Jonathan bersungut. Ia meninggalkan ruangan dokter Faizal tanpa pamit. Entah apa yang menjadi kemarahannya. Nyonya besar juga tidak tahu.
"Memang anak itu begitu. Kadang emosinya tidak terduga," ujar nyonya besar kepada dokter Faizal.
"Saya sudah paham Oma. Dia teman saya sejak muda. Tidak masalah. Nanti akan membaik sendiri," ujar dokter tersebut.
Setelah berpamitan, Maya segera mendorong kursi roda ke arah depan. Mengikuti Jonathan yang sudah menjauh menuju pintu utama rumah sakit.
Ternyata Jonathan mendahului untuk mengambil mobil di parkiran. Sedangkan Maya dan nyonya besar menunggu di depan lobby.
"Ayo naik," ujar Jonathan di depan lobi. Ia membuka bagasi belakang, untuk menyimpan kembali kursi roda yang sudah dilipat.
Nyonya besar naik di kursi tengah. Maya di kursi depan. Seperti formasi saat mereka berangkat. "Bulan depan kamu tidak usah ikut saja. Biar saya saja yang antar Oma. Menjengkelkan tuh si Faizal," ujar Jo
"Memangnya ada apa dengan Nona Luna, Nyonya?" tanya Maya penasaran."Sebetulnya aku males menyebut nama anak itu. Dia yang sudah menyebabkan cucuku tidak mau menikah sampai saat ini. Padahal usia Jo, sudah 29 tahun," kata nyonya besar."Begitu cintanya kah tuan muda pada Nona Luna?" tanya Maya lagi.Maya seperti ingin mengulik kisah cinta anak para sultan. Dalam bayangannya kisah cinta mereka pasti mulus. Karena pastinya secara materi anak para sultan ini pasti berlebihan. Tidak seperti dirinya.Ia jadi ingat kisah cintanya sendiri yang harus ambyar gara-gara materi. Dengan alasan untuk mendapatkan materi yang cukup Maya rela menjadi TKI. Tiga tahun dia bekerja di Hongkong. Namun kepergiannya ini membuat kekasihnya berpaling, menikahi adiknya sendiri."Mengapa kamu melamun Maya?" tanya nyonya besar."Oh tidak Nyonya. Saya hanya membayangkan kalau misalnya tuan muda jadi menikah dengan Nona Luna pasti anaknya cantik-cantik dan tampan ta
"Maya, sini!"" teriak Jonathan di pintu dapur.Suaranya menggelegar seperti halilintar di siang bolong. Membuat kaget para ART yang sedang makan siang bersama di dapur.Maya beringsut menuju pintu dapur. Para ART yang menyaksikan kejadian ini menjadi kasihan kepada Maya. Barusan saja mereka bergurau bersama dan makan makanan lezat yang dibawa Maya. Kini Maya dapat masalah.Jonathan dengan kasar menarik tangan Maya. Menyeretnya ke kursi rotan dekat kolam renang. Tempatnya yang ajak jauh dari lalu larang orang membuat pembicaraan di situ tidak bisa didengar."Duduk," titah Jonathan.Seperti robot, Maya duduk dengan patuh. Jonathan duduk di depan Maya. Namun Maya sama sekali tidak berani menatap laki-laki tampan di depannya itu"Mengapa kalian malah memperbincangkan yaLuna. Dia hanya masa laluku," ujar Jonathan.Maya merasa aneh. Tidak seharusnya hal itu yang dibahas Jonathan saat ini. Dia membayangkan Jonathan akan marah bes
Jonathan dan Maya akhirnya berangkat. Berdua di satu mobil tanpa ada orang lain membuat keduanya canggung. Apalagi hubungan keduanya selama ini tidak baik-baik saja. Tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut mereka.Sampai kemudian mobil memasuki sebuah butik. Terlihat beberapa stell baju pengantin di-display di lantai dua. Dengan dinding full kaca dan lampu sorot yang terang membuat butik tersebut berkelas."Apa kita akan pesan baju pengantin?" tanya Maya polos."Hahahaha jangan GR kamu ya. Siapa juga yang akan pesankan kamu baju pengantin?" tanya Surya tertawa terbahak-bahak.Maya sangat malu mendengarnya. Belum sempat ia berkata apapun, Jonathan melanjutkan kalimatnya. "Kamu jangan Gar ya, siapa juga yang mau jadi pengantin prianu hahahaha."Rasa malu yang semula dirasakan Maya, berubah jadi rasa geram kesal. "Sieps juga yang mau jadi pengantin wanitamu," protes Maya lagi.Jonathan malah tertawa dalam hati. Ternyata seru juga b
Jonathan ternyata sudah menunggu di loby. Saat menyaksikan Naya datang betapa terkejutnya ia melihat penampilan Maya yang berubah 180 derajat. terlihat sangat anggun dan berkelas."Lihat, Tuan muda sampai tidak berkedip melihat Nona," ujar pegawai yang bersama Maya tersebut.Maya menjadi sangat malu. Apalagi dia melihat penampilan Jonathan juga sangat berbeda. Mengenakan stelan jas serta berdasi. Tampak segar dengan balutan celana warna krem. Senada dengan baju putih tulang yang Maya kenakan."Ini benar Maya pacarku kan?" tanya Jonathan kepada pegawai perempuan tadi."Tentu saja. Semakin cantik dan glowing kan?" tanya pegawai tersebut.Maya sendiri jenis diam saja saat Jonathan meraih tangannya untuk dia gandeng menuju mobil. "Kamu terlihat sangat berbeda Maya," ujar Jonathan."Kamu juga," jawab Maya singkat."Masak sih. Berbeda bagaimana?" tanya Jonathan sambil menyalakan mesin mobilnya."Hmm bagaimana ya. Ya berbeda dib
Saat mereka sedang bersenda gurau bersama teman SMA lainnya. Tampak seorang gadis menghampiri. Maya yang menyaksikan itu terlebih dahulu bergumam dalam hati."Oemjiii, tragedi apa yang akan terjadi malam ini?" pekik Maya dalam hati.Ia lalu menyenggol siku Jonathan dan mengarahkan pandangannya ke sosok yang baru datang. "Tuh the pacarmu datang," ujar Maya."Mau apa ulat bulu itu datang?" tanya Jonathan."Ulat bulu?" tanya Maya."Sebutan apa yang pantas untuk perempuan gatal seperti dia?" tanya Jonathan lagi."Jadi kalian benar-benar tidak pacaran?" tanya Maya meyakinkan."Sudah aku bilang tidak ya tidak!" ujar Jonathan marah."Iya ya. Kalau statusnya udah jelas gini kan aku bisa bersikap," ujar Maya."Kamu akan bersikap apa?" bisik Jonathan."Sudahlah lihat saja nanti. Pokoknya kamu harus mendukungku," kata Maya."Beres," ujar Jonathan.Saat Luna semakin dekat. Maya semakin mengeratkan pegangannya di
Saat keduanya hampir sampai di pintu keluar tampak sepasang suami istri menahan langkah mereka."Ada urusan apalagi ini," umpat Jonathan lirih."Apa Luna bersamamu Jonathan?" tanya laki-laki paro baya. Ternyata kedua pasang suami itu papa dan mama Luna. Mereka datang bertiga. Namun, kini keduanya kehilangan jejak anak semata wayangnya tersebut."Maaf Pak. Saya tidak tahu dan sudah tidak ada hubungan apapun dengan anak bapak. Saya sudah memiliki calon istri yang lebih baik," ujar Jonathan.Jonathan masih ingat ketika keluarganya memutuskan untuk membatalkan pertunangan. Papa Luna orang yang paling marah saat itu. Bahkan berencana melaporkan Jonathan dan keluarga besarnya dengan tuduhan pencemaran nama baik. Sehingga dia punya ide untuk meneruskan pertunangan, namun pada saat yang sama juga langsung membatalkan pertunangan tersebut."Hai Jo. Yang sopan ya ngomong sama orang tua. Meskipun kamu tidak lagi jadi calon mertuamu tetap bersikap sopanlah kal
Hampir tengah malam keduanya baru tiba di rumah. Rumah sudah sepi, semua penghuninya sudah tidur. Kalaupun belum tidur, namun sudah masuk kamar. Praktis kedatangan keduanya tidak ada yang tahu, kecuali satpam.Tanpa ada yang berbicara Maya langsung menuju ke kamar nyonya besar. Ia membuka pintunya dengan perlahan. Berharap majikannya tersebut tidak terganggu. Dsn benar nyonya besar sudah tertidur dengan sangat nyenyak.Setelah merasa majikannya aman, Maya baru menuju ke kamarnya sendiri. Ternyata Bi Ani terbangun saat dirinya masuk."Heeee, kuntilanak masuk ke kamarku!" teriak Bi Ani histeris.Maya langsung masuk dan menutup pintu. Agar suara histeris Bi Ani tidak terdengar kemana mana. Bisa membuat penghuni rumah heboh di tengah malam. Bersamaan itu dia juga menyalakan sakelar lampu agar wajanya terlihat jelas."Astagfirullah Maya. Aku kira kuntilanak yang masuk kamar ini. Lha kamu pakai pakaian begitu darimana?" tanya Bi Ani.
"Hmm apa maksud Jonathan seperti itu? Benar-benar orang yang egois. Saat dia butuh akan meminta dengan segitunya. Kalau sudah tidak butuh, mengenal pun tidak mau. Okey, kamu jual aku beli," tekad Maya dalam hati.Maya sangat jengkel pagi ini, Jonathan seperti tidak mengenalnya. Padahal sendok mereka sudah menjalankan peran sebagai sepasang kekasih dengan sangat apik. Maya sudah yakin hubungan buruk diantara mereka berdua sudah selesai. Ternyata harapan itu zonk.Maya lantas mendorong kursi roda nyonya besar ke dalam rumah. Dia tidak tahu kalau ternyata sepeninggal dia Jonathan memperhatikannya dari belakang. Sampai Maya menghilang masuk rumah. Tidak beberapa lama kemudian Jonathan juga mengakhiri olahraganya."Kita langsung sarapan Nyonya?" tanya Maya."Iya Maya, aku kok merasa sudah lapar," jawab nyonya besar."Baik saya antar nyonya ke ruang makan," ujar Maya."Tidak usah. Kita ke kamarku dulu. Nanti aku akan jalan sendiri ke ruang makan,"