Share

Melamar Jadi Pengasuh

Auteur: Aldra_12
last update Dernière mise à jour: 2025-05-31 15:49:54

Emma berjalan tanpa arah, bingung harus ke mana. 

Ia tidak punya saudara di kota itu. Noah satu-satunya harapan untuknya, tapi pria itu menghilang dan tak bisa dihubungi lagi.

“Bagaimana ini?”

Emma terduduk di kursi yang ada di trotoar, memandangi mobil yang berlalu-lalang di jalanan. 

Ia tidak memegang uang sepeser pun, bagaimana caranya bertahan hidup atau pulang ke kampung halamannya?

“Noah, kenapa kamu meninggalkanku seperti ini?” Emma meratap, tidak tahu kenapa kekasihnya itu meninggalkannya begitu saja.

Apalagi, semua uang yang dibawanya dari kampung, semalam diambil Noah untuk menyewa kontrakan di kota itu. Tapi nyatanya Emma malah ditipu.

Emma sudah tak punya apa-apa lagi, sampai dia teringat pada satu-satunya perhiasan yang dia miliki. 

Dia menyentuh antingnya dan berniat ingin menjualnya agar bisa pulang lebih dulu. Tapi alangkah terkejutnya dia saat menyadari kalau antingnya hilang sebelah.

“Ke mana yang sebelah?” Emma mencari di sekitar, tapi tidak menemukannya.

Emma mengerang frustasi sambil menatap sebelah anting miliknya yang masih tertinggal, lalu memilih menyimpannya di tas.

Emma memejamkan mata sejenak, lalu akhirnya mengeluarkan ponsel. Benda pipih itu satu-satunya benda berharga yang dimilikinya sekarang.

“Tapi, kalau aku jual, bagaimana kalau Ivan menghubungiku?”

Emma ragu. Ia pergi ke kota untuk bekerja karena membutuhkan uang agar bisa membelikan kaki palsu untuk Ivan—adiknya yang cacat karena mengalami kecelakaan beberapa tahun silam.

Namun, niatnya malah dimanfaatkan Noah yang sekarang entah pergi ke mana.

Emma mengecek nomor sahabatnya yang bekerja di kota, lalu mencoba menghubunginya.

“Halo, Emma?”

Emma bernapas lega karena sahabatnya menjawab panggilan darinya.

“Sesil, syukurlah. Apa kamu ada lowongan pekerjaan? Aku benar-benar butuh pekerjaan. Noah membohongiku, dia meninggalkanku,” ucap Emma sambil menyugar rambutnya kasar.

“Kamu masih memercayai Noah? Bukankah sudah kubilang, Noah itu brengsek, Emma.”

Emma mendengar suara temannya marah, tapi semua sudah terlanjur.

“Aku butuh pekerjaan, Sesil. Aku tidak mungkin pulang dengan tangan kosong, apalagi aku sekarang sudah tak punya uang sama sekali.”

Emma mendengar Sesil menghela napas kasar, lalu meminta Emma untuk menunggu sebentar.

Tak beberapa lama kemudian, Sesil memberi informasi kalau ada pekerjaan tapi sebagai pengasuh anak kecil berumur lima tahun.

“Tidak masalah, yang penting aku bisa kerja. Aku juga suka anak-anak,” ucap Emma dengan cepat, tak mau menyia-nyiakan kesempatan.

Sesil memberikan alamat rumah yang mencari pengasuh, dia juga memberitahu Emma untuk menyebut namanya agar bisa diterima dengan mudah.

Emma begitu lega, setelah mendapat alamat dan meminjam sejumlah uang untuk naik transportasi, akhirnya Emma memutuskan langsung pergi ke alamat yang dimaksud.

Gadis itu tiba di alamat rumah yang Sesil berikan. Rumah itu sangat besar dan mewah, gerbangnya pun begitu tinggi.

Emma menarik napas panjang lalu menghelanya kasar.

Saat berjalan mendekat, Emma melihat mobil mewah memasuki gerbang yang terbuka. 

Emma bergegas menghampiri security yang hendak menutup gerbang itu lagi.

“Maaf, Pak, Permisi.” Emma menyapa ramah.

“Iya?” balas pria paruh baya itu sambil menatap Emma.

“Apa benar di sini sedang mencari pengasuh? Saya mendapat rekomendasi dari Sesil untuk datang melamar ke sini,” kata Emma.

Security itu memerhatikan penampilan Emma, lalu diminta untuk menunggu. Setelah beberapa saat, Emma diajak masuk lalu bertemu dengan kepala pelayan di sana.

“Lulusan apa?” tanya wanita paruh baya itu.

“Saya lulusan D3 bahasa,” jawab Emma.

“Apa sebelumnya pernah mengasuh anak kecil?” tanya wanita itu lagi.

“Tidak secara langsung, tapi saya yang ikut mengasuh adik saya. Sekarang usianya sudah lima belas tahun,” jawab Emma.

“Nona kami sedikit susah diatur, apa kamu sanggup menghadapinya tanpa membalas sikapnya dengan kekerasan? Jika tidak sanggup, lebih baik mundur dari sekarang,” ucap wanita itu lagi. Nadanya terdengar tegas.

Emma mengangguk-angguk cepat. Sanggup atau tidak, akan dia pikirkan nanti, yang terpenting sekarang dia mendapat pekerjaan.

“Saya bisa, saya sanggup. Saya akan menjaga Nona dengan baik,” ucap Emma dengan cepat.

Wanita paruh baya itu mengangguk-angguk, lalu berkata, “Baiklah, kamu diterima. Tapi apa bisa bekerja mulai sekarang?”

Senyum Emma merekah lebar. “Tentu, tentu saja saya bisa bekerja mulai sekarang,” jawabnya dengan cepat.

“Baiklah, Emma. Tugasmu mengurus kebutuhan Nona Ellen. Dia tuan putri di sini, jangan membuatnya menangis, dan seperti yang kukatakan tadi, meskipun Nona sulit diatur, kamu tidak boleh main tangan padanya,” ucap pelayan paruh baya menjelaskan.

“Ba-baik, saya akan bekerja sebaik mungkin,” balas Emma.

“Kamu akan diberi cuti dua hari dalam sebulan, apa kamu keberatan? Tapi jika ada hal mendesak, mungkin kamu tidak akan mendapat jatah libur, tapi tenang saja, ada kompensasi yang akan kamu terima,” ujar wanita itu lagi.

“Iya, saya terima syaratnya,” balas Emma dengan cepat agar kepala pelayan itu tidak berubah pikiran.

Pelayan itu mengangguk-angguk, lalu mengajak Emma pergi menemui majikan mereka.

Emma diajak masuk ke rumah mewah itu, setelah tadi menjalani interview di taman samping. 

Dia memandang seluruh bangungan yang dilewatinya, semua terlihat megah dan begitu mewah.

Hingga sampailah mereka di ruang keluarga. Emma berjalan di belakang pelayan paruh baya, sehingga tak melihat siapa yang sekarang duduk di sofa ruangan itu.

“Tuan, saya mendapatkan pengasuh untuk Nona Ellen,” ucap pelayan itu.

“Hm.”

Emma mendengar suara deheman berat dan dalam. Dia mencoba mengintip dari balik punggung pelayan di depannya.

Namun, pelayan di depannya sudah lebih dulu menyingkir dari hadapannya sampai membuat Emma tersentak.

Belum pulih dari keterkejutannya, Emma kembali dibuat terpaku saat melihat siapa yang sekarang duduk di sofa sedang menatap ke arahnya.

‘Di-dia …!’

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Intimidasi Dari Naomi

    Di sekolah Ellen. Emma duduk bersama pengasuh lain di tempat khusus penunggu.Emma sibuk dengan ponselnya, sedang berbalas pesan dengan Ivan.[Syukurlah kalau Kakak sudah mendapat pekerjaan. Kak Noah benar-benar tidak bohong soal membantu Kakak.]Emma senang Ivan membalas pesannya, tapi juga kembali kesal membaca nama Noah.Namun, Emma tak berani menjelaskan soal perbuatan Noah. Dia tidak mau Ivan mencemaskan dirinya.[Iya, kakak pasti akan bekerja lebih keras agar bisa memberimu kaki palsu, agar kamu bisa jalan seperti anak lainnya lagi.]Bola mata Emma berkaca-kaca setelah mengirim pesan balasan untuk Ivan. Harusnya sang adik bisa sekolah dan bermain bola, menjadi pemain bola handal seperti cita-citanya. Tapi semuanya hancur karena kecelakaan dua tahun lalu yang membuat kaki Ivan harus diamputasi karena kerusakan pada tulang dan ototnya.[Yang penting Kakak kerja, dan jaga diri baik-baik di sana. Aku juga akan jaga diri baik-baik di sini, jangan mencemaskanku.]Emma tersenyum, lalu

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Mencari Bukti

    Pagi itu, Ethan mengantar Emma dan Ellen ke sekolah. Begitu tiba, Emma segera turun, lalu membuka pintu belakang untuk mengajak Ellen.Saat Emma mengambil tas dari kursi, Ethan melihat luka di siku Emma.“Kenapa sikumu?” tanya Ethan dengan nada datar.Emma langsung melirik sikunya, dia juga melihat Ellen yang menunduk. Sepertinya ia takut dimarahi ayahnya.“Ini tadi tidak sengaja terbentur tembok waktu saya sedang memandikan Non Ellen, Tuan.” Emma menutupi kesalahan Ellen.Ethan menatap datar ke putrinya, lalu dia tak berkata-kata lagi.Emma segera menutup pintu mobil, lalu menggandeng tangan Ellen saat mobil Ethan mulai melaju meninggalkan area sekolah.Begitu mobil Ethan hilang dari pandangan, Ellen langsung menarik tangannya dari genggaman Emma.“Aku nggak mau digandeng,” ucap Ellen lalu berlari masuk ke gedung sekolah.Emma terkejut dengan sikap Ellen. Dia menghela napas kasar, lalu segera menyusul Ellen untuk mengantar tas gadis kecil itu.**Ethan sudah sampai di perusahaan. Di

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Suruh Memecat

    “Ma-maaf, Tuan, saya—” “Dia tidak sopan masuk kamar Papa sembarangan. Pecat saja dia!” Ellen tiba-tiba muncul dari kamar ganti dan langsung menginterupsi.Emma dan Ethan menoleh bersamaan. Ellen berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dada, bahkan bibirnya sekarang mengerucut panjang.“Dia baru pertama kali bekerja, kenapa harus dipecat?”Emma langsung menoleh pada Ethan saat mendengar ucapan pria itu.Ellen semakin kesal, bahkan kedua pipinya sampai menggembung besar.“Aku tidak suka. Aku tidak mau pengasuh, aku maunya Mama!” jawab Ellen menunjukkan rasa tak sukanya.Ekspresi wajah Ethan berubah. Dia paham maksud ucapan Ellen. Mantan istrinya itu masih terus mendoktrin Ellen untuk membujuk Ethan agar mau rujuk.“Hanya pengasuh yang akan menjaga Ellen, Mama tidak akan pernah menjaga Ellen lagi,” ucap Ethan dengan nada tegas.Ethan menoleh Emma yang hanya diam, lalu dia kembali menatap pada Ellen.“Keluarlah, ada yang perlu Papa bicarakan dengan Kakak Emma,” perintah Ethan.Ell

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Pria Semalam

    Emma benar-benar terkejut melihat pria yang akan menjadi majikannya, ternyata adalah pria yang semalam tak sengaja tidur dengannya!Gadis itu meremas erat tali tas yang menyilang di depan dada. Haruskah dia mundur? Tapi, bagaimana dengan kaki palsu yang dia janjikan untuk adiknya?‘Apa dia mengingat wajahku? Bagaimana kalau aku dituntut karena sudah masuk kamarnya semalam?’ batin Emma menjerit panik.Ethan berdiri saat melihat Emma hanya mematung. Pria bertubuh tegap tinggi dengan rahang tegas dan bola mata berwarna cokelat begitu tajam itu kini berjalan ke arahnya.“Perkenalkan dirimu pada Tuan Ethan,” bisik kepala pelayan.Emma tersadar dari kepanikannya, lalu menelan ludah kasar. Ia menatap Ethan sejenak lalu menurunkan pandangannya.“Selamat pagi, Tuan. Perkenalkan, saya Emma. Mulai hari ini saya akan bekerja sebagai baby sitter,” ucapnya, tak berani menatap pada Ethan yang kini berdiri di hadapannya.Ethan mengamati Emma yang terus menunduk. Dia menatap cukup lama wanita itu la

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Melamar Jadi Pengasuh

    Emma berjalan tanpa arah, bingung harus ke mana. Ia tidak punya saudara di kota itu. Noah satu-satunya harapan untuknya, tapi pria itu menghilang dan tak bisa dihubungi lagi.“Bagaimana ini?”Emma terduduk di kursi yang ada di trotoar, memandangi mobil yang berlalu-lalang di jalanan. Ia tidak memegang uang sepeser pun, bagaimana caranya bertahan hidup atau pulang ke kampung halamannya?“Noah, kenapa kamu meninggalkanku seperti ini?” Emma meratap, tidak tahu kenapa kekasihnya itu meninggalkannya begitu saja.Apalagi, semua uang yang dibawanya dari kampung, semalam diambil Noah untuk menyewa kontrakan di kota itu. Tapi nyatanya Emma malah ditipu.Emma sudah tak punya apa-apa lagi, sampai dia teringat pada satu-satunya perhiasan yang dia miliki. Dia menyentuh antingnya dan berniat ingin menjualnya agar bisa pulang lebih dulu. Tapi alangkah terkejutnya dia saat menyadari kalau antingnya hilang sebelah.“Ke mana yang sebelah?” Emma mencari di sekitar, tapi tidak menemukannya.Emma menge

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Malam Yang Tak Diharapkan

    “Ah … lepas.” Emma mendorong sekuat tenaga untuk menyingkirkan pria yang sekarang sedang menindihnya.Namun, usahanya sia-sia. Tubuh kecilnya tak mampu menahan dorongan pria yang kini sedang mengukung tubuhnya.Tadinya, Emma masuk ke kamar itu untuk mencari kekasihnya, tapi tiba-tiba pria ini menariknya dengan kasar lalu melemparnya ke ranjang.“Katakan, siapa yang menyuruhmu, huh?” Sorot mata pria itu begitu tajam, tatapannya seolah siap menerkam Emma yang ada di bawah tubuhnya.“Tuan, lepaskan!” Emma mencoba melepaskan diri, tapi tubuhnya juga sangat tidak nyaman sekarang.“Aku tidak akan mengulang pertanyaanku,” kata pria itu, tampak menahan sesuatu yang membuatnya sampai mencengkram sprei dengan kuat.Emma menggeleng tidak paham.“Panas,” rintih Emma sambil membuka cepat kancing baju yang dipakainya. Mendadak ia merasa gerah, seolah ada sesuatu yang membara dalam tubuhnya. Sesuatu yang terus mendesak untuk segera dituntaskan.“Kau yang memulai ini,” bisik pria itu, suaranya hamp

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status