Serangkaian tes telah selesai dilakukan oleh para pelamar dan hanya tiga yang lolos dan bisa langsung bekerja dirumah besar itu.
Tiga orang itu sudah berdiri didepan sang nyonya dengan hormat dan menundukkan kepala."Selamat untuk kalian telah berhasil lolos dan diterima sebagai pengasuh tuan muda." ucap Rey menatap mereka bertiga."Dan kalian juga bisa langsung bekerja disini dan tinggal disini, kalian tidak diperkenankan untuk pulang kami yang akan menyiapkan semuanya dan memberitahukan kepada keluarga kalian dan memberikan kompensasi untuk hal ini." sambungnya lagi memberi tahu.Karena ketiga pelayan itu tidak boleh untuk pulang walau hanya sekedar mengambil baju begitulah peraturan yang dibuat oleh nyonya Sinta.Dan ketiga pelayan itu adalah Hafsa, Melati dan Nina. Melati berasal dari kampung merantau ke kota untuk memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya usianya sama seperti Hafsa.Sedangkan Nina berasal dari keluarga menengah dia mengikuti pekerjaan ini karena mengenal keluarga Rahardian yang terkenal akan kekayaannya itu dan dia mempunyai maksud lain yang hanya dia yang tau."Kalian berdua akan diberi tugas masing-masing, satu untuk mengurus semua keperluan dan kebutuhan tuan muda, satu untuk menjadi koki tuan muda dan satu lagi untuk keperluan tuan muda diluar kepribadiannya dan kami sudah memilih diantara kalian yang cocok untuk itu semua.Kalian mengerti." ucap Rey panjang lebar dan mereka semua mengangguk."Apa kalian sudah paham? apa ada yang ingin ditanyakan?" tanya Rey pada mereka tapi mereka diam saja tapi Nina setelah itu mengangkat tangannya."Iya, apa yang ingin kau tanyakan?"."Dimana tuan muda, kenapa dari tadi tidak terlihat." pertanyaan Nina membuat Nyonya Sinta dan Rey saling melirik kemudian dengan santai menjawab pertanyaan Nina."Tuan muda sedang beristirahat dia hanya akan melihat jika semuanya sudah selesai." lalu melirik Nina."Ada yang ingin ditanyakan lagi." tanya Rey lagi."Tidak ada tuan." jawab Nina."Bu rum." panggil Rey."Saya tuan muda.!" Bi rum maju dengan menundukkan kepala hormat."Ini bi Rum kepala pelayan disini, dia akan mengantar kalian untuk beristirahat dulu setelah itu kalian akan mendapatkan tugas dan arahan darinya. Silahkan bi antar mereka."ucap Rey lagi."Baik tuan. Ayo ikuti saya!" kata Bi Rum kemudian mereka bertiga mengikuti bi Rum kebelakang.Setelah sampai digedung belakang tempat semua pelayan tinggal, Hafsa selama perjalanan ke gedung itu dia tak henti-hentinya memandang sekeliling sungguh dia sangat takjub dan terpesona dengan arsitektur bangunan itu."Ini kamar kalian silahkan menempati kamar masing-masing didalamnya sudah tersedia fasilitas yang diperlukan untuk kalian, jika ada kekurangan atau tidak ada barang yang dibutuhkan maka beritahu saya." ucap bi Rum datar dan tenang."Baik, terima kasih bi Rum." ucap mereka bertiga serentak."Kalau begitu saya permisi."Setelah Kepala pelayan itu pergi, Hafsa memberanikan diri untuk berkenalan dengan yang lain."Hai, kenalkan namaku Hafsa, siapa namamu?" tanya Hafsa pada melati dan Nina dengan tersenyum manis."Hai juga namaku Melati. Senang berkenalan denganmu." balas Melati dengan tersenyum juga.Tapi saat ingin berkenalan dengan Nina, Nina malah langsung melengos pergi tanpa sapa dan senyuman seperti malas untuk berkenalan, keduanya hanya menggedikkan bahu."Dia kenapa yah? sombong sekali." tanya Melati."Tidak tau." jawab Hafsa."Ya sudah mendingan kita istirahat saja dulu." sambungnya lagi."Iya, selamat siang Hafsa.""Selamat siang juga Melati."Keduanya berpisah masuk kamar masing-masing. Hafsa masuk kekamarnya yang bersebelahan dengan Melati dia memandangi kamar itu, kamar yang bagus untuk ukuran pelayan bahkan kamarnya saja bisa dibilang jelek dan kecil.Dia sangat bersyukur bisa langsung diterima bekerja dirumah mewah ini dan tinggal didalamnya apalagi dia tidak perlu memberitahukan kepada orang rumah lagi karena semuanya sudah disiapkan oleh pengurus rumah ini.Yang jadi pertanyaan nya siapa tuan muda ini? kenapa tidak diperlihatkan, ah yasudah tidak usah dipikirkan nanti juga akan tau.Hafsa segera merebahkan badannya di kasur yang ternyata empuk dan nyaman dan matanya terpejam lama-lama dia malah ketiduran.*****Sore hari Hafsa membuka matanya telinganya dapat mendengar bahwa seseorang memanggilnya dibalik pintu dengan keadaan yang masih mengantuk dia berjalan lalu membuka pintu."Hai, enak tidurnya! kita dipanggil suruh kumpul" ucap Melati sudah segar dan berganti pakaian.Hafsa mengucek matanya melihat Melati sudah siap."Kau mau kemana Mel?""Hah, aku mau kemana! hey buka telingamu aku bilang kita disuruh kumpul dengan cepat, sekarang kita disuruh kesana karena tuan muda akan memilih sendiri siapa yang akan mengasuhnya." ucap Melati kesal tapi gemas pada Hafsa."Oh...!" Hafsa hanya ber oh ria.Lagi-lagi Melati kesal karena reflek teman barunya ini sangat biasa dia berfikir apa dia tidak penasaran dengan si tuan muda ."Hey, kenapa hanya oh saja? cepat ganti bajumu kalau tidak kau akan langsung dipecat sekarang juga." ucap Melati lagi sedikit berteriak."Apa...? dipecat baiklah aku akan bersiap sekarang juga." Hafsa terkejut saat mendengar kata pecat masa belum juga bekerja sudah dipecat.Dia langsung bergegas dengan terburu-buru ini salahnya kenapa dia jadi tertidur nyenyak melupakan pekerjaan yang baru diterimanya sungguh payah, untung saja Melati membangunkannya.Melati menunggu didepan kamar Hafsa dengan menggelengkan kepala lalu lewatlah Nina disampingnya dengan mencebikkan bibirnya."Berteman dengan orang lelet maka dia akan ikut lelet." katanya sambil tersenyum sinis dan melangkah pergi.Melati tidak menjawab dia hanya mendesis acuh."Ada orang seperti itu? sombong sekali." gumamnya.Lalu Hafsa datang sudah siap dengan pakaian pelayan yang sudah tersedia dilemari dengan rambut yang dikuncir kuda, dia terlihat manis meski hanya memakai pakaian pelayan."Kenapa? ada yang ane!" tanya Hafsa karena Melati terus memandangnya."Tidak apa-apa ternyata kau sangat cantik dan manis." kata Melati jujur."Ah kau ini kukira ada apa? bikin aku malu saja!" Hafsa menyentuh kedua pipinya karena dipuji Melati."Tapi... kau juga langsung geer yah!" kata Melati tertawa geli."Kau itu, sedang memujiku atau meledekku. Sudahlah ayo cepat kita temui pemilik rumah ini." Hafsa dengan akrab menarik Melati tapi kemudian berhenti kembali."Ada apa?" tanya Melati heran."Itu yang satunya tidak kita panggil." yang dimaksud Hafsa adalah Nina."Dia sudah duluan tadi, kau tau ternyata dia sangat sombong." bisik Melati."Jangan bicara seperti itu, nanti kedengaran orangnya dia bisa marah." balas Hafsa sambil berbisik juga."Orangnya tidak ada! ayo cepat nanti kita dipecat lagi.""Ayo !"Hafsa dan Melati berjalan menuju ketempat yang sudah diberi tahu mereka menundukkan kepala malu saat ternyata nyonya rumah ini Rey serta Nina sudah disana.Serta seorang pria yang sedang duduk dikursi roda dengan tatapan tajamnya namun tetap tidak mengurangi ketampanannya meskipun dia buta tapi dia bisa merasakan gerakan ataupun getaran sesuatu karena pendengarannya yang tajam dia juga tau Hafsa dan Melati datang.Dan mereka datang saat semua pemilik sudah hadir.Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya