“Halo ganteng, apa jadwalmu hari ini?“ Sherly menunduk ke arah Aldo.
“Namanya Aldo, oke!“ koreksi Damian kepada Sherly.
“Aku lebih suka dipanggil ganteng!“ bela Aldo.
“Lihat?“ timpal Sherly sambil melirik Damian.
Damian tidak menanggapi Sherly dan menjabarkan kegiatan yang harus dilakukan Aldo secara panjang lebar.
“Wow, untuk anak sekecilmu, jadwalmu padat juga yah! Ayo kita pergi main!“ kata Sherly mengajak Aldo pergi.
“Kau mau mengajaknya ke mana?“ tanya Damian dengan cepat. Pikirannya mendadak kreatif dan menyangka Sherly akan menculik Aldo! Tapi alasan itu lebih masuk akal, dibanding mengira Sherly adalah seorang wartawan yang sedang mencari berita.
“Jalan-jalan! Apa kau ingin ikut?“ tanya Sherly dengan heran.
“Ke mana? Kau tidak tahu komplek ini! Aku tidak akan mengijinkanmu membawanya.“
“Oke, kalau begitu ikutlah dengan kami dan tunjukkan jalannya,“ ucap Sherly sambil mengenakan kacamata hitamnya dan melangkah kearah mobilnya.
Damian segera mengejar Sherly dan Aldo dan ikut bersama mereka.
Namun Sherly tidak mengijinkan Damian membawa mobilnya. Dia menawarkan diri secara sukarela untuk menjadi supir hari ini. Akhirnya Damian pun duduk di kursi penumpang berdua dengan Aldo.
Karena Sherly melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Damian cepat-cepat memasang sabuk pengamannya.
Sherly berteriak-teriak lepas sambil mengajak Aldo bersenang-senang dengan udara bebas yang menerpa wajah mereka.
“Sherly, aku tidak mau kau membawa Aldo dengan kecepatan seperti tadi lagi!“ kata Damian setelah mereka sampai ke salah satu mall.
“Tapi aku suka sekali, Paman! Seru!“ bela Aldo.
“Tuh, kan!“
“Sherly!“ seru Damian tidak mau dibantah.
“Baik! Baik! Ayo kita masuk, ganteng!“ Sherly merenggut lalu menggandeng tangan Aldo masuk kedalam mall.
Sherly mengajak Aldo bermain di area permainan dan membeli tiket permainan tanpa meminta uang kepada Damian. Dia juga mengajak Aldo untuk membeli es krim. Mereka berdua tampak kompak dan saling menyukai satu sama lain. Hal ini membuat Damian ikut tertawa melihat keceriaan mereka. Rasanya ia harus mencoret imajinasinya tentang status Sherly sebagai penculik keponakannya.
Tiba-tiba seorang pria tampan mendekati Sherly sambil memeluk Sherly dengan akrab.
Mata Damian menyipit.
Dia mengecup pipi Sherly dan Sherly membiarkannya dengan senang hati. Pria itu membisikkan sesuatu ke telinga Sherly dan Sherly tertawa kecil.
Damian memutuskan untuk mengajak Aldo menjauh dari Sherly dan tampaknya Sherly tidak keberatan dan menyambut baik niat Damian.Damian merasa sedikit menyesal dengan keputusannya.
Seharusnya Sherly tidak melalaikan tugasnya!
Damian melangkah dengan hati kesal.
“Apakah mereka berpacaran, Paman?“ tanya Aldo sambil menatap Sherly dari kejauhan.
Mau tidak mau Damian memandang Sherly dan teman prianya itu.
“Mungkin saja, aku tidak tahu!“ jawab Damian dengan ketus.
“Dia gadis yang sangat cantik, Paman.“
Damian melirik tidak mengerti ke arah Aldo.
“Kalau saja aku 15 tahun lebih tua sekarang, pasti aku akan mengejarnya,“ kata Aldo bersungguh-sungguh sambil menunjukkan perasaannya.
“Untung saja, kau masih kecil!“
Damian tergelak sambil menutupi wajah Aldo yang memerah.
“Kudengar bosmu menawarkan posisi yang kau idamkan selama ini! Selamat yah!" pancing Brian genit sambil menggenggam tangan Sherly lalu mengecupnya.Sherly menarik tangannya karena Damian masih terus menatap mereka dari kejauhan.
Brian melihat arah pandangan Sherly.
“Jangan bilang kau menyukainya?!“ terka Brian.
“Sayangnya belum.“
“Benar!?“
“Kurasa, kau harus pergi.“
“Tidak mau.“ Brian menolak dengan nada genit.
“Jadi apa maumu?! Saat ini, Damian sedang melihat ke arah kita!“ Sherly mulai kesal dengan kehadiran Brian.
“Apa itu jadi masalah?“ tanya Brian merasa lucu dengan ucapan Sherly.
“Ini saatnya aku bekerja. Jika aku diusir dari rumah Damian gara-gara hal ini, perjuanganku sampai saat ini sia-sia saja, kau tahu!“ Sherly berbisik di telinga Brian.
“Jangan bilang ini ada hubungannya dengan uang?“
“Apa kau gila! Kau tahu, aku tidak butuh uang!“
“Jadi ini murni komitmen pekerjaanmu? Apakah aku bisa mempercayaimu?“
“Apa perlu aku menjawabmu?"
“Mungkin.“
“Kurasa tidak!“
“Baiklah kalau begitu, kabari aku yah.“
Brian mengecup bibir Sherly dengan gemas. Namun Sherly mendorong Brian sambil tergelak.
“Kau gila!“ ucap Sherly sambil meninggalkan Brian.
Sherly langsung bergabung dengan Aldo dan Damian tanpa merasa bersalah dan berhutang penjelasan kepada Damian. Sementara Damian tidak berkomentar apapun ketika Sherly mendekati mereka.
“Apakah dia pacarmu?“ tanya Aldo ketika masuk ke dalam mobil.
“Apa dia terlihat seperti pacarku?“ goda Sherly sambil melirik Damian.
Damian sengaja mengalihkan pandangan ingin tahunya.
“Dia tampak akrab dan tidak segan-segan menciummu, di bibir.“
Sherly tertawa sambil merapikan rambutnya yang beterbangan saat melewati kipas angin berukuran super besar diruang pameran mal.
“Bukan.“
Sherly menggeleng pasti.
“Apa kau yakin?“
“Aldo!“ sela Damian.
“Dia sepupuku, Damian!“
Kali ini Damian langsung menatap Sherly.
“Benar?“
“Yah!“
“Tapi dia menciummu, di bibir! Kenapa?“ tanya Aldo lagi, penasaran.
“Kurasa dia bermaksud menggoda Paman Damian-mu ini, Aldo.“
“Hah?“ seru Damian spontan. Kali ini Damian keceplosan.
“Dia mengira aku sedang mengejarmu, " kata Sherly polos.
Sherly melihat wajah Damian memerah sesaat.“Lalu kukatakan aku tidak memiliki perasaan seperti itu padamu.“
“Sungguh? Belum pernah ada gadis yang menolak untuk tertarik dan jatuh cinta pada Pamanku ini.“
“Sayangnya yah!“ kata Sherly sambil mengajak Aldo menaiki pesawat ulang alik. Sesampainya mereka di rumah, Damian memberikan Sherly sejumlah uang untuk menggantikan uang Sherly yang terpakai.Sherly menolak uang Damian sambil tersenyum.
“Anggap saja, kali ini aku yang traktir!“
“Tapi…“
“Lain kali traktir aku yah?!“ goda Sherly sambil mengerling.
Damian tersenyum.“Pasti!“
Ternyata mengurus Aldo tidak sesulit yang Sherly bayangkan.
Ia malah merasa senang karena Aldo lebih menyenangkan dari yang selama ini Sherly bayangkan.
Dengan adanya Aldo, ia tidak kesepian lagi. Ia menyayangi Aldo dengan tulus. Sherly tersenyum sambil mengecup pipi Aldo yang sudah tertidur pulas.
“Selamat tidur, ganteng! Tidur yang nyenyak yah.“
Damian melihat Sherly hampir menangis ketika memandangi Aldo. Meskipun masih tersimpan keraguan tentang Sherly tapi ia bisa melihat, Sherly tulus menyayangi Aldo.
Sherly kaget saat menemukan Damian berdiri di depan pintu kamar Aldo. Cepat-cepat, ia menghapus air matanya.
“Kau menangis? Ada apa?!“ tanya Damian seraya menghampiri Sherly.
“Bolehkah, kupinjam bahumu?“
Sherly mendekat dan memeluk Damian sambil terisak tanpa menunggu jawaban Damian.
Damian memeluk Sherly tanpa banyak bertanya sambil menenangkannya.
Sherly menghela napasnya sambil tertawa. Ia merasa konyol karena telah menangis dibahu Damian.
“Apa kau mau membicarakannya? Apakah kau terlalu lelah mengurus Aldo?!“
Sherly menggeleng.
“Aku tidak pernah tahu indahnya punya saudara kandung. Aku baru sadar, aku kesepian dan di sini aku bahagia. Jangan pernah pisahkan aku dari Aldo yah!“
Sherly mempererat pelukannya.
Damian tersenyum lega mendengar penjelasan Sherly.
“Kau belum makan malam,“ ucap Damian mengingatkan Sherly.
“Aku seorang wanita, ingat!“
“Apa hubungannya wanita dengan makan malam?“
“Diet!“ Sherly langsung pergi meninggalkan Damian tanpa mengucapkan selamat malam dan menutup pintu kamarnya.
Rasanya, Damian tidak mau melepaskan Sherly dari pelukannya. Ia merasa tubuh Sherly begitu pas melekat di pelukannya.
“Sudah dua hari aku di sini, aku belum mendapatkan berita apapun juga! Huh, rasanya be-te!“ Sherly menghela napasnya. Ia memeriksa handphonenya. “Wow ada banyak panggilan tak terjawab dan pesan!“ Bella menelepon dan menulis pesan bagaimana situasi sampai saat ini. Robert, Sandi, Bram, dan lain-lainnya menelepon dan mengajaknya kencan. Sherly meringis tidak tertarik berkencan dengan salah satu pria yang mengidamkannya. Satu-satunya orang yang menarik perhatiannya adalah Beni. Senyum Sherly mengembang lebar. Beni adalah salah satu playboy yang terkenal suka mempermainkan hati wanita. Ia sudah beberapa kali mengajak Sherly keluar tapi Sherly selalu menolaknya. Tapi kali ini, rasanya ia ingin keluar bersama Beni. Ia menghubungi Beni dan mengajaknya berkencan. Beni sangat antusias mendengar ajakan kencan dari Sherly. Ia seperti mendapat lotere di siang bolong! Sherly dapat mendengar dari suaranya yang terlalu kencang dan memekik di
Sherly benar-benar merasa menyesal karena mengira Beni bisa membuat malamnya berkesan! Setelah menimbang-nimbang akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi Bella. Dan Bella sedang berpesta! Tanpanya! Bisakah kalian bayangkan!? Sherly sangat marah kepada Bella karena tidak memberinya kabar. Tapi Bella membela diri sudah mengirimkan pesan yang tidak pernah dibalas Sherly. Akhirnya Sherly memutuskan untuk memaafkan Bella dan ikut bersenang-senang bersamanya! Ini adalah salah satu pesta terheboh sepanjang hidupnya! Sherly merasa sangat gembira sambil menari bersama Bella dan teman-teman prianya. Semetara itu, Damian tidak berhasil menyusul Sherly dan sekarang ia sedang menghawatirkan Sherly karena teman kencannya Sherly kembali mencari ke rumahnya, tanpa membawa Sherly pulang bersamanya! Bagaimana hal itu mungkin!? Damian benar-benar tidak percaya! Sudah hampir jam 3 pagi, Sherly belum pulang juga. Seharusnya Damian tidak mencampuri
Damian tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Sherly. Sherly tampak sangat bersungguh-sungguh. “Bisakah aku memikirkannya sambil duduk?“ Sherly baru sadar dengan posisinya dan langsung menjauh dari Damian. “Maaf!“ “Satu kesempatan.“ Sherly bersorak senang. “Aku harus pergi siang ini dan aku mau kau, menemani Aldo dengan baik.“ “Kau mau ke mana?“ tanyanya cepat. Damian merasa tidak perlu memberitahu Sherly tapi entah kenapa ia memberitahunya. “Aku harus pergi menemui seseorang.“ “Siapa? Pacarmu?!“ “Apa aku harus memberitahumu?“ sindir Damian. “Yah!“ ucap Sherly dengan yakin. Damian tidak bisa membantah Sherly. “Apa kau juga akan memberitahuku tentang lelaki yang menjemputmu dan yang juga mengantarmu tadi malam kalau aku bertanya?“ balas Damian. “Kalau kau ingin tahu, yah aku akan memberitahukannya.“ Sherly merasa tidak keberatan sama sekali. Damian bingung tapi membiarkan ras
Ternyata Sherly dan Darel makan malam di tempat yang sama dengan Damian! Sherly melambaikan tangannya sekilas menyapa Damian dan juga teman kencannya. Dari tempat duduknya, ia dapat melihat dengan jelas bagaimana Sherly dan Darel saling menggoda dan melupakan kehadirannya yang berada di satu ruangan yang sama dengannya. Tiba-tiba Damian merasa tidak suka melihat kedekatan Sherly dengan Darel. “Kau tidak apa-apa?“ kata Serena. Damian hanya terdiam dan tidak menanggapi sindiran Serena. “Atau kau mau, kita menghampiri mereka!“ Serena benar-benar terganggu dengan sikap Damian. Dia selalu melirik meja tempat di mana pengasuhnya sedang berkencan saat ini! “Oh, maaf itu tidak perlu. Sebaiknya kita memesan makanan sekarang.“ Di balik menunya Damian masih mencuri pandang ke arah meja Sherly. Serena merasa kesal karena Damian tidak pernah memperhatikannya. Perhatiannya hanya tertuju pada pengasuh Aldo! Tapi ia berusaha menahan di
Besok paginya, Sherly tidak mengatakan apa-apa. Ia sarapan tanpa memandang Damian, kemudian pergi mengantar Aldo dengan mobilnya. Sementara itu, Damian menghabiskan waktunya untuk mengarang lagu di studionya. Sherly juga berusaha tidak memperdulikannya dan selalu menghabiskan waktunya bersama dengan Aldo. Setelah Aldo tidur, Sherly masuk ke dalam kamarnya tanpa menegur Damian. Menjelang makan malam, Sherly menemani Aldo untuk makan di meja makan, Damian ada di sana tapi Sherly tetap mendiamkannya dan tidak mau bicara dengan Damian. Damian menunggu Aldo masuk ke kamarnya untuk berbicara kepada Sherly, tapi rupanya Sherly tidak memberi kesempatan kepadanya untuk menjelaskan dan minta maaf. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa mengucapkan selamat malam. Damian benar-benar merasa tersiksa! Entah, ada apa dengannya!? Kenapa ia melakukan hal seperti itu!? Damian tetap tidak tahu jawabnya. Damian ingin melindungi Sherly dan ia tidak suka ketika Sh
Saat Sherly turun ke bawah, dia terkejut melihat pemandangan di depannya, kemarahannya kembali muncul. Damian pulang ditemani seorang wanita. Dan dia, bukanlah seorang wanita yang jelek menurut Sherly! Mereka berciuman dan jelas-jelas mereka tampak menikmati ciuman mereka! Sherly mengerang dalam hati sambil menahan diri. Ia tidak tahu kenapa ia sangat terganggu melihat pemandangan itu. Mungkin karena saat ini ia menginginkan Damian untuknya sendiri. Lagi-lagi Sherly mengerang kesal. Sherly berbalik masuk ke kamarnya. Sherly muak melihat Damian! Terlebih lagi, ia muak dengan dirinya sendiri, kenapa ia bisa sampai menginginkan Damian! Konyol! Sherly memukul-mukul bantalnya dengan kesal. Ia berusaha menutup wajahnya dengan bantal hingga ia merasa sesak dan tidak bisa bernapas. Ia tidak akan memaafkan Damian! Ia bertekad akan membalas Damian, lebih dari yang dia rasakan, saat ini! Sherly menenangkan dirinya, mengambil kendali ata
Sherly tidak menghubungi Darel. Ia sudah tidak tertarik lagi dengan Darel. Ia menghubungi pria lain yang lebih ganteng dari Darel untuk berkencan dengannya malam ini. Dan pria yang dipilihnya adalah Rafael Alexander Mexsi. Ia adalah seorang pengusaha muda, ganteng yang sukses dan mapan. Sherly ingat, Rafael pernah menjanjikan sensasi yang berbeda jika Sherly mau memberinya kesempatan untuk berkencan dengannya. Suatu janji yang mengiurkan untuk membalas Damian.Sherly tersenyum dalam hati. Rafael tidak menyangka, Sherly akan menghubunginya dan mengajaknya berkencan. Ia ragu sesaat sebelum mengambil keputusan. Sherly merasa tersinggung mendengar keraguan Rafael. “Kau sungguh-sungguh mau berkencan denganku
Sherly baru menyadari malam ini, Rafael terlihat sangat ganteng! Saat ini ia mengenakan jas formal sangat terlihat gagah dan Sherly tahu itu adalah jas khusus untuk acara pertunangannya malam ini. “Kau sangat gagah dan tampan!“ kata Sherly dengan jujur sambil membelai setelan jas Rafael. “Aku senang kau sudah menyadarinya. Terlalu banyak pria lain yang jauh lebih tampan dan kaya dariku sehingga kau melewatkan aku.“ “Tapi malam ini, aku ada bersamamu iya, ‘kan!?“ Rafael mengecup jemari Sherly sambil menatap Sherly lebih dalam. “Kau sangat cantik, bidadariku.“ Sherly menyukai Rafael dan juga menyukai sentuhannya. Setelah makan malam, Rafael mengajak Sherly untuk menyus