Share

5. Kencan yang Membosankan

     “Sudah dua hari aku di sini, aku belum mendapatkan berita apapun juga! Huh, rasanya be-te!“

     Sherly menghela napasnya. Ia memeriksa handphonenya. 

     “Wow ada banyak panggilan tak terjawab dan pesan!“ 

     Bella menelepon dan menulis pesan bagaimana situasi sampai saat ini. Robert, Sandi, Bram, dan lain-lainnya menelepon dan mengajaknya kencan.

     Sherly meringis tidak tertarik berkencan dengan salah satu pria yang mengidamkannya.

     Satu-satunya orang yang menarik perhatiannya adalah Beni. Senyum Sherly mengembang lebar. 

     Beni adalah salah satu playboy yang terkenal suka mempermainkan hati wanita. Ia sudah beberapa kali mengajak Sherly keluar tapi Sherly selalu menolaknya. Tapi kali ini, rasanya ia ingin keluar bersama Beni. 

     Ia menghubungi Beni dan mengajaknya berkencan.

     Beni sangat antusias mendengar ajakan kencan dari Sherly. Ia seperti mendapat lotere di siang bolong!  

     Sherly dapat mendengar dari suaranya yang terlalu kencang dan memekik di telinganya!

     Sebenarnya, Sherly lebih suka kalau Beni menolak ajakan kencannya, kalau hal itu ia lakukan pasti Sherly akan lebih bersemangat saat ini. Pasti sangat romantis berkencan dengan playboy yang diimpikan banyak wanita! 

     Meskipun agak kecewa tapi dia tetap bersiap-siap. Berdandan dan mengenakan pakaian yang seksi tapi tetap bergaya anak muda.

     Dia tidak suka terlalu formal. Dia suka dengan gayanya, katanya sambil memastikan lewat kaca cermin. 

     Sherly lalu turun ke bawah dan mendengar denting piano yang dimainkan berulang-ulang.

     Ia mengendap-endap pelan mendekati asal suara. 

     Damian sedang berkonsentrasi menciptakan melodi untuk lagu barunya. Ia sibuk menekan tuts piano dan menulisnya di sebuah kertas not balok. Ketukan hak sepatu mengganggu konsentrasinya. Ia berbalik dan mendapati Sherly tampil lebih mempesona dari biasanya. 

     Ia sangat cantik!

     Damian tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Sherly.

     “Apakah aku cantik?“ tanyanya polos sambil berputar-putar. 

     “Apa kau mau pergi keluar?“ tanya Damian sambil mengalihkan perhatiannya kembali kepada pianonya.

     “Yah, aku ada kencan. Kau tidak keberatan ‘kan!?“     

     “Tidak. Pergilah.“

     Damian mencoba tidak menghiraukan Sherly dan tampak asyik mengotak-atik nada pada pianonya.

     “Bolehkah aku mendengarmu bermain piano sambil menunggu kedatangan Beni?“

     Sherly mendekati Damian dan duduk disebelah Damian. 

     Damian hanya memandang Sherly sekilas lalu mulai memainkan sebuah lagu yang terlintas begitu saja dibenaknya. 

     Sherly begitu terhanyut dengan melodi indah yang dimainkan Damian. 

     Ia suka melihat jari-jari Damian menari-nari dengan lembut tapi mantap. Melalui jari itu, sanggup membuat melodi yang begitu indah!

     Ia mendesah merasa kagum akan keahlian yang dimiliki Damian. 

     Jantung Sherly berdebar aneh dan ia sama sekali tidak menyukai perasaan aneh yang sedang mengusiknya. Tapi semakin ia ingin menghindar, semakin ia tertarik mendengarkan melodi yang dimainkan Damian. Ia memejamkan matanya sejenak untuk merekam melody yang Damian mainkan. 

     Damian memainkan pianonya sambil memejamkan mata, ia berusaha keras untuk berkonsentrasi dan penuh penghayatan.

     Wangi parfum yang dipakai Sherly seolah menariknya mendekat. 

     Tanpa sadar Sherly merasa jari-jarinya juga ingin mengisi nada-nada kosong yang diperdengarkan Damian. Dan dia melakukannya begitu saja. 

     Dia memang bisa bermain piano tapi baru sekarang ia sadar, dia sangat menyukai saat melihat jari-jarinya seakan menari dengan indah bersama jari-jari Damian diatas tuts piano.

     Damian tidak menyangka Sherly memiliki intuisi yang sangat baik dalam mengimbangi setiap nada yang ia mainkan. 

     Mereka tersenyum bersama dan terus mengisi kekosongan nada satu sama lain. Mereka menjadi bersemangat dan saling menatap tanpa mengatakan apapun juga.

     Ting tong!

     Bel pintu berbunyi membuyarkan rasa ketertarikan diantara mereka. 

     “Kurasa, teman kencanmu sudah datang!“

     “Yah! Aku pergi dulu yah. Jangan tunggu aku, oke!“ kata Sherly sambil tersipu-sipu meninggalkan Damian. 

    “Aku tidak akan menunggumu!“ sahut Damian dengan ketus. Aneh rasanya! Kenapa ia merasa terganggu melihat Sherly pergi dengan laki-laki lain? Jelas-jelas Sherly bukan siapa-siapanya! Dia hanya pengasuh Aldo, demi Tuhan! Dengan siapa Sherly pergi, itu bukanlah urusannya.

     Damian ingin mengacuhkan Sherly tapi ia melirik juga kearah pintu dan terkejut melihat pria yang akan berkencan dengan Sherly.

     Damian tahu pria itu! Pria itu jelas-jelas playboy yang merasa dirinya Casanova dan begitu senang bergonta-ganti wanita! Tapi Damian terlambat untuk mencegah Sherly pergi.

     Damian buru-buru mengganti pakaiannya dan berpesan kepada Sam untuk menjaga Aldo dikamarnya. 

     Ia harus memperingatkan Sherly. Pria itu, bukanlah pria baik-baik!

     Beni memperlakukan Sherly dengan sangat sopan.

     Entah kenapa, Sherly merasa Beni sangat membosankan tapi ia menahan diri dan mengikuti permainan Beni. 

    Beni memesan steak sedangkan Sherly memesan salad tanpa tambahan saus. Beni memesan sebotol anggur yang paling mahal untuk membuatnya terkesan. Tapi sayangnya, dia tidak terkesan dan mulai benar-benar bosan dengan rayuan-rayuan Beni yang menurutnya sangat menjemukan.

     Apa yang dilihat para wanita dari Beni?! Apa mereka buta dan tuli? Bagaimana mereka bisa tahan dengan semua bualan Beni! erang Sherly dalam hati.

     Sherly benar-benar tidak tahan lagi.

“Aku harus ke kamar mandi, " katanya dengan cepat.

     Dengan cepat pula ia berlari keluar restoran dan memanggil taksi saat Beni tidak melihatnya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status