Share

Pria Semalam

Author: Aldra_12
last update Last Updated: 2025-06-01 06:23:31

Emma benar-benar terkejut melihat pria yang akan menjadi majikannya, ternyata adalah pria yang semalam tak sengaja tidur dengannya!

Gadis itu meremas erat tali tas yang menyilang di depan dada. 

Haruskah dia mundur? 

Tapi, bagaimana dengan kaki palsu yang dia janjikan untuk adiknya?

‘Apa dia mengingat wajahku? Bagaimana kalau aku dituntut karena sudah masuk kamarnya semalam?’ batin Emma menjerit panik.

Ethan berdiri saat melihat Emma hanya mematung. Pria bertubuh tegap tinggi dengan rahang tegas dan bola mata berwarna cokelat begitu tajam itu kini berjalan ke arahnya.

“Perkenalkan dirimu pada Tuan Ethan,” bisik kepala pelayan.

Emma tersadar dari kepanikannya, lalu menelan ludah kasar. Ia menatap Ethan sejenak lalu menurunkan pandangannya.

“Selamat pagi, Tuan. Perkenalkan, saya Emma. Mulai hari ini saya akan bekerja sebagai baby sitter,” ucapnya, tak berani menatap pada Ethan yang kini berdiri di hadapannya.

Ethan mengamati Emma yang terus menunduk. Dia menatap cukup lama wanita itu lalu bertanya, “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

Tubuh Emma bergetar hebat. Dia mencoba tenang, tapi tetap saja kedua kakinya terasa lemas karena panik.

“Ti-tidak, Tuan,” jawab Emma.

Semalam Emma yang salah karena sudah masuk ke kamar pria di depannya ini. 

Dia tidak mau terkena masalah, apalagi mengubur impian memberikan kaki palsu untuk sang adik.

Meski pria itulah yang merenggut kesuciannya, Emma memilih mengubur kepahitan itu sendiri. Bersyukur Ethan tak mengenalinya.

“Kamu sudah diberitahu tugasmu?” tanya Ethan dengan suara begitu dalam.

“Sudah, Tuan,” jawab Emma, masih tak berani menatap Ethan.

“Terus berada di sampingnya, kamu harus menjaganya ke mana pun dia pergi,” ucap Ethan lagi.

Emma mengangguk pelan.

Ethan menatap sejenak pada kepala pelayan, lalu pria itu pergi begitu saja.

Emma langsung bernapas lega setelah Ethan berlalu. Dia hampir saja lupa cara bernapas saat berhadapan pria itu. 

Bayangan kejadian semalam saat pria itu menyentuhnya, membuat seluruh tubuhnya menegang dan ketakutan luar biasa menyergah dirinya.

Namun, Emma harus kuat, dia harus bertahan demi sang adik dan kehidupan mereka agar lebih baik lagi.

“Ikut denganku, kuantar ke kamarmu dulu. Kemudian pergi ke kamar Nona Ellen setelah kamu mengganti pakaianmu dengan seragam,” ucap pelayan paruh baya.

Emma mengangguk, lalu berjalan mengikuti pelayan itu. 

Dia mendapat kamarnya, juga mendapat seragam yang ternyata sudah disiapkan. Bahkan ukuran seragam itu sangat pas, meskipun sedikit menonjol di bagian dada.

Emma diantar ke kamar Ellen. Pelayan paruh baya itu mengajak Emma masuk lalu memperkenalkannya pada Ellen.

“Nona Ellen mulai saat ini akan dijaga oleh Kakak Emma,” ucap pelayan itu.

Gadis kecil berumur lima tahun itu melipat kedua tangan di depan dada. Dia naik ke atas ranjang agar tingginya sejajar dengan pelayan keluarganya, lalu menatap Emma dengan wajah suram.

“Apa Papa sudah tahu?” tanya Ellen dengan gaya seperti bos cilik.

“Tentu saja sudah, Nona,” jawab pelayan itu, lalu menoleh pada Emma, “urus semua kebutuhan Nona Ellen, aku harus mengerjakan pekerjaan lain.”

Emma mengangguk, lalu memandang pada pelayan yang berjalan menuju pintu.

Baru saja pintu kamar tertutup, Emma terkejut karena sebuah bantal menghantam kepalanya. Dia menatap pada Ellen yang menatap tak senang padanya.

“Aku tidak suka kamu! Pergi!” perintah Ellen.

Bukannya marah, Emma malah tersenyum lalu mengambil bantal yang tergeletak di lantai.

“Tapi saya bertugas menjaga Anda, Nona. Jadi saya tidak bisa pergi,” balas Emma dengan suara lembut.

Ellen memasang wajah cemberut.

“Tidak mau. Aku tidak mau pengasuh!” teriak Ellen.

Emma berusaha sabar menghadapi tingkah Ellen. Dia terus tersenyum lalu mengajaknya bicara.

“Wah, Nona Ellen pernah pergi ke kebun binatang?” tanya Emma saat melihat foto di bingkai yang ada di atas nakas.

“Kamu pasti tidak pernah, kan? Makanya terkagum-kagum!” ketus Ellen. 

Gadis kecil ini memang sedikit bermulut pedas.

Emma hanya tersenyum mendengar ejekan Ellen.

“Non Ellen harus ke sekolah, kan? Bagaimana kalau saya siapkan air panas, lalu Non Ellen segera mandi?” ujar Emma lagi.

Ellen tiba-tiba melompat dari ranjang, membuat Emma terkejut karena takut Ellen jatuh.

Emma mengira Ellen mau pergi ke kamar mandi, tapi ternyata gadis kecil itu malah berlari keluar dari kamar.

“Nona mau ke mana?” tanya Emma sambil mengejar Ellen.

Emma melihat Ellen berlari dengan gesit. Dia harus mengejarnya untuk dimandikan, tapi Ellen sudah lebih dulu masuk ke salah satu kamar di lantai dua itu.

“Non Ellen, ayo mandi,” ajak Emma.

Ia berhenti di depan kamar dengan pintu besar di depannya. Dia tak berani langsung masuk karena tidak tahu itu kamar siapa.

“Non Ellen, ayo keluar dan mandi,” bujuk Emma lagi.

Emma menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda Ellen keluar dari sana.

“Bagaimana ini?” Emma menggigit bibir bawahnya.

Emma mendekat ke pintu, lalu mengetuk perlahan pintu kamar itu.

“Permisi, saya mau mengajak Non Ellen mandi,” ucap Emma meminta izin sebelum masuk.

Tidak ada jawaban dari dalam. Emma bingung, tapi juga tak bisa mengabaikan tugasnya. Emma tidak mau terkena masalah.

Akhirnya ia mencoba membuka pintu itu perlahan. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, Emma masuk dan mencoba mencari Ellen.

“Non Ellen, ayo mandi,” ucap Emma sambil mencari-cari keberadaan Ellen.

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

Belum juga Emma menemukan Ellen, dia mendengar suara suara menginterupsi. 

Saat menoleh ke arah sumber suara, Emma langsung menurunkan pandangan dari Ethan yang keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang melilit di pinggang. Dada bidang pria itu terpampang jelas memiliki otot perut yang begitu sempurna.

“Sa-saya ….” Emma tercekat. 

Jantungnya berdegup sangat cepat saat pria itu berjalan mendekatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
PR Emma menjinakkan Ellen...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Ellen Sakit

    Ellen menangis kencang meski matanya terpejam.“Oma mengusir Kakak Emma, Ellen maunya sama Kakak Emma, Papa.”Mata Ethan membola, pelukannya pada Ellen mengerat saat mengetahui kalau Emma ternyata diusir Rosalinda.Jadi ini alasan sang mama ada di sana dan semua barang Emma tergeletak di ruang tamu.“Kakak Emma mana?” Ellen terus menangis meski suaranya begitu serak.Melihat kondisi Ellen yang tak baik-baik saja, Ethan memilih langsung menggendong Ellen untuk membawanya ke rumah sakit.Saat Ethan berjalan keluar dari kamar, dia berpapasan dengan Rosalinda yang baru saja akan masuk.Tatapan Ethan begitu dingin pada Rosalinda, ada kebencian tersorot dari mata Ethan.“Lihat, ini akibat dari keegoisan Mama,” ucapnya tajam.Rosalinda bergeming. Dia melihat Ellen yang terkulai lemas, tangannya terulur ingin menyentuh Ellen, tapi Ethan langsung menyenggol tangan Rosalinda dengan sikunya dan Ethan melangkah meninggalkan sang mama begitu saja.Ethan berteriak kesetanan memanggil sang sopir unt

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Bersitegang Dengan Ibu

    Saat sore hari. Ethan baru saja tiba di rumah lebih awal. Ketika dia baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah, Ethan melihat barang-barang yang dibelinya untuk Emma masih ada di ruang tamu, bahkan beberapa baju tergeletak berserakan di lantai.Kening Ethan berkerut dalam. Dia kembali melangkahkan kaki untuk mencari Emma, tapi Ethan kembali berhenti saat melihat Rosalinda di rumahnya.“Apa yang Mama lakukan di sini?” tanya Ethan.Tatapan Rosalinda menajam mendengar pertanyaan sang putra. Dia langsung berdiri lalu melangkah mendekati Ethan.“Apa keberadaan ibumu sendiri di sini harus dipertanyakan?” Suara Rosalinda begitu dalam dan dingin.Ethan menatap datar. Saat ini dia sedang malas berdebat dengan Rosalinda.Ethan memilih tak mengacuhkan keberadaan Rosalinda. Dia siap melangkahkan kaki, tapi gerakannya terhenti karena ucapan Rosalinda.“Apa yang sudah pengasuhmu lakukan sampai kamu rela membelikannya banyak barang mewah?”Ethan kembali menatap pada Rosalinda yang memasang wajah si

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Amarah Rosalinda

    Setelah selesai belanja. Ethan langsung mengantar Emma dan Ellen ke rumah.Sepanjang jalan sampai tiba di rumah, Emma hanya duduk diam dengan perasaan campur aduk. Dia bingung dan canggung menjadi satu, kenapa Ethan tiba-tiba membelanjakan banyak barang untuknya.“Beberapa barang lainnya nanti akan diantar oleh pihak toko. Sekarang aku harus segera kembali ke perusahaan,” kata Ethan saat menoleh pada Emma.Suara Ethan membuyarkan lamunan Emma. Dia menoleh pada Ethan yang sudah menatapnya. Emma baru sadar kalau mereka sudah sampai di rumah.“Ada masalah?” tanya Ethan karena Emma hanya diam.Emma menggeleng kepala pelan. “Tidak, Tuan.”Emma segera membuka pintu mobil lalu mengajak keluar Ellen. Emma mengajak Ellen masuk rumah sambil menenteng dua paper bag yang bisa dibawanya.Saat masuk rumah, Emma terkejut melihat siapa yang kini berdiri dengan tatapan dingin ke arahnya.Rosalinda datang ke rumah Ethan setelah berdebat dengan Imelda. Ketika melihat pengasuh cucunya itu, tatapan Rosal

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Pilih Yang Disuka

    Saat siang hari. Ethan pergi menjemput Ellen bersama sopirnya. Sesampainya di sekolah Ellen, Ethan melihat Emma yang sedang berjalan sambil menggandeng tangan dengan wajah riang.“Itu Papa.”Suara nyaring putrinya terdengar di telinga. Ethan tersenyum pada Ellen yang melambai ke arahnya.Begitu mobil berhenti di depan Emma dan Ellen berdiri, lalu Ellen segera masuk begitu Emma membuka pintunya.Emma memastikan Ellen duduk dengan benar. Emma hendak menarik tubuhnya yang sedikit membungkuk di dalam mobil, tapi Ethan menahannya.“Duduklah di sini,” titah Ethan.Bola mata Emma melebar. Dia menatap Ethan dengan ekspresi bingung.“Maksudnya, Tuan?” tanya Emma masih berada di posisinya.“Duduk di sini bersama kami,” ulang Ethan.“Asyik,” teriak Ellen kegirangan, “sini Kakak Emma, duduk di sini.” Ellen menggeser duduknya ke arah Ethan.Emma mengulum bibir, dia ragu tapi Ethan mengangguk pelan agar Emma segera masuk.Akhirnya Emma masuk di kursi belakang, dia duduk di samping Ellen.Mobil itu

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Perdebatan Imelda dan Rosalinda

    Imelda meninggalkan rumah Ethan bersamaan dengan sang cucu dan cicitnya yang berangkat beraktivitas. Imelda baru saja tiba di rumah. Dia melangkah pelan masuk ke dalam rumah dan langsung dihadang oleh Rosalinda.“Mama sudah menginap di rumah Ethan dan pasti melihat bagaimana pengasuh Ellen, kan? Sekarang, bagaimana pendapat Mama?” tanya Rosalinda begitu antusias. Dia menatap penuh harap pada Imelda akan sepaham dengannya.Imelda menatap datar pada Rosalinda. Dia tak langsung menjawab, tetapi memilih melangkah menuju ruang keluarga lebih dulu.Imelda duduk di salah satu sofa kemudian tatapannya tertuju pada Rosalinda yang duduk di dekatnya.“Apa yang aku katakan benar, kan?” tanya Rosalinda tak sabaran.“Lebih baik kamu berhenti mencampuri urusan rumah Ethan.” Imelda bicara dengan nada tegas. Dia menoleh pelan pada Rosalinda.Ekspresi antusias di wajah Rosalinda berubah suram. Dia menatap heran pada Imelda.“Apa maksud Mama? Sebagai seorang ibu, apa aku salah jika memberi putraku perh

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Dukungan Imelda

    Imelda menyesap teh dengan tenang, setelahnya dia kembali menatap pada Ethan.“Apa perlu nenek yang memberi pemahaman pada mamamu agar kamu tidak disebut anak durhaka jika melawannya?”Ethan terkesiap. Dia menatap sang nenek yang sedang meletakkan cangkir di meja.“Apa Nenek mau?” tanya Ethan.Imelda menatap pada sang cucu, bagaimanapun Ethan adalah cucu satu-satunya yang sejak kecil sangat dia manjakan. Di saat Rosalinda sibuk dengan bisnisnya, Imelda lah yang selalu ada untuk Ethan.Jadi, bagaimanapun Imelda pasti akan lebih berpihak pada Ethan.“Nenek lebih percaya kamu bisa memilih pasangan yang baik,” balas Imelda, “ya, walaupun sebelumnya gagal, tapi nenek yakin kamu tidak akan mengulang kesalahan yang sama dua kali. Jadi, mamamu tidak perlu mengaturmu, kamu berhak menentukan jalan hidupmu sendiri.”Imelda tersenyum hangat pada sang cucu.Kecurigaan dan kecemasan di wajah Ethan memudar. Dia begitu lega karena sang nenek berpihak padanya.Ethan akhirnya mengangguk kecil.“Nenek a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status