Share

Bab 6. Pergi dari Sini!

"Apa yang kamu pikir kamu lakukan kepada orangku?!"

Pertanyaan Daniel membuat Monica tampak terkejut. Apa maksud pria itu dengan ‘orangku’?

Mengesampingkan hal tersebut, Monica sendiri tidak menyangka pria tersebut pulang lebih cepat dari biasanya. "Kamu sudah pulang?" Dia terlihat tidak peduli dengan apa yang telah dia lakukan pada Nadia.

Dengan tatapan mata tajam, Daniel menggeram, "Aku bertanya, apa yang kamu pikir telah kamu lakukan!?" Bentakan pria itu bergema di seluruh penjuru rumah, menyebabkan beberapa pelayan yang mendengar langsung berlari ke ruang tamu untuk mengecek keadaan. "Siapa yang mengizinkan wanita ini masuk ke rumah ini?!"

"Oh, ya ampun!" seru sang kepala pelayan ketika melihat darah yang berceceran di lantai. Dia juga terkejut melihat sosok Monica di ruang tamu kediaman itu.

Melihat sang kepala pelayan telah tiba di ruang tamu, Daniel langsung membentak, "Bawa Nadia, periksa tangannya dan pastikan dia baik-baik saja!"

"B-baik, Tuan!" balas sang kepala pelayan yang langsung menarik Nadia pergi.

Masih terkejut dengan kedatangan Daniel dan juga amarah yang ditampakkan oleh pria tersebut, Nadia hanya terdiam dan ikut bersama sang kepala pelayan.

Sebelum meninggalkan ruangan, dia melemparkan pandangan terakhir kepada sosok Daniel dan Monica yang saling berhadapan. 'Ah, sepertinya aku sudah membuat masalah.'

**

"Monica, aku tidak ingat pernah mengizinkanmu masuk ke rumah ini tanpa memberitahuku sebelumnya." Daniel menatap lurus sosok mantan istri di hadapannya.

"Aku hanya ingin melihat anakku," jawab Monica, berusaha menghindari tatapan mata Daniel yang tajam. Kentara bahwa keberanian dan keangkuhan yang sempat wanita itu tunjukkan tadi seketika menguap.

Daniel pun mendengus kasar, pandangannya menusuk. "Apa kamu sudah lupa dengan perjanjian kita? Kamu harus meminta izin padaku dulu jika ingin menemui Sean?!" Wajah dingin yang Daniel tunjukkan membuat suara itu semakin menakutkan.

Monica hanya diam. Sebenarnya, dia tak takut dengan daniel, hanya saja dia pun sadar jika kedatangannya kali ini bukan hanya tak tepat waktu, tapi telah melanggar perjanjian perceraian mereka yang ditetapkan saat pengadilan.

Melihat Monica, Daniel mengerutkan keningnya. “Menemui Sean? Yang benar saja." Kalimat pria itu menyimpan cemoohan. “Jangan lupa apa yang telah kamu lakukan pada anakku.”

"Itu masa lalu!” Monica mencoba membela dirinya. “Aku menyesalinya, dan aku tidak akan melakukan hal itu lagi! Aku sudah berubah!" balasnya dengan wajah memelas, mencoba mendapatkan simpati sang mantan suami.

"Berubah?” Kerutan di dahi Daniel mendalam, menunjukan dirinya sama sekali tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Monica. “Lalu, apa yang baru saja kamu lakukan tadi?” Dia jelas merujuk pada apa yang wanita itu lakukan pada Nadia. “Kamu melampiaskan amarahmu kepada gadis tidak bersalah!”

Mata Monica terbelalak mendengar ucapan Daniel. "Melampiaskan amarah?” ulangnya, mencoba mengelak. “Aku hanya memberi pelajaran agar gadis itu tidak ceroboh–"

"Cukup dengan omong kosongmu!” sergah Daniel dengan tatapan nyalang, tahu apa yang Monica katakan hanyalah kebohongan.

Melihat wajah Monica terkejut dengan bentakannya, Daniel mulai merasa hatinya goyah. Pria itu pun mengepalkan tangannya dan menutup mata.

“Aku tidak punya waktu untuk dibuang denganmu. Pergi dari sini," titahnya dengan usaha untuk kembali tenang.

Kedua tangan Monica mengepal. Beraninya Daniel–pria yang dahulu memuja dan begitu mencintainya–mengusirnya hanya karena seorang baby sitter rendahan! Hal ini melukai harga dirinya!

"Kamu dan baby sitter itu …,” Monica memulai, “... apa hubungan kalian, hah? Kamu tidur dengannya?” tuduh wanita itu membuat Daniel terbelalak, tak percaya ucapan seperti itu terlontar dari bibir mantan istrinya tersebut.

Daniel mengarahkan tangannya ke pintu. "Pergi dari sini.” Dia mengulang perintahnya, tak ingin berdebat lebih lanjut.

Monica menyunggingkan sebuah senyuman mengejek. “Tidak menjawab, berarti benar? Bagaimana rasanya tidur dengan orang yang kamu pekerjakan, hmm?” Dia masih melanjutkan, “Apa Sean tahu soal ini? Itu alasannya dia begitu dekat dengan gadis itu karena dia akan segera menjadi ibu tiri–”

“Tutup mulut kotormu itu!” teriak Daniel dengan lantang, tubuhnya bergetar lantaran emosinya telah mencapai puncak. Dengan jari tertuding ke arah Monica, pria itu menegaskan dengan nada mengancam, “Jangan kamu libatkan Sean ataupun orang lain dalam skenario gilamu itu.” Dia mengulangi perintahnya, “Pergi dari sini atau aku sendiri yang menyeretmu keluar.”

Sikap Daniel yang begitu keras membuat Monica terkejut. Kecurigaannya terhadap hubungan Daniel dan Nadia pun semakin meningkat. Akan tetapi, dia tidak berani mencobai emosi Daniel lagi, terutama setelah pria itu mengancamnya demikian. Kalau ada wartawan yang berkeliaran dan memotret dirinya diseret keluar, bisa habis reputasinya sebagai model ternama!

“Hmph!”

Monica berbalik dan melangkah pergi. Selagi berjalan meninggalkan kediaman Daniel, dia teringat akan sosok Nadia yang begitu dilindungi pria itu.

‘Beraninya kamu merebut perhatian orang-orang yang seharusnya menjadi milikku!’ Monica mengepalkan tangannya dengan kuat, membenamkan kuku-kuku indahnya pada telapak tangannya. Dengan dendam membara, wanita itu bersumpah, ‘Lihat saja kamu gadis tengil, akan aku pastikan untuk membalas semua hinaan yang kuterima hari ini!’

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pristy Arian
mulai ada intrik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status