kali ini, jadi ia bisa menghubungi dokter, bukannya panik berlebihan seperti saat Liana pingsan dan akhirnya tidak bisa menyelesaikan apapun. Saat ini, Dallen juga sudah sadarkan diri dan masih ada di ranjang dalam posisi setengah berbaring dan Hannah tidur di sebelahnya. Elena terlihat mendekat, lalu membungkukan badannya sebagai bentuk permintaan maafnya pada Dallen. "Tolong maafkan saya, Pak Dallen. Saya tidak bermaksud melakukannya," ucap Elena, masih dengan membungkukan badannya. Elena kini menegakan tubuh
Read more
9. Rasa Sakit Elena
"Pak Dallen, saya bukan Rosa." Sia-sia saja rasanya Elena mengatakan ini karena Dallen tidak juga bangun dan melepaskannya. Elena tahu siapa Rosa, yaitu mendiang istri Dallen dan ibu dari Hannah. Elena hanya tahu sampai di situ, tidak termasuk kisah Rosa dan penyebab dari semua kebencian Dallen pada Hannah. "Jangan tinggalkan aku lagi. Aku mohon." Dallen kembali bicara dalam tidurnya bahkan kini menangis. Elena berhenti berontak ketika mendengar isak tangis Dallen tepat di telinganya. Elena pikir, telinganya salah dengar, jadi ia mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat Dallen. Saat ini, Elena bisa melihat Dallen menangis dan air mata mulai jatuh dari sudut matanya. "Pak Dallen ..." Elena mengusap air mata Dallen dan entah mimpi apa yang dia alami sampai membuatnya menangis seperti ini. "Jangan tinggalkan aku." Dallen kembali mengucapkan kalimat yang sama dan pelukannya menjadi semakin erat. Untuk beberapa saat, Elena hanya terdiam dalam posisi ini dan terus mempe
Read more
10. Kekacauan Di Pagi Hari
Suasana meja makan terasa berbeda hari ini, sebab untuk pertama kalinya, Dallen mau makan di meja yang sama dengan Hannah bahkan balita manis itu duduk tepat di sebelahnya. Namun, suasana tidak seceria layaknya kebersamaan ayah dan anak yang diharapkan, tapi Elena bisa memahami hal itu. Dallen mau satu meja dengan Hannah saja sudah menjadi sebuah kemajuan yang luar biasa. Dallen terlihat sangat tidak nyaman ketika harus duduk bersebelahan dengan Hannah, apalagi Hannah beberapa kali menyodorkan makanan bekasnya dan Elena tidak menghentikan hal itu. Elena hanya menatapnya dan terlihat jelas kalau dia akan mengadu jika ia kasar pada Hannah. Bukankah menjijikan memberikan makanan bekas gigitannya pada orang lain? Kenapa Elena membiarkan Hannah melakukan hal itu? "Kau makan sendiri saja, ya?" sekali lagi, Dallen harus menolak dengan halus, lalu menatap Elena dengan sedikit tajam. "Kenapa kau membiarkan Hannah melakukan ini? Apa kau tidak tahu kalau perbuatannya tidak sopan dan
Read more
DMCA.com Protection Status