Beranda / Romansa / Pengasuh Duda Lima Puluh Juta / Bab 7. Merasa Bersalah

Share

Bab 7. Merasa Bersalah

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-02 13:56:55

"Kamu ini gimana sih, kenapa tadi diam saja dan nggak minta tolong? Apa kamu nggak takut jika Nyonya Monica melakukan hal lebih sama kamu?" Kepala pelayan mengomeli Nadia selagi dirinya mengobati tangan gadis itu. “Lihat ini, lukanya dalam sekali!”

Nadia pun tertawa dengan canggung. Jujur saja, dirinya di zaman sekolah dulu adalah seorang berandal, suka berkelahi, bahkan dengan para laki-laki. Luka yang Nadia derita sekarang bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan luka bekas tawuran dulu.

"Saya lebih takut jika dipecat dari sini sih, Kak,” balas Nadia sembari menggaruk kepalanya. “Ibu masih butuh banyak uang untuk bisa kembali sehat," jawabnya sembari tertawa untuk menceriakan suasana.

Akan tetapi, ucapan Nadia malah membuat Kepala Pelayan menjadi semakin tidak enak. Dia pun menasehati, “Lain kali, kalau Bu Monica datang, jangan biarkan masuk tanpa seizin Pak Daniel. Selain itu, kalau ada yang berani bersikap seperti ini lagi atau kurang ajar sama kamu, teriak aja. Kami semua yang di sini pasti akan sebisa mungkin bantu.”

Nadia hanya mengangguk-angguk mendengar omongan sang kepala pelayan. Namun, mendengar wanita tersebut mengungkit soal izin yang harus didapatkan dari Daniel apabila Monica ingin menemui Sean membuatnya penasaran.

"Kepala Pelayan–”

“Panggil saya Kak Anggun,” potong sang kepala pelayan, merasa aneh semakin sering Nadia memanggilnya demikian.

“O-oh, baik Kak Anggun,” balas Nadia. “Kalau boleh tahu, apa sebenarnya yang terjadi dengan Tuan Daniel sama Nyonya Monica? Kenapa sampai harus minta izin segala untuk ketemu Sean?” Walau memang harus Nadia akui kalau Monica terlewat keras kepada Sean, tapi bagaimana pun, wanita itu adalah ibunya. “Masa ketemu anaknya saja harus minta izin?”

Kepala pelayan terlihat kesulitan. Sebelumnya, dia berpikir akan lebih baik kalau Nadia tidak tahu apa pun. Akan tetapi, karena memang pertemuan dengan Monica tidak dapat dihindari, dan ada kemungkinan wanita itu akan datang lagi, dia pun mengambil satu keputusan.

"Nyonya Monica itu punya ambisi yang besar soal karier, dan hal itu berlangsung bahkan setelah dia menikah,” ucap kepala pelayan, membuat Nadia sedikit bingung dengan maksudnya. “Oleh karena itu, walau dia tahu Tuan Daniel sangat mengharapkan seorang anak, dia diam-diam meminum pil anti-kehamilan dan terus menggugurkan kandungannya ketika mengetahui dirinya hamil.”

Mata Nadia seketika membulat. "Apa?"

Anggun mengangguk pelan. "Sewaktu Tuan Daniel tahu soal ini, dia marah besar. Akan tetapi, Nyonya Monica enggan mengalah dengan alasan kariernya sedang berada di puncak.” Helaan napas terdengar dari sisi wanita itu. “Pada akhirnya, kalau bukan karena Tuan Daniel menjamin soal pekerjaan modelling besar yang bisa dia berikan kepada Nyonya Monica, Tuan Muda Sean nggak akan ada di dunia ini.”

Nadia mengernyitkan dahinya. ‘Kenapa jadi lebih ke transaksi daripada hubungan suami-istri?’ batinnya.

Melihat ekspresi Nadia, Anggun pun tersenyum pahit, tahu apa yang dipikirkan gadis itu. “Saat Tuan Muda Sean berusia dua tahun … sebuah insiden terjadi,” jelasnya dengan wajah suram. “Nyonya Monica tertangkap oleh Tuan Daniel sedang berusaha mencekik Tuan Muda Sean.”

Nadia terkesiap. “Apa dia sudah gila?!” Gadis itu tak mampu menahan keterkejutannya. “Kenapa dia begitu tega?!”

“Setelah melahirkan Sean, bahkan dengan bantuan Tuan Daniel, pekerjaan modelling Nyonya Monica tidak selancar dulu. Bentuk tubuhnya sulit untuk dipertahankan dan sering kali dia dituding sebagai model gagal oleh orang sekeliling.” Kepala pelayan melanjutkan, “Alhasil, dia melampiaskan amarahnya kepada Tuan Muda Sean dan berujung diceraikan oleh Tuan Daniel.”

Nadia terdiam membisu setelah mengetahui hal ini. Ternyata, alasan dibalik perintah Daniel tidak mengizinkan Monica bertemu dengan Sean adalah … karena itu.

‘Astaga, aku bahkan menganggap Daniel orang yang egois karena menghalangi seorang ibu bertemu anaknya.’ Nadia merasa begitu bersalah. Jika saja dia mengetahui cerita itu sebelumnya, jelas Nadia tidak akan membukakan pintu untuk Monica. Menelan egonya, gadis itu membatin, ‘Aku … harus minta maaf.’

**

Tok! Tok! Tok!

“Tuan, ini Nadia, boleh saya masuk?” tanya Nadia dengan jantung berdebar, merasa sedikit takut bertemu dengan Daniel.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Nadia masih belum bisa tidur karena dihantui perasaan bersalah kepada majikannya itu. Alhasil, ketika berkeliaran di taman depan, dia malah bertemu dengan kepala pelayan dan dititipkan sebuah dokumen untuk diantarkan ke ruangan Daniel.

Sudah berapa kali Nadia mengetuk pintu, tapi tidak ada balasan dari dalam. Nadia curiga Daniel mengenali suaranya dan enggan membukakan pintu karena marah.

"Tuan, saya datang untuk mengantarkan dokumen," ulang Nadia lagi, mulai tidak sabar dan mempercepat ketukannya. ‘Masa harus kukembalikan ke Kak Anggun sih dokumennya? Nanti dibilangnya aku nggak kompeten lagi sama si Tuan Kulkas!’ gerutu Nadia dalam hati, mulai memaki Daniel karena menyimpan dendam padanya.

Dengan kekesalan yang menumpuk, Nadia pun menggedor pintu dengan kencang.

“Tuan Daniel, ini dokumennya–”

Ucapan Nadia terhenti lantaran pintu mendadak terbuka. Wajah Daniel muncul dan tampak menatapnya dengan pandangan tajam. Aura yang mengelilingi pria tersebut terasa sangat dingin, membuat Nadia seketika membeku di tempat tanpa bicara.

Apa Daniel marah padanya?

Saat mendapatkan kembali suaranya, Nadia berkata dengan tergagap, “A-anu, Tuan … maaf ganggu.” Karena begitu terintimidasi dengan pandangan Daniel, gadis itu pun menjatuhkan pandangannya ke lantai sembari menyodorkan dokumen ke arah majikannya tersebut. “S-saya ke sini mau antar dokumen sekaligus minta maaf karena sudah buka pintu untuk Nyonya Monica!”

Selama sesaat, hanya keheningan yang menyambut Nadia. Daniel tidak membalasnya. Hal tersebut membuat gadis itu tersebut menangis dalam hati.

‘Dia pasti marah besa–’

Tidak sempat Nadia menuntaskan percakapan batinnya, mendadak tangannya ditarik seseorang. Saat gadis itu tersadar dari keterkejutannya, dia mendapati dirinya telah berada dalam ruangan Daniel dengan pintu tertutup rapat di belakangnya.

Nadia yang kebingungan hanya bisa berakhir menatap wajah Daniel. "T-Tuan?! Apa yang Anda lakukan?" teriaknya dengan bingung. Apa Daniel akan meninjunya?!

Namun, detik berikutnya, Nadia menyadari ada yang aneh dari pandangan pria di depannya. Netra hitam Daniel yang biasa memancarkan aura dingin terlihat tidak fokus, seakan pikirannya sedang mengawang entah ke mana. Tidak hanya itu, napas pria itu terdengar pendek, seperti terengah-engah.

Khawatir ada yang salah, Nadia bertanya, “Tuan … apa Anda baik-baik sa– Ah!”

Tanpa menunggu Nadia menyelesaikan ucapannya, Daniel menarik gadis itu dan melemparkannya ke atas kasur.

Nadia meringis kesakitan, pandangannya pun membuyar karena benturan yang dialami kepalanya dengan kepala ranjang.

“Monica, kamu ….”

Suara parau dan rendah milik Daniel bisa terdengar. Hal itu membuat fokus Nadia kembali.

Mendapati Daniel telah berada di atas tubuhnya, Nadia mencoba untuk mendorong pria itu menjauh. "Tuan! Saya bukan Nyonya Monica! Saya Nadi– umh!”

Sebelum Nadia bisa mengatakan semuanya, Daniel sudah lebih dulu membekap mulut gadis itu dengan bibirnya. Mata Nadia membulat. Pria yang mengungkungnya saat ini jelas tidak berada di dalam akal sehatnya.

‘Ini … bau alkohol!’ pekik Nadia dalam hati.

Sekuat tenaga Nadia mencoba mendorong Daniel untuk menjauh, tapi dia tidak mampu. Dia mencoba menggunakan kemahirannya dalam beladiri, tapi tidak berhasil lantaran Daniel berakhir mengunci kedua tangannya di atas kepala.

Netra hitam yang menghipnotis itu memandang Nadia lurus, terlihat buas dan liar. “Jangan menolakku,” desisnya dengan hawa napas panas yang membuat darah Nadia berdesir. “Kamu harus … menolongku ….”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (20)
goodnovel comment avatar
Asreyanah Debby Tina
knpa harus pakai koin utk membuka cerita
goodnovel comment avatar
Hairiahdzulkifli Dzulkifli
terbaikkk... Daniel telah jatuh cinta
goodnovel comment avatar
nepi norhayati
mesti beli koin ternyata
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 347. Beruntung Memilihmu (Ending)

    "Bagaimana perasaan kamu? Apa sudah lega?" Daniel bertanya pada Nadia yang saat ini memakai gaun berwarna marron, yang membuat dia nampak elegan.Nadia menghela nafas panjang dan kemudian menarik kedua sudut bibirnya. "Tentu saja, rasanya plong banget!" ucapnya dengan mata berbinar.Daniel tersenyum lega juga, karena bahagia Nadia tentu bahagianya juga. "Aku nggak mau lagi keras kepala deh! Yang kamu bilang, memang bener banget!" Nadia kecuali berucap, dia menyesalkan kejadian di kampus. Jika saja dulu dia mengikuti perkataan Daniel, tentu kejadian memalukan dan menyesakkan di kampus itu tak akan pernah terjadi. Keras kepala Nadia ternyata berakhir dengan derita saat ini. Daniel mengacak sedikit rambut Nadia karena merasa sangat gemas saat itu. Tak ayal hal itu langsung membantu Nadia protes. "Duh jail banget sih!? Kalau sampai riasan ini rusak, kamu harus tanggung jawab!" seru Nadia kesal. Daniel malah terkekeh dan malah memencet hidung Nadia. "Salah sendiri menggemaskan! Nanti m

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 346. Ungkapkan Semuanya

    "Kak, aku ingin bicara sama kamu. Penting."Pagi itu, Nadia menemui Alvin ketika kelas belum dimulai.Alvin menarik sudut bibirnya, senyum manis terpancar disana. "Tumben. Ok! Mau kapan?"Dari raut wajahnya nampak jika saat ini Alvin merasa sangat senang.Pemuda itu pun sebenarnya bingung tetapi juga bercampur dengan rasa bahagia. Selama ini Nadia selalu saja menghindar darinya, tetapi kini malah sang gadis pujaan hati itu mengajaknya bicara. Ini bukan mimpi kan?"Sekarang! Ayo!" Nadia yang masih nampak kecewa dengan wajah seriusnya pun langsung berjalan tanpa memperdulikan banyak mata yang sampai saat ini masih nampak menatap sinis padanya. Tanpa banyak tanya lagi Alvin pun mengekori dari belakang."Lo mau ngajak gue kemana sih?" tanya Alvin ketika Nadia malah menuju ke area parkiran. "Kenapa ngobrolnya nggak di tempat yang privat aja?"Nadia mendengus kasar dan sesaat menoleh sebentar ke belakang. " Jangan banyak tanya! Bentar lagi sampai!" Kemudian dia pun meneruskan langkahnya.S

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 345. Harusnya Sejak Dulu

    "Daniel! Mengapa kamu merahasiakan semua ini dari mama dan papa?" Ketika Daniel baru saja sampai di rumah, Martha dan Hendrawan pun langsung menghampiri putranya itu. Mengejar dengan banyak pertanyaan yang intinya mereka merasa tak suka jika Daniel terus menyembunyikan apa pun tentang Nadia."Rahasia ap---" Daniel mencoba mengelak karena memang sebenarnya dia belum mengerti, beberapa hal yang terjadi di kantor membuatnya harus sedikit melupakan tentang yang terjadi di rumah.Martha langsung memotong ucapan anaknya itu. " Nadia di teror dan difitnah seperti itu, tapi kenapa sepertinya kamu malah tenang tenang saja?" Wanita tua itu tak dapat menyembunyikan raut wajahnya yang khawatir. Nadia menghampiri ketiga orang yang masih berdiri di ambang pintu itu, ada rasa tak enak karena sang suami menjadi bahan kemarahan orang tuanya karena dia."Maaf, tadi aku memang sudah menceritakan semuanya pada Mama," tukas Nadia yang seperti biasa malah merasa bersalah.Daniel menarik kedua sudut bibir

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 344. Ceritakan Nadia!

    "Apa aku sekarang juga harus mengatakan semuanya ya?" Nadia makin bimbang saat ini. Dua pilihan yang nyatanya membuat dia merasa sangat dilema. Pilihan A akan membuat semua orang di kampus mengetahui jati dirinya dan itu berarti akan membuat semua orang mengetahui jika dia bukan dari kalangan biasa. Tetapi dengan begitu justru akan membuat dia lebih tenang menjalani perkuliahan. Sedangkan pilihan B, dengan diam dan membiarkan semua orang menganggapnya misterius, justru mungkin akan membuat berita keliru itu semakin menjadi-jadi saja. Sempat terbersit dalam pikiran Nadia untuk tak lagi melanjutkan kuliah dan fokus pada keluarganya. Tetapi itu sama saja artinya dengan dia menghapus mimpi dan cita-cita yang dulu pernah dia pupuk semenjak kecil."Kenapa kamu terlihat sedih, Sayang?"Ketika Nadia sendang melamun seperti itu, terdengar suara lembut Martha. Sang mertua yang baik hati itu ternyata kini sudah berada tepat di sampingnya."Ah Mama." Dengan sigap Nadia pun langsung menyalami

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 343. Siap Tanggung Jawab

    Putri mengepalkan tangannya dengan arah ketika merasakan sesuatu mulai terbakar di hatinya. Dia tak terima sama sekali setelah mendengar perkataan Alvin dan itu sudah berhasil membuat hatinya sangat sakit."Kak Alvin kenapa masih belain dia? Nadia itu …" Putri merasa tak kuasa untuk melanjutkan ucapannya, dia hanya bisa menahan diri dan memalingkan wajahnya.Namun Alvin tahu dengan jelas apa yang ingin dikatakan oleh Putri dan dia dengan cepat pun langsung menegaskan segalanya sambil meraih tangan kanan Nadia. "Nggak peduli gimana masa lalunya, gue bakalan tetap suka sama dia dan perasaan ini nggak bakalan berubah," tuturnya.Nadia terlihat sedikit kaget ketika mendapatkan perlakuan itu dan tentu saja dia sekarang berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Alvin.Perkataan Alvin barusan terlalu berlebihan dan mengisyaratkan bahwa dia akan melakukan apapun demi bisa mendapatkannya.Nadia merasa kalau ini semua tak benar dan dia harus kembali meluruskannya. Tapi yang paling penting

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 342. Karena Iri

    "Jangan bawa-bawa namaku untuk memvalidasi akal busukmu!"Putri dan Alvin seketika langsung menoleh, mereka berdua mendapati sosok Nadia. Nadia berjalan mendekat dengan langkah yang dipenuhi dengan amarah. Sudah cukup rasanya karena sejak tadi dia memang telah mendengarkan perkataan Putri dan itu sudah berhasil membuatnya merasa sangat kecewa karena sempat menganggapnya sebagai teman."Aku pikir kamu nggak pernah memiliki niatan buruk untuk menghancurkanku sampai seperti ini, Put. Aku pikir kamu benar-benar menganggapku sebagai teman. Tapi apa?"Putri terlihat kaget, tapi dia dengan cepat langsung mengelaknya. "Ngomong apaan sih?! Jangan–""Aku sudah punya buktinya dan aku bahkan juga tahu kalau kamu membayar seseorang untuk mencelakaiku, kan?" Bersamaan dengan perkataannya itu, Nadia segera memberikan bukti-bukti yang akurat dan menambahkan, "Aku nggak nyangka kalau kamu bisa bertindak seperti ini untuk menghancurkanku. Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?"Hubungan keduanya da

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status