Home / Romansa / Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin / 4. Keterpaksaan Menjadi Ayah

Share

4. Keterpaksaan Menjadi Ayah

Author: Ary
last update Last Updated: 2023-03-06 18:00:20

"Ibu akan menjalani pengobatan hanya jika kau mau mengubah sikapmu pada Hannah. Atau kau ingin ibu mati secara perlahan?"

Dallen merasa begitu sesak saat ini. Ruang geraknya serasa begitu terbatas setelah mendapatkan pilihan yang sulit dari ibunya. Bukannya menyayangi Hannah, tapi Dallen menjadi semakin muak pada anak itu.

"Ibu hanya ingin kau dekat dengan putrimu dan sangatlah wajar jika seorang ayah dengan putrinya," ucap Liana lagi.

Dallen menghela napas. Tidak ada pilihan lain saat ini, selain menuruti apa yang ibunya inginkan. Dallen rasa ia hanya perlu sedikit berpura-pura demi pengobatan ibunya. Rosa sudah pergi darinya dan Dallen tidak mau kehilangan ibunya juga.

"Baiklah. Aku akan melakukan apa yang Ibu inginkan. Jadi, mulai hari ini juga pengobatan Ibu akan dimulai." Dallen dengan berat hati harus mengatakan kerelaannya untuk bersama anak yang baginya hanyalah seorang pembawa sial.

"Ibu tahu kalau terpaksa melakukannya, tapi tolong tunjukkan ketulusanmu pada Hannah. Jangan mengira kalau ibu tidak tahu jika kau melakukan hal yang tidak-tidak pada Hannah." Liana memperingatkan Dallen.

"Aku tahu, jadi Ibu tidak perlu ..." kalimat Dallen tertahan karena mendapatkan telepon yang berasal dari rumahnya.

"Tunggu sebentar, Ibu," ujar Dallen, baru setelahnya ia menjawab telepon itu.

"Ada apa?" Dallen telah terhubung dengan salah satu asisten rumah tangga di kediamannya.

"Tuan Dallen, Tuan Dave mengambil Hannah. Kami tidak bisa mencegahnya." Wanita ini terdengar sangat panik.

"Apa?" Dallen sempat melirik ibunya, lalu bergerak sedikit memjauh karena khawatir kalau ibunya akan mendengar pembicaraan ini.

Dallen tidak ingin peduli pada hal ini. Dave adalah sepupunya dan sudah sejak lama dia ingin mengambil Hannah sebab tahu bagaimana sikapnya pada Hannah. Namun, ibunya selalu menghalangi niat Dave dengan mengatakan kalau ia akan berubah.

Dave sepertinya sudah kehabisan kesabarannya sekarang dan Dallen rasa itu adalah hal yang bagus, tapi ibunya sedang sakit sekarang. Dallen tidak mau keadaan ibunya memburuk jika tahu kalau Hannah dibawa pergi oleh Dave.

"Aku akan menyelesaikan masalah ini." Dallen pun buru-buru menyudahi telepon itu, kemudian kembali mendekat pada ibunya.

"Ibu, aku harus pergi untuk mengurus sesuatu. Aku akan kembali secepatnya." Dallen bicara singkat dan setelahnya langsung pergi.

***

"Anda siapa?" pertanyaan ini akhirnya keluar dari bibir Elena.

Sampai detik ini, Elena masih tidak tahu siapa sebenarnya pria yang mengambil Hannah. Perbuatan pria itu tidak bisa dicegah dan ia malah dipaksa untuk ikut, katanya untuk menjaga Hannah.

"Aku Dave, supupu dari Dallen. Mulai sekarang, kau akan bekerja padaku dan tugasmu masih sama." Dave menjawab dengan tegas.

Setelah mengetahui kalau wanita yang mencegahnya membawa Hannah adalah pengasuhnya, maka Dave memutuskan untuk membawanya juga. Dave tahu kalau Hannah sedang demam, tapi Dallen sama sekali tidak peduli padanya. Itulah yang membuat Dave tidak tahan lagi dengan sikap kakak sepupunya itu.

"Apa Bu Liana sudah mengetahui hal ini? Beliau sedang sakit dan saat ini ...."

"Aku sudah mengabari Bibi Liana tentang hal ini. Bahkan aku adalah orang pertama yang tahu tentang penyakitnya."

Elena tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat ini. Elena pikir, Liana tidak tahu apa-apa karena sedang dalam keadaan sakit, tapi ternyata Dave bahkan sudah bicara dengannya.

"Bagaimana mungkin Bu Liana mengizinkan Anda membawa Hannah pergi begitu saja?"

"Bibi Liana memang belum mengatakan ya, tapi Dallen bahkan sudah berencana pergi dari rumahnya agar bisa jauh dari Hannah. Jadi, bukankah akan lebih baik jika Hannah bersamaku?" balas Dave.

"Dia begitu benci pada putrinya sendiri sampai ingin meninggalkannya." Elena menjadi semakin sedih sekarang.

Seiring berjalannya waktu, Elena semakin melihat kalau Dallen adalah cerminan ayahnya. Elena selalu berharap hanya akan ada satu pria seperti ayahnya di dunia ini, tapi sekarang Tuhan memberikan duplikatnya.

"Dave!" sebuah suara yang keras kini terdengar di rumah Dave.

Dave mengenali suara itu, begitu juga dengan Elena. Dave langsung keluar dari kamar Hannah untuk menemui seseorang yang memgusik ketenangan rumahnya. Dave yakin kalau Dallen akan datang, tapi tidak menduga kalau dia akan berteriak seperti ini.

"Apa Tuan Dallen datang untuk menjemput Hannah? Apa dia sungguh akan melakukannya?" gumam Elena sembari menatap Hannah yang masih tidur.

Dave menuruni satu persatu anak tangga dan di bawah Dallen terlihat sudah menunggunya. Keterpaksaan itu terlihat jelas dari wajah Dallen karena Dave tahu segalanya.

Jauh di dalam hatinya, Dave menunggu momen di mana Dallen akan menyesali semua perbuatannya pada Hannah. Menyesali, bukan menyadari. Dave ingin melihat Dallen hidup dalam penyesalan karena berani menyebut Hannah sebagai anak pembawa sial.

"Ada perlu apa kau datang ke sini?" tanya Dave yang saat ini berdiri di depan Dallen.

"Aku datang untuk mengambil anak itu."

"Tidak ada yang bernama anak itu di sini. Siapa yang sebenarnya kau cari?"

Dallen terlihat begitu kesal, tapi ia mencoba mengendalikan diri. "Hannah. Aku datang untuk membawanya pulang." Sampai akhirnya, Dallen menyebut nama putrinya lagi.

Dave terlihat tersenyum tipis. "Aku kira kau senang jika Hannah tidak ada lagi di rumahmu lagi. Kau juga berniat pergi dari rumah, kan?"

Ya, Dallen menunggu semua momen yang Dave katakan tadi. Namun, situasinya begitu sulit saat ini sampai ia tidak bisa merayakannya.

"Kesehatan Ibuku menjadi lebih buruk dari yang aku perkirakan, jadi tidak baik jika anak itu ... maksudku Hannah pergi meninggalkan rumah saat ini, apalagi kau begitu ingin membawanya ke luar negeri."

"Aku sudah tahu. Aku yang mengantar Bibi ke rumah sakit tadi pagi karena kau tidak pernah di rumah." Dave dengan cepat membalas ucapan Dallen.

"Aku juga mendengar kalau Bibi jatuh pingsan karena keadaannya yang terus memburuk. Bibi harus menerima prngobatan, jadi biar aku yang menjaga Hannah. Kau juga tidak perlu merasa terbebani dengan kehadirannya" ucap Dave lagi.

Dallen mulai muak terus bicara seperti ini. "Kamarmya ada di atas, kan?" jadi, Dallen akan langsung mencari keberadaan Hannah.

"Dasar bodoh." Dave pun sempat berguman, lalu mengikuti langkah Dallen.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   22. Ucapan Adalah Doa

    "Sudah tahu kau memiliki alergi terhadap kacang, lalu kenapa kau masih makan kacang? Bagaimana jika kau mati saat bersamaku? Aku yang akan terkena masalah!" Elena yang saat ini masih terbaring di ranjang rumah sakit ingin mengatakan banyak hal untuk mrmbalas ucapan Dallen yang bisa-bisanya membahas tentang kematiannya saat ia masih hidup, tapi Elena merasa tenaganya belum benar-benar pulih untuk bisa berdebat dengan Dallen. "Maafkan saya. Saya tidak tahu kalau makanan tadi mengandung kacang. Selain itu, terima kasih sudah membawa saya ke rumah sakit." Pada akhirnya, hanya kalimat itu saja yang bisa Elena berikan pada Dallen. Elena tidak mengerti kenapa ia bisa seceroboh ini. Elena tidak bisa membayangkan akan seperti apa nasibnya jika tidak ada Dallen atau yang menolongnya. Namun, kini, Elena menjadi mengetahui kalau Dallen tidak sedingin yang terlihat. Dallen masih punya sisi kemanusiaan dalam dirinya. "Bagaimana dengan Hannah? Apa Anda sudah mendapatkan kabar terbaru?

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   21. Haruskah Kami Menyerahkan Nyawa?

    "Apa yang dia lakukan? Dia minum saat anaknya hilang? Memangnya ini sebuah perayaan?" gumam Elena saat ia kembali setelah makan dan melihat Dallen yang sedang duduk dengan ditemani oleh beberapa botol soju. Dallen tampak tenang saat ini, padahal Elena berharap kalau Dallen akan panik karena anaknya hilang. Melihat Dallen yang tenang seperti ini membuat Elena membayangkan kalau ayahnya pasti tidak akan pernah menangisi kematiannya nanti. Elena tidak ingin orang lain sedih karena dirinya, tapi ia ingin melihat ayahnya sedih jika suatu saat kehilangannya dan menyesal karena telah mengabaikannya. "Apa aku bisa menyadarkan Dallen dari kesalahannya? Aku bahkan tidak bisa melakukan apa-apa pada hidupku sendiri." Elena menjadi hilang kepercayaan diri sekarang. Sebelumnya, Elena berpikir tidak apa-apa jika hidupnya tidak bisa berubah, tapi hidup Hannah harus berubah. Namun, bagaimana jika tidak ada yang berubah sama sekali? Bukankah manusia berubah dengan keinginannya sendiri? "B

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   20. Semoga Anak Itu Lenyap

    "Apa maksud Anda hilang? Tolong jangan bercanda, Pak Dallen." Elena berharap kalau Dallen hanya sedang bermain-main saja. Dallen hanya diminta untuk menjaga seorang anak kecil dan anak itu adalah putrinya sendiri. Bagaimana bisa Dallen kehilangan Hannah? "Apa aku terlihat seperti sedang bercanda? Aku hanya meninggalkannya sebentar untuk menelepon seseorang dan dia sudah tidak ada saat aku kembali," ucap Dallen. Elena menatap tumpukan pasir dan beberapa mainan milik Hannah yang tadi ia gunakan, lalu melempar jus di tangannya dan setelahnya langsung mencari keberadaan Hannah di sekitar pantai. Jika Hannah tidak ditemukan, maka Elena meyakini kalau itu adalah kesalahannya karena berani meninggalkan Hannah dalam tanggungjawab Dallen. Sementara Dallen masih terdiam di tempatnya dengan raut wajah yang terlihat begitu panik. Dallen tidak menduga kalau keadaan akan menjadi seperti ini. Ia meninggalkan Hannah tidak sampai 15 menit, lalu bagaimana bisa anak kecil lenyap begitu s

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   19. Hannah Hilang!

    "Kenapa penderitaan ini tidak berhenti padaku? Kenapa Hannah juga harus merasakannya?" Elena bicara dengan begitu pelan dan hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Elena juga sampai menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan air matanya yang menetes setelah mendengar ucapan Hannah. Dallen terus menatap Hannah selama beberapa saat. Dallen tidak tahu apakah selama ini sikapnya selama ini tidak cukup untuk menggambarkan kebenciannya atau Hannah yang memang belum memahami sesuatu? "Ya, tentu saja ayah sayang padamu." Dallen bahkan tidak yakin dengan apa yang ia katakan saat ini. "Aku juga sayang Ayah!" Hannah tersenyum dengan begitu lebar seakan tidak pernah ada hal buruk yang terjadi padanya. Dallen hanya menatap Hannah kali ini. Pikiran Dallen melayang jauh membayangkan bagaimana jika Rosa masih ada bersamanya. Jika Rosa masih ada, maka Dallen yakin keluarganya akan menjadi keluarga yang bahagia, bukan keluarga yang hancur seperti ini. "Pak Dallen, Anda baik-baik saja?"

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   18. Pujian Untuk Pertama Kalinya

    "Sebelumnya, Hannah sempat berkelahi dengan salah satu temannya. Saya mencaritahu penyebabnya dan itu terjadi setelah Hannah diejek karena hanya orang tuanya yang tidak hadir saat kami mengundang orang tua murid untuk menyaksikan anak-anak menyanyi pada hari anak." "Saya mengerti keadaan keluarga Anda, tapi tolong luangkan waktu untuk Hannah demi kebaikannya. Dari semua anak-anak, Hannah menjadi yang paling pendiam. Saya sudah menelepon Bu Liana terkait hal ini, tapi saya diminta untuk bicara dengan Anda." Ucapan wali kelas Hannah rasanya masih bergema di telinga Dallen bahkan setelah ia meninggalkan ruangan guru dan kini sedang menatap Hannah dari balik jendela kelasnya. Di rumah, Hannah tampak cerita, tapi sekarang, Dallen melihat Hannah duduk sendirian dengan mainannya di saat anak-anak lain sibuk bermain bersama. "Apa yang terjadi? Apa Hannah baik-baik saja selama di sekolah?" tanya Dave, tapi ia tidak mendapat jawaban dari Dallen. "Hannah kesepian," gumam Elena yang m

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   17. Ada Apa Dengan Hannah?

    Setelah mencari keberadaan Hannah, Dave akhirnya menemukan Hannah yang sedang berada di ruangan khusus untuknya bermain. Di sana, Dave bisa mendengar Hannah bicara pada boneka beruang miliknya yang diberi nama Nini. Hannah bercerita kalau semalam ia tidur dengan ayahnya dan memeluknya dengan erat. Dave bisa melihat kebahagiaan di wajah Hannah saat bercerita dan air matanya jatuh begitu saja saat mendengar cerita Hannah. Anak seusia Hannah biasanya akan sangat senang ketika diberikan mainan baru, tapi Hannah bisa begitu senang hanya karena mendapatkan pelukan dari ayahnya. "Hannah," panggil Dave dengan begitu lembut. "Paman!" Hannah tampak begitu bersemangat dan langsung berlari ke arah Dave untuk memeluknya dengan begitu erat. "Kenapa Paman ada di sini?" tanya Hannah yang sekarang sudah tidak lagi memeluk pamannya. "Paman merindukanmu. Hari ini, paman yang akan mengantarmu ke sekolah," jawab Dave. "Aku tidak mau pergi dengan Paman. Aku ingin pergi dengan Ayah." Hanna

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status