Share

6 Pertama Tidur Berpelukan 

Setelah rapat itu, Alex pulang dengan pikiran kacau. Dia sempat berhenti di pinggir jalan dan membeli sekaleng bir. Hatinya gundah setelah melihat rekaman CCTV dan melihat bahwa tuan Harisson memang berada di ruangan yang sama dengan tuan August Salim, ayah Alex sesaat sebelum ajal menjemputnya.

“Kemungkinan itu memang ada, dari beberapa rekan ayah mereka mengatakan bahwa tuan Harisson memang kerap berselisih paham dan bersaing tentang tender. Tapi aku sama sekali tidak menyangka jika dia yang taat ibadah akan melakukan hal sekeji itu terhadap ayah.”

Alex Salim, tidak ada yang begitu mengenalnya, sebab Alex adalah anak dari pernikahan pertama yang ditolak oleh keluarga besarnya. Namun, kejadian tragis di mana ayah beserta istri dan anaknya mengalami kecelakaan dan meninggal secara bersamaan membuat pengacara keluarga bekerja keras mencari keberadaan pria petualang itu.

Alex dan ibunya, mereka semula tinggal di kota lain dan hidup damai setelah berpisah dengan ayahnya, August Salim. Perjodohan dan kelancaran bisnis menjadi dasar perpisahan tuan August dan nyonya Lin. Meski mereka saling mencintai, namun tak lantas membuat keluarga besar mengucurkan restu.

Hingga kecelakaan itu merenggut nyawa istri dan anaknya serta membuat tuan August dalam keadaan kritis, barulah pengacara sibuk mencari pewaris yang sesungguhnya yaitu Alex, sebab wasiat yang tuan August tinggalkan untuknya.

Tuan August, tidak ingin hartanya dan bisnisnya dikuasai oleh saudara tirinya Harry. Dia tetap memikirkan anak-anaknya termasuk Alex meski mereka sama sekali tidak pernah bertemu.

Kaleng itu ia lemparkan ke dalam kotak sampah setelah habis ditenggaknya. Dia berjalan dan kembali memasuki mobil lalu melesat menuju ke apartemennya.

Semua lampu di apartemen menyala terang benderang ketika Alex memasukinya. Rena, dia masih tertidur dengan selimut yang menutup rapat sampai ke ujung kepala.

Alex sama sekali tidak membuka selimutnya dia langsung menggendong Rena begitu saja dan menempatkannya di kamar. Ketika Alex hendak pergi, Alex mendengarkan suara isak tangis. Iya, itu Rena yang menangis kecil.

Entah apa yang dimimpikan oleh gadis itu, yang jelas hatinya sedih. Dia menangis pilu dengan suara yang tertahan dan wajahnya yang sudah sembab. Alex membuka selimut tersebut dan dia melihat wajah Rena yang sudah sembab, entah berapa lama wanita itu menangis sendirian.

“Hei, jangan menangis Rena.” Alex merapikan rambut Rena dan berusaha untuk menenangkannya.

“Apa kau juga akan meninggalkanku?” tanya Rena dan Alex hanya diam.

“Apa kau juga akan membuangku?” tanya Rena lagi dan kali ini Alex tidak bisa menahan gejolak di dalam dadanya. Dia berusaha untuk mengendalikan tetapi tidak bisa. Tatapan mata mengiba dari Renata sukses membuatnya luluh tak berdaya.

“Tidak, aku akan selalu menemanimu. Maaf jika kepergianku terlalu lama,” ucap Alex sudah sambil memeluk Renata dan kali ini Renata membalas pelukannya.

Pelukan yang semula tidak terbalas, kali ini mendapatkan balasan. Pelukan yang semula hanya terasa hambar, kini mulai terasa manis dan hangat.

“Semua membuangku, apa kau juga?” tanya Rena lagi yang kali ini suaranya semakin sengau karena terhalang dada bidang Alex. “Aku hanya punya kau dan calon anakku ini. Apa kalian juga akan pergi?”

“Tidak Rena, tidak. Kami akan menjadi kita, dan kita akan hidup bersama. Okay?” ucap Alex sembari memeluk dan dia ingin sekali dalam kesempatan ini bisa memberikan kecupan hangatnya. Namun semua itu ia urungkan sebab Rena masih sering mengatakan bahwa dia belum bisa melupakan Justin.

Menyakitkan memang bagi Alex, tetapi bukan Alex namanya jika dia tidak bisa berlagak dingin dan biasa saja meski hatinya sangat panas membara.

Malam itu Alex terus memeluk Rena sampai keduanya tertidur bersama. Tangis sedih itu nyatanya bisa menyatukan keduanya. Mereka berdua menghabiskan malam bersama di atas ranjang yang sama.

Pagi menjelang, terasa sedikit berat menindih perut ketika Rena ingin beringsut. Dia merasakan hembusan nafas yang lembut membelai pipinya. Ingatannya kembali berpusat pada kejadian semalam.

“Alex, dia memelukku. Dia menenangkanku semalam. Ah ... sekarang bagaimana? aku malu sekali bahkan untuk bergerak saja aku malu. Kalau dia melihatku dalam keadaan berantakan begini bagaimana?” pikir Rena yang mulai memutar otak untuk bisa pergi tanpa membuat Alex terbangun.

Renata mulai bergerak pelan dengan mengangkat sedikit demi sedikit lengan Alex. Namun baru beberapa senti dari atas perutnya, tangan yang semula melingkar itu justru semakin erat.

“Mau ke mana?” tanya Alex dengan suara serak yang seksi khas bangun tidur.

“Mau bangun,” jawab Rena sambil menyembunyikan wajahnya di dalam selimut. Dia sangat malu sekali bahkan wajahnya merona hingga memerah.

“Jangan bangun dulu, biarkan seperti ini sepuluh menit lagi Rena.” Alex terus memeluknya dan dia dengan berani mengecup kening Renata yang membuat wanita hamil itu membeku.

“Alex kau menciumku?” tanya Rena terkesiap dan Alex menatapnya sambil mengulum senyum.

“Apa tidak boleh? Kita suami istri yang sudah berjanji akan sehidup semati, susah senang bersama, dan sehat serta sakit bersama. Kau masih ingat aku mengatakan janji suci itu ‘kan?” tanya Alex.

“I—iya, tap—tapi aku ....”

Belum selesai Rena berbicara mengatakan alasannya, Alex sudah menghadiahi kecupan di bibirnya dengan hangat. Tidak menyesap namun hanya menempel lumayan lama dan Rena membeku dibuatnya.

“Tapi apa Sayangku? Kita suami istri sekarang.” Alex tersenyum setelah mengatakannya.

“Lex, tapi aku belum bisa sepenuhnya melupakan Justin, aku tidak mau kau terlalu banyak berharap dan nantinya sakit hati,” papar Rena dengan alasannya.

“I don't care Sayang. Aku tidak peduli, itu urusanmu dengan perasaanmu. Urusanmu denganku ada di atas ranjang ini dan rumah tangga kita,” pungkas Alex dengan santainya sembari kembali memejamkan mata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status